Lahat ng Kabanata ng TAMU SELEPAS SUBUH: Kabanata 61 - Kabanata 70
180 Kabanata
Bab 61
Bab 61Pov FikaTetapi demi Mama, aku harus terus berusaha memberikan kepercayaan penuh pada Papa. Namun, sekuat apa aku berusaha seperti yang Mama lakukan saat ini, tentu saja hal itu menjadi sangat mustahil bagiku. Kepercayaan yang telah koyak ini, tentu sangat sulit sekali untuk ditaklukkan. "Fik, sepertinya sampai saat ini kamu belum bisa ya memberikan kepercayaan pada Papa seperti dulu?" Beberapa bulan yang lalu Papa menanyakan hal ini padaku.Dengan spontan aku pun langsung mengangguk kepala, dengan ekspresi wajah yang datar."Tak bisakah kamu kembali membuka hati, Nak. Papa tahu itu memang sangat sulit, tetapi Papa janji akan membuktikan jika semua ini bukanlah hanya isapan jempol belaka. Kamu bisa pegang janji ini," ucap Papa lagi ketika aku masih tetap terdiam."Tolong ... mulai saat ini jangan pernah berjanji lagi, Pa. Karena yang nanti akan merasa sakit bukan hanya aku, tetapi Mama juga. Dan, ketika hati Mama menjadi sakit, saat itu aku pun merasakan hal yang sama," jawabk
Magbasa pa
Bab 62
Bab 62"Gimana Bi, semua makanannya sudah siap kan?" tanyaku pada Bi Nur yang sedang asyik menata makanan di meja makan."Siap Nyonya, hanya tinggal menata sedikit saja," jawab Bi Nur dengan sopan.Tanpa berkata banyak lagi, aku pun segera membantu asisten rumah tanggaku itu.Ya, hari ini aku menang menyuruh Bi Nur untuk masak beraneka ragam makanan, karena nanti ada makan malam besar. Mas Hasan yang berada di luar kota selama sepuluh hari katanya saat ini sudah dalam perjalanan. Sedangkan Fika pun sudah menelepon kalau akan pulang bersama teman dekatnya yang kebetulan memang seorang yatim piatu. Sepertinya tak lama lagi mereka pun akan segera sampai."Saya bersihkan kamar tamu ya, Nyonya," ucap Bi Nur yang hanya aku jawab dengan senyuman dan anggukan saja.Sebenarnya sudah aku sudah menyuruh Bi Nur sejak tadi pagi membersihkan kamar tamu yang akan ditempati oleh Nesya itu, tetapi karena memang masak banyak, aku pun mengerti jika dia baru bisa mengerjakan malam ini. Sedangkan aku ta
Magbasa pa
Bab 63
Bab 63"Dek, aku punya sesuatu buat kamu nih," ucap Mas Hasan saat kami sudah berada di kamar.Suamiku itu pun memberikan satu kotak perhiasan, yang isinya satu set lengkap sekali."Wah terima kasih banyak ya, Mas. Tetapi sebenarnya aku tak memerlukan kemewahan seperti ini. Cukup kamu setia dan tak lagi berbohong itu sudah cukup bagiku," ucapku dari hati."Tanpa kamu minta pun aku akan selalu melakukan hal itu. Hanya saja memang kemarin itu aku sedang khilaf, aku janji mulai sekarang akan selalu mencintai kamu saja hingga akhir hayat kita." Mas Hasan pun mencium keningku ketika aku mengamini apa yang baru saja diucapkannya.Setelahnya tanpa kuminta dia pun melepas kalung yang saat ini kupakai, dan menggantinya dengan yang baru saja dia belikan."Cantik. Kamu sungguh terlihat sangat cantik dan anggun meski sudah berumur banyak. Hal ini lah yang membuat aku tak bisa berpaling pada hati lain." Untuk pertama kalinya setelah insiden enam bulan yang lalu, Mas Hasan mengucapkan rayuan gombal
Magbasa pa
Bab 64
Bab 64Begitu entengnya dia mengucapkan hal itu, seperti tanpa beban. Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin menanyakan tentang hal Lio ini pada Mas Hasan, tetapi memang belum ada waktu yang tepat. Kali ini, rasanya adalah waktu yang tepat itu."Coba jawab jujur pertanyaanku ini, Mas. Kenapa sih kamu kok sepertinya sangat nggak suka dengan Lio? Padahal dia ini kan anak kandung kamu. Ibunya telah tiada karena ulah kamu, lalu mengapa sepertinya kamu sedikit pun gak pernah menaruh kasihan padanya?" tanyaku sambil menatap wajahnya dari samping.Mas Hasan pun menarik nafas dalam-dalam dan mengehmbuskannya dengan cepat. "Ketika melihat bayi ini, aku selalu kembali teringat dengan masa lalu. Saat aku khilaf dan membuat kamh sakit hati. Aku sungguh membenci saat itu!" sungutnya kesal.Memang yang dia katakan benar sekali, aku tentu memang kesal dengan kejadian enam bulan silam. Tetapi kurasa apa yang terucap dari bibirnya itu tak tulus.Mas Hasan pun kembali meneruskan ucapannya. "Sebenarnya
Magbasa pa
Bab 65
Bab 65Pov Bu Supar (Ibunda almarhum Adelia)"Maaf ya jika kedatangan kami mengganggu, Bu. Sebenarnya kami hanya ingin membawa Lio main kesini sebentar saja, Bu. Siapa tahu ini dan bapak kangen dengan cucunya," ucap Bu Dewi sambil tersenyum.Mendengar nama bayi itu saja rasanya aku sudah muak, tetapi kini malah dia kembali dibawa kesini. Mereka ini memang benar-benar senang sekali menguji kesabaran! "Nggak perlu! Aku tak mau melihat bayi itu! Sekarang juga pergi dari rumahku, karena aku tak ingin nanti rumahku ini ketiban sial lagi karena kedatangan bayi itu! Cepat bawa dia pergi dari sini!" jawabku dengan sangat lantang.Pasti kalian para pembaca bilang jika aku ini seorang ibu yang jahat bukan? Terserahlah jika kalian mau bilang apa pun tentang aku. Yang pasti hanya aku seorang yang paling tahu bagaimana keadaan sebenarnya. Tetapi kali ini aku akan menceritakan semuanya, dengan satu harapan, kalian tak terus menganggap jika aku ini ibu yang tak punya hati!Aku dulu menikah di usia
Magbasa pa
Bab 66
Bab 66Pov Bu Supar(Ibu Almarhum Adelia)Apa yang keluar dari mulut ibu tak ubah seperti sebuah perintah yang mutlak bagi kami. Tak hanya kami para anak-anaknya saja yang takut, bahkan bapak juga. Apalagi ibuku ini memang seorang pemarah dan juga gampang menjatuhkan tangan. Alhasil kami selalu menganggap dia seperti momok.Akhirnya, tentu saja mau tak mau aku pun akhirnya mau saja untuk menikah meski dengan sangat terpaksa.Mas Supar adalah tetangga desakku, saat kami menikah dulu dia sudah berumur dua puluh lima tahun. Dia bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, hanya saja dia memang pernah bekerja di kota. Jadi saat kami menikah dulu, dia memberikan mas kawin berupa sebuah kambing, yang akhirnya dijual juga oleh ibu."Ingat ya, Nur. Jangan sampai sekali-kali pun kamu membangkang pada suami dan juga pada mertua kamu. Karena kalau sampai hal itu terjadi, ibu nanti ikut malu! Awas ya kamu!" Ancam ibu ketika hari pernikahan kami tiba.Aku pun mengangguk dengan pelan, tak kuasa untu
Magbasa pa
Bab 67
Bab 67Pov Bu Supar(Ibu Almarhum Adelia)"Kenapa sih Mas kita harus punya anak kembar seperti ini! Aku itu capek jika harus memberikan ASI pada mereka berdua! Malas aku!" Hidupku yang beberapa bulan susah merasa amat bahagia karena dijadikan ratu oleh mertua dan suami, akhirnya harus berubah seratus delapan puluh derajat sejak kelahiran Arum dan Adelia itu. Kedua bayi itu hanya membuat aku makin pusing saja setiap hari. Gara-gara mereka juga aku pun tak lagi bisa tidur dengan nyaman. Meski Mas Supar dan mertua sering membantu dan memberikan nasehat, tentu aku masih saja tak suka pada mereka. Belum lagi karena mereja berdua, tubuhku pun menjadi lebih gendut saat itu Mungkin memang karena ibuku dulu adalah wanita yang jahat, akhirnya aku pun memperlakukan kedua anakku dengan hal sama seperti yang ibu lakukan dulu. Hingga kemudian mertuaku pun meninggal, dan tebtu saja aku makin menjadi saat itu."Dek, kamu jangan terlalu jahat dong pada Arum dan Adel. Mereka itu anak baik loh dan mer
Magbasa pa
Bab 68
Bab 68Pov Bu Supar(Ibu Almarhum Adelia)"Begini, Pak. Kedatangan saya kesini adalah untuk memberikan sebuah penawaran yang menggiurkan untuk Bapak dan Ibu."Seorang lelaki yang belum pernah kami kenal sebelumnya, malam itu datang sekitar dua hari setelah berita kematian Adelia."Penawaran apa ya Pak? Mohon maaf saat ini kami sedang berduka," jawab Mas Supar yang memang sangat terpukul dengan kepergian Adel dan Arum yang hampir bersamaan itu.Aku pun tentu sebenarnya terpukul dengan kematian si kembar itu, tetapi tentu tak sedalam Mas Supar. Aku nggak lebay kok, memang karena sudah takdir bukan?"Saya akan memberikan kalian uang lima puluh juta, jika kalian mau mencabut tuntutan pada Pak Hasan," ucap lelaki itu sambil menatap wajah kami bergantian.Mas Supar langsung meradang dan berdiri saat itu. " Apa kamu bilang? Kamu mau membeli kami? Nyawa anakku hanya kamu hargai dengan lima puluh juta?" Suamiku itu sungguh sangat emosi."Bukan begitu Pak. Tolong tenang dulu dong. Kita bicaraka
Magbasa pa
Bab 69
Bab 69Jika pikiran ini bisa untuk berpikiran positif, tapi nyatanya hati ini tidak. Bayangan pengkhianatan yang dilakukan oleh Mas Hasan benar-benar membuatku takut.'Tidak, ini tak benar! Aku tak boleh cemburu buta! Mereka hanya bercanda layaknya ayah dan anak!' Kembali aku mencoba menepis semua itu.Segera kulangkahkan kali dengan pelan dan tanpa suara menuju ke dapur. Tetapi kuurungkan niat untuk mengambil air itu, karena pasti akan mengeluarkan suara dan menganggu mereka.'Dari pada terus berpikiran buruk seperti ini, lebih baik aku mendatangi merrka!' gumamku lagi dalam hati.Kembali aku pun mengendap, dan mendekati mereka dari belakang. Nesya dan Mas Hasan duduk dalam satu kursi panjang, dan bahkan nampak teman putriku itu sampai memukul Mas Hasan menggunakan bantal kecil.'Ah, pikiran apa ini? Nggak boleh mikir yang aneh Dewi!' gumamku lagi."Nesya, kamu kok belum tidur?" tanyaku akhirnya dengan suara kubuat sebiasa mungkin.Keduanya tentu langsung menoleh ke belakang kaget ka
Magbasa pa
Bab 70
Bab 70Kumandang adzan subuh pun sukses membangunkan aku saat ini. Gegas aku pun mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat. Aku hanya mengerjakan shalat sendirian, karena memang Mas Hasan sangat sulit untuk dibangunkan ketika masih sangat pagi seperti ini. Ini merupakan salah satu perbedaan suamiku itu dulu dan sekarang. Dulu sebelum insiden Adelia, kami selalu melaksanakan shalat jamaah ketika Dia berada di rumah. Tetapi kini, malah aku jarang sjelai melihat dia melakukan perintah agama itu. Terserah saja, yang penting aku sudah sering kali mengingatkan.Setelah melaksanakan shalat subuh, aku pun akan mengajak Lio untuk jalan-jalan mengelilingi lingkungan ini. Alhamdulillah pagi ini bayiku itu sudah sehat dan tak dengan lagi. Segera kutaruh Lio di stroller dan keluar dari rumah."Ma ... mau jalan-jalan kan? Fika ikut ya," ucap Fika yang tiba-tiba sudah ada di belakangku sambil tersenyum."Tentu dong. Tadi mama sebenarnya sudah ingin bangunin kamu. Tetapi takutnya kamu masib cape
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
18
DMCA.com Protection Status