All Chapters of Aku Masih Hidup, Mas: Chapter 51 - Chapter 60
64 Chapters
Bab 51 : Kau Kalah!
"Biar kuperkenalkan diriku. Alya Putri Brawijaya, putri tunggal Brata Wijaya dan pemimpin perusahaan yang akan menggantikan dirimu.""A--apa maksudmu Elena? Kau sedang bermain peran di sini? Tidak lucu! Kau sudah putus kontrak dengan Grup Brata."Alya tersenyum melihat wajah kekalutan Irfan membuatnya perasaan senangnya membuncah. Wanita itu menaikkan sebelah alisnya dengan tangan menyilang di depan dada."Sebagai model asal Singapura, ya aku sudah putus kontrak kerja dengan Grup Brata. Tapi sebagai putri tunggal Brata Wijaya, tugasku masih belum selesai. Apalagi saat aku tahu perusahaan dipimpin oleh pengkhianat seperti dirimu!"Irfan melongo, wajah terkejutnya tak bisa ia sembunyikan. Mulutnya terbuka dan tertutup sembari menatap Alya dengan pandangan nanar. Sekejap kemudian ia terkekeh pelan, lalu tawanya membahana memenuhi segala ruangan membuat Alya menatapnya dengan bingung termasuk para direktur yang berada di sana."Kau, jangan coba-coba permainkan aku Elena. Lakon apa yang
Read more
Bab 52 : Pecundang
"Kau telah menipuku dasar brengsek!"Alya berdecih, ia memutar bola matanya dan dengan sinis menatap Irfan."Lebih buruk mana dari kau yang berusaha membunuhku? Berusaha melenyapkanku saat aku memergokimu selingkuh bersama Ratih, sahabatku sendiri. Oh, sebenarnya tidak!""Kalian tidak berselingkuh, kalian menipuku sedari awal dengan kau berusaha mendekatiku karena ingin mendapatkan hartaku. Padahal kalian sudah berstatus suami istri tapi kau dengan Ratih berusaha untuk menjeratku dan bodohnya aku terjebak dalam permainan kalian. Benar, kan?"Irfan terkesiap, wajahnya tampak pias. Lidahnya kelu hendak membantah. Belum lagi pikirannya diliputi rasa kalut luar biasa. Bagaimana Alya bisa tahu hal itu?Rahasia yang cuma Irfan dan Ratih yang tahu. Rahasia yang Irfan simpan baik-baik dan tak ada yang mengetahuinya kecuali Ratih. Dan tak mungkin Ratih yang mengatakannya pada Alya, hal itu malah membuat mereka jatuh pada lubang sumur yang mereka gali sendiri.Kemungkinannya hanya ada satu, Al
Read more
Bab 53 : Tertangkap
"Lihat, kau pecundang dan kau ... telah kalah!"Irfan terkesiap, senyum sinis Alya sedikit banyak membuat ia gentar. Kini tatapan lima direktur itu tampak lain di matanya. Memandangnya dengan rasa curiga tak berkesudahan."Well aku mengundangmu ke sini hanya untuk memperlihatkan bagaimana aku bisa hidup saat kau mengira aku tiada, juga melihat bagaimana wajah ketakutanmu saat para polisi mulai menangkapmu atas dasar kasus percobaan pembunuhan yang kau lakukan bersama Ratih.""Diamlah Alya! Kau tak punya bukti apa-apa jadi jangan menuduhku!"Alya tertawa keras, menepuk kedua tangannya kemudian. "Kau bahkan sudah mengakuiku sebagai Alya yang asli sekarang? Tapi, sayangnya waktumu untuk lari dari sini sudah tidak ada Irfan. Para polisi sudah datang dan mengepung gedung ini untuk menangkapmu. Setelah sebelumnya menangkap Ratih di apartemennya terlebih dahulu.""A--apa maksud ...."Belum usai perkataan Irfan, tiba-tiba saja pintu ruang rapat itu terbuka dengan paksa. Beberapa orang dengan
Read more
Bab 54 : Bertemu Mama
Mobil yang mengantar Alya sudah sampai di depan rumah sakit. Refan seketika turun dan membukakan pintu untuk nonanya itu. Alya berjalan perlahan masuk ke dalam rumah sakit diikuti oleh Refan. Hingga sampai di sebuah ruangan ia berhenti sejenak. Beberapa saat kemudian melangkah masuk. Seorang wanita dengan wajah keibuannya menoleh ke arah pintu. Sri dengan air mata berlinang yang tadinya menatap televisi kini beralih pada Alya yang berdiri sembari menatap sang Mama dengan lekat. "A--alya," ucap Sri dengan terbata, ia mengerjap, dengan langkah pelan menuju Alya yang kini juga berkaca-kaca. Seperti yang dikatakan Refan, seperti yang diharapkan Alya juga. Sang Mama mengingatnya, walau dengan wajah berbeda, walau dengan tampilan berbeda. Insting Ibu memang tidak pernah salah. "Ma," ucap Alya dengan suara parau. Ia menahan tangis, sebisa mungkin menahan air matanya tak menetes. Namun, apa daya, air mata itu lolos begitu saja hingga ia mulai terisak. Tiga tahun lamanya ia menunggu, dal
Read more
Bab 55 : Sel Tahanan
"Lepaskan aku! Aku tak bersalah! Kalian tak bisa mengurungku seperti ini! Aku pemimpin Grup Brata, menantu Brata Wijaya, kalian mau mati?" "Diamlah!" Irfan tersentak saat seorang lelaki yang memeganginya dengan suara keras membentaknya, lelaki itu tampak ciut. Dua orang yang memeganginya, membawa Irfan menuju sebuah ruangan yang berjeruji besi. Sepanjang jalan tampak para narapidana menatapnya dengan tatapan tak bersahabat. Narapidana itu tampak menyeramkan dengan tubuh besar dan beberapa tato di tubuhnya. Perlahan Irfan menunduk saat beberapa pasang mata itu menghunus tajam tepat ke arahnya. Seperti mendapatkan mangsa baru, para narapidana itu menatap Irfan seolah ingin mengulitinya hidup-hidup. Dua orang sipir yang membawa Irfan berhenti di salah ruangan. Membuka kunci pintu tersebut dan mendorong Irfan masuk ke dalam sel tahanan tersebut. "Sementara dalam masa persidangan dan sampai masa hukumanmu ditetapkan kau akan menempati ruangan ini bersama narapidana lain, jangan memb
Read more
Bab 56 : Membuka Hati
Alya berjalan perlahan keluar dari ruangan kamar inap sang Papa. Ibunya tertidur setelah mengobrol banyak hal dengannya tadi. Meski jauh di lubuk hatinya yang terdalam Alya juga ingin bicara dengan sang Papa. Namun, takdir berkata lain, papanya masih juga tak sadar dari komanya. Alya hanya harus menunggu, tapi entah kapan. Sesaat setelah menutup pintu ruangan dan berbalik, Alya mematung di tempat. Di lorong rumah sakit menuju ruangan papanya tampak Fatih berdiri dengan menenteng satu bungkusan plastik di tangan. Lelaki itu tampak terkejut saat melihat Alya, lalu beberapa saat kemudian berbalik pergi. "T--tunggu, Fatih!" panggil Alya membuat langkah kaki lelaki itu tertahan. Fatih bergeming di tempat, sama sekali tak mau menoleh ke arah Alya sedikitpun. Wanita itu menghela nafas, melangkah mendekati Fatih dan berdiri di hadapan lelaki itu. "Jujur saja, kau sedang menghindariku, kan?" tanya Alya penuh selidik, matanya memicing menatap mata Fatih yang sama sekali tak mau menatapny
Read more
Bab 57 : Bahagia
Alya tersenyum, menatap kaca bening yang menghubungkan ruang kerjanya dengan pemandangan di luar sana. Ia memejam, menyentuh bibirnya, lantas tersenyum kembali.Setelah bertemu dengan kedua orang tuanya tadi, Fatih mengantarnya kembali ke kantor karena ada hal yang harus ia kerjakan, begitu juga lelaki itu langsung kembali ke rumah sakit.Alya bahagia, hubungannya dengan Fatih sudah membaik. Ah, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Entah kenapa Alya merasa bahagia, kebahagiaan ini bahkan jauh lebih besar ia rasakan ketimbang saat ia jatuh cinta pada Irfan dahulu.Jatuh cinta?Alya memiringkan kepalanya dengan alis bertaut. Ia bertanya-tanya pada perasaannya sendiri, benarkah ia jatuh cinta pada Fatih? Secepat itu? Hanya karena satu kecupan yang lelaki itu berikan untuknya?Bukan!Alya yakin bukan itu, meski jantungnya sekarang sudah berdebar tak karuan. Apalagi saat mengingat wajah Fatih. Tiba-tiba ia merasakan hal seperti ini. Hal yang sangat jarang terjadi meski ia sedang memikir
Read more
Bab 58 : Lamaran
"Besok sidang pertama, kan?" tanya Fatih saat keduanya bertemu di cafe. Alya mengangguk. "Kau mau ikut?""Sayangnya besok aku ada operasi," ucap Fatih menyayangkan. "Tapi setelahnya aku akan menemuimu."Alya tersenyum, mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Fatih yang berada di atas meja. Lelaki itu mendongak, menatap Alya sembari terkekeh."Kau mau menggodaku?""Tidak," ucap Alya seraya mencebik, memangnya menggenggam tanganmu tak boleh ya? Sebuah larangan?""Bukan begitu." Fatih menggenggam tangan Alya dengan erat. "Hanya saja aku masih belum terbiasa, lagipula kita tak punya hubungan apa-apa.""Kau benar, Fat. Kalau begitu apa kau tidak mau menjalin hubungan denganku? Kupikir kita sudah sangat dekat bahkan tahu satu sama lain. Boleh aku tanya sesuatu? Kau menyukaiku?"Fatih bergeming, menatap Alya tanpa berkedip dengan wajah memerah."Ehm ... kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?"Alya mengangkat bahu. "Hanya butuh pengakuan.""Apa tak cukup penjelasan tak tersirat yang selama i
Read more
Bab 59 : Sidang
Irfan mengerjap dengan susah payah, bahkan untuk menggerakkan bibirnya saja ia tidak sanggup. Penghuni lapas yang bersamanya benar-benar gila, memukulinya tanpa ampun, tanpa alasan yang berarti mengakibatkan tubuhnya sakit-sakitan seperti ini.Ia tidak tahu apakah hal ini dialami oleh seluruh penghuni sel tahanan yang baru atau tidak, tapi melihat ia terus berteriak meminta tolong sementara tak ada satupun sipir, walau sedang berpatroli sekalipun untuk berhenti dan melihat keadaannya, Irfan yakin ini disengaja.Ia juga berkeyakinan ini adalah ulah Alya yang tak cukup menaruhnya dalam sel penjara tapi juga mengirimnya untuk masuk ke dalam neraka.Bahkan sekarang, tiga orang yang menghuni lapas bersamanya itu tampak baik-baik saja dan makan sarapan dengan damai, meninggalkan ia seorang diri dengan perut perih menahan lapar karena jatah makannya diambil oleh si botak yang mencekiknya kemarin.Tubuhnya bahkan tergeletak di lantai yang dingin karena tak diberikan alas tidur yang memadai.
Read more
Bab 60 : Alya Tertembak
Fatih keluar dari ruang operasi sembari melepas masker miliknya. Terdengar dering ponselnya mulai berbunyi, lelaki yang sedang mencuci tangannya itu bergegas mengeringkan tangan dan mengangkat panggilan tersebut. "Halo," ucap Fatih kemudian. " .... " "Ya, benar itu saya. Untuk reservasi jam tujuh malam." Fatih bergegas melangkah pergi sembari tersenyum lebar. " .... " "Ya, tolong dipastikan semuanya lancar dan sudah sedia saat saya datang nanti." " .... " "Baiklah terima kasih banyak." Panggilan itu terputus, Fatih mengantongi ponsel ke dalam saku. Hari ini ia sangat bahagia, semua rasanya berjalan lancar sesuai dengan keinginannya. Operasinya berjalan lancar dan rencananya juga hari ini sepertinya akan berjalan lancar. Rencana untuk melamar Alya secara romantis, tak seperti di cafe kemarin. Meski Alya berulangkali memberitahukan untuk tak melakukannya, namun Fatih memaksa. Ini lamaran untuk wanita pertamanya, dan ia mau hal ini menjadi sesuatu yang berkesan untuk Alya. Setid
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status