All Chapters of TAMU SELEPAS SUBUH: Chapter 51 - Chapter 60
180 Chapters
Bab 51
Bab 51Pov HasanJika kalian berpikiran aku tak mencintai Dewi karena sering bersama dengan wanita lain, itu sungguh salah besar! Dewi adalah wanita yang paling kucintai di dunia ini. Sosok sempurna di dunia ini yang belum bisa aku temukan pada wanita lain.Tanpa lelah dia menemaniku sejak dari nol hingga kini menjadi seorang pengusaha yang kaya raya. Tanpa pernah mengeluh sedikit pun, senyum manis selalu menghiasi wajahnya. Melihatnya setiap hari selalu menjadi semangat untukku dalam bekerja."Dek, kamu beneran ikhlas menjadi istriku? Aku hanya seorang tukang pentol keliling saja," ucapku ketika kami baru sebulan menikah."Insyaallah aku ikhlas, Mas. Pekerjaan apa pun yang kamu lakukan asal itu halal, tentu aku akan selalu mendukung kamu," jawab Dewi dengan sabar."Terima kasih banyak Dek. Aku akan selalu setia sama kamu hingga kapan pun." Itulah janjiku pada Dewi.Sebenarnya pernikahan kami dulu tak begitu mendapatkan restu dari orang tua Dewi. Karena memang istriku itu seorang sarj
Read more
Bab 52
Bab 52Sebenarnya masih ada sedikit rasa yang mengganjal meski pun telah datang ke rumah orang tua almarhumah Adelia. Tetapi aku pun mencoba untuk bisa berpikiran positif, mungkin memang iman mereka sangat kuat sehingga bisa dengan mudah bersikap ikhlas atas kematian putrinya yang tak wajar.Pun begitu dengan ucapan Bu Supar yang tak lagi mau merawat Lio, padahal ketika kami kesana sebelumnya, dia begitu antusias untuk merawat sang cucu.Hanya terus bisa berpikiran positif saja pada mereka. Pak Supar dan istrinya butuh uang. Sedangkan Mas Hasan butuh sebuah kebebasan. Mungkin memang sebuah kerja sama yang saling menguntungkan, dan tebtu aku tak bisa memaksakan kehendak."Ma, apa iya hari ini Papa akan kembali ke rumah?" tanya Fika dengan wajah cemberut. Saat ini kami berada di ruang keluarga bersama dengan Lio."Menurut yang petugas katakan kemarin, memang hari ini Papa kamu sudah bisa pulang, tetapi dengan syarat tetap wajib lapor," jawabku setelah menarik nafas dalam-dalam."Aku tak
Read more
Bab 53
Bab 53"Stop! Jangan dekati Mamaku!" Fika yang dari tadi tetap duduk, pun dengan cepat berjalan dan berdiri diantara aku dan Mas Hasan. Keberadaan Fika yang tiba-tiba ini sontak membuatku tersadar dari lamunan beberapa saat tadi."Fika!" Spontan aku pun berucap.Putriku itu sama sekali tak menoleh padaku, dia sepertinya memang sama sekali tak bisa menerima kehadiran Mas Hasan lagi."Papa sekarang juga pergi dari sini! Rumah ini tak bisa lagi menerima seorang pengkhianat dan juga pembunuh seperti Papa!" teriak Fika.Aku segera menepuk pundak Fika, meski memang itu lah kenyataan yang terjadi, tetapi rasanya hal itu kurang sopan diucapkan seorang anak pada orang tuanya. Namun, nyatanya Fika sama sekali tak bergeming dan tetap membantah Mas Hasan."Fika, Papa mohon maaf, Nak. Papa khilaf. Tolong beri kesempatan pada Papa untuk memperbaiki semuanya. Papa janij akan kembali menjadi baik." Mas Hasan pun sepertinya sangat menyesal.Mendengar ucapan dari Mas Hasan itu, nyatanya Fika malah ter
Read more
Bab 54
Bab 54"Bagaimana, Dek. Kamu mau kan memberikan aku kesempatan kedua?" tanyanya setelah beberapa lama tadi aku hanya terdiam.Kuhela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari suamiku itu. "Entahlah, Mas. Untuk saat ini aku belum bisa memberikan jawaban. Jujur, sakit yang kamu buat itu memang sungguh dalam."Kuletakkan Lio yang saat ini kembali tertidur, setelah beberapa waktu lalu kutimang."Aku tahu itu. Saat ini aku ingin kembali menjadi orang yang benar. Dengan kamu kembali mau menerimaku, maka hal itu akan terwujud. Jika tanpa kamu, pasti aku akan makin salah arah," ucap Mas Hasan terus berusaha mencoba meyakinkan."Apa kamu bisa menjamin hal seperti ini tak akan terulang lagi?" tanyaku yang kini menatap wajahnya lekat.Mas Hasan mengangguk dengan sangat yakin. Bagiku yang sudah berumur banyak ini, sebenarnya sebuah luka itu akan segera sembuh, tetapi bagaimana dengan Fika? Aku tak ingin nanti dia akan trauma atau tak bisa menerima kenyataan yang ada."Janji! Jika sampai aku
Read more
Bab 55
Bab 55Pov Author Sebulan telah berlalu, keluarga Dewi pun kembali berkumpul seperti semula. Meski untuk menjadi seratus persen seperti dulu itu adalah suatu hal yang sangat mustahil. Dewi merasa telah memiliki jalan yang benar, karena Fika menurutnya masih memerlukan sisik seorang Ayah. Sedangkan Fika sebenarnya masih belum mantap hatinya, hanya saja dia tak ingin membuat sang ibu bersedih."Dek, aku berangkat ke luar kota dulu ya. Paling lima hari atau seminggu lagi aku sudah kembali sampai di rumah."Iya, Mas. Kamu hati-hati ya." Dewi menjawab sambil tersenyum.Rasa canggung sebenarnya masih terasa di dalam keluarga itu, tetapi mereka masih berusaha untuk bertahan.Bahkan selama satu bulan ini, Dewi pun tak pernah membiarkan sang suami menyentuhnya. Rasa jijik dan kurang sreg masih saja menyelimuti hatinya. Butuh waktu yang tak sebentar bagi wanita itu untuk bisa melakukan hubungan suami istri itu."Ma ... emang Mama percaya jika nanti di luaran sana Papa akan setia?" Fika yang be
Read more
Bab 56
Bab 56Untuk pertama kalinya setelah keluarga kami kembali utuh, Mas Hasan pamit ada pekerjaan keluar kota. Meski sebenarnya hati ini masih merasa ragu dengan kesetiaannya, tetapi aku berusaha untuk terus menepis rasa itu. Aku telah memberinya kesempatan untuk yang kedua kali, itu berarti aku pun harus kembali membangun kepercayaan itu. Hanya terus mencoba untuk berpikiran positif dan yakin jika Mas Hasan pasti akan berubah.Jika kali ini aku tak menaruh kepercayaan pada Mas Hasan, lalu bagaimana dengan Fika? Aku tahu saat ini putriku itu masih belum bisa mempercayainya Mas Hasan seutuhnya, jadi sebisa mungkin aku harus bisa membuat dia percaya lagi."Ayo Ma kita berangkat sekarang!" ucap Fika sambil menggandeng tanganku yang memang sejak tadi sudah berdiri di teras.Aku pun mengikuti saja langkah Fika. "Bi Nur dan Lio sudah siap?" tanyaku sambil menoleh mencari asisten rumah tanggaku itu."Sudah siap Nyonya!" teriak Bi Nur sambil tersenyum. Kemudian dia pun mengunci pintu.Pagi ini
Read more
Bab 57
Bab 57Mendengar perkataan dari Bu Supar itu, entah mengapa kami bertiga pun sontak menoleh dan berdiri. Dengan suara dan senyum yang kurang ramah dia pun bersedekap dada. "Maaf, Bu. Saya memang datang tanpa memberitahukan dahulu," ucapku yang merasa tak enak juga akhirnya.Tetapi sungguh apa yang dilakukan oleh Bu Supar itu sangatlah tidak pantas sebagai tuan rumah."S-sudah pulang, Bu," ucap Pak Supar yang juga nampak kaget.Wajah Pak Supar ternyata sama kagetnya dengan kami, bahkan lelaki itu langsung menyerahkan Lio pada Bi Nur. Seperti dia itu takut sekali dengan istrinya.BU Supar tak menjawab, tetapi wanita itu pun melirik pada suaminya dengan tatapan sinis. Hal itu tentu saja membuatku semakin bingung saja."Seharusnya tuh Bu Dewi kalau mau kesini itu ya bilang dulu dong. Jangan seenaknya begini, siapa tau saya ini sendang malas menerima tamu!" sungut Bu Supar yang semakin sewot sambil menghempaskan bobot tubuhnya di kursi dengan keras dan menaruh belanjaan di lantai dengan a
Read more
Bab 58
Bab 58Terhitung empat kali ini aku berkunjung ke rumah keluarga Adelia ini, sekali pun aku tak pernah memperhatikan perut dari istri Pak Supar itu. Orangnya memang kurus sih dan memang sepertinya saat ini sedang hamil, mungkin ditebak usia kandungannya sekitar lima atau empat bulan. Kenapa aku sangat kaget dengan kehamilan seorang wanita meski dia punya suami? Karena menurutku usianya sudah terlalu tua untuk memiliki anak. Usia almarhumah Adelia dan Arum mungkin sepantaran Fika, jadi kurasa umurnya pun tak jauh beda denganku, mungkin sekitar empat puluh lima, usia yang rawan sekali untuk hamil."Kenapa kok muka Ibu Dewi terlihat kaget gitu? Apa aku hamil itu sesuatu yang nggak mungkin?!" Bu Supar seperti mengerti yang ada dalam hatiku saat ini, sehingga dia kembali berucap dengan sewot."Bu---" Pak Supar sepertinya sungkan dengan sikap sang istri yang memang tak sopan, tetapi dengan satu kali kerlingan mata sang istri saja, lelaki itu sudah langsung kembali terdiam."Usia Bu supar
Read more
Bab 59
Bab 59Pov Author Dari kunjungan ke rumah Adelia untuk yang terakhir kali ini, Dewi pun jadi tahu jika sesungguhnya Bu Supar dulu tak begitu suka dengan kedua putri kembarnya. Malah saat ini dia sangat bersyukur jika keduanya telah meninggal dunia. Karena menurutnya itu membawa kesenangan tersendiri. Hidup memang pilihan dan setiap orang pun memiliki cara pandang yang berbeda. Awalnya memang Dewi tak suka dengan cara pandang Bu Supar, tetapi kembali tentu itu bukan hal dia. Jadi, akhirnya dia pun pamit pulang dan janji tak akan datang kembali ke rumah itu.'Aku punya niat baik yang tak diterima, jadi mulai sekarang aku janji pada diri sendiri untuk lebih menyayangi Lio, anggap saja dia kini telah menjadi sebatang kara!' gumam Dewi dalam hati sambil menatap sedih pada Lio.Berarti memang Adelia dulu telah tahu jika Bu Dewi akan merawat anaknya lebih baik dari pada Sang ibu kandung sendiri.***Sementara itu, di luar kota Hasan mendapatkan banyak sekali godaan. Karena memang sebenarny
Read more
Bab 60
Bab 60Pov Fika"Kamu harus fokus pada kuliah kamu saja ya, Nak. Mama dan Papa sudah kembali berbaikan. Insyaallah keluarga kita pun akan jadi membaik seperti dulu. Meski mungkin memang sangat berat, tetapi kamu memang tetap harus memberikan kepercayaan lagi pada Papa," ucap Mama sambil mengelus pucuk rambutku."Insyaallah ya, Ma. Fika akan selalu berusaha untuk menjalin lagi hubungan baik dengan Papa, saat ini pun sebenarnya kepercayaan itu mulai tumbuh. Enam bulan telah berlalu sejak kejadian itu, sepertinya memang Papa yang dulu sudah kembali," jawabku sambil tersenyum.Sesungguhnya aku mengatakan hal seperti itu adalah untuk menyenangkan hati Mama saja. Padahal hingga saat ini rasa kepercayaan pada Papa itu masih hanya lima puluh persen lebih sedikit saja."Alhamdulillah kalau begitu. Ya sudah kamu nanti jangan ngebut-ngebut ya. Kabari mama jika sudah sampai."Aku hanya mengangguk dan kemudian memeluk tubuh mama erat, setelah sungkem aku pun langsung melajukan motor matic kesayang
Read more
PREV
1
...
45678
...
18
DMCA.com Protection Status