Semua Bab Disangka miskin di perantauan : Bab 11 - Bab 20
22 Bab
bab 11
selah makan kami mengobrol sejenak terlebih dahulu dengan Rian, dirasa sudah cukup lelah dan sangat mengantuk, kami pun memutuskan untuk pulang."Ehhh tunggu mau kemana kalian!" panggil paman Adit kepada kami yang sudah berjalan beberapa langkah meninggal kan tempat acara."Ada apa dit?" tanya bapak berbalik ke arah paman Adit."Aa dan sekeluarga bisa bantuin dulu ga? Aa dan Rifki bantuin ngangkat piring kotor, teteh, Sisil dan Lisa bantuin cuci piring!" sungguh sangat tidak sopan rasanya jika seorang adik menyuruh keluarga kakaknya, masa kita sudah menggunakan baju bagus dan dandan cantik dan ganteng disuruh-suruh seperti itu."Maaf dit, kita lelah mau istirahat!" Bapak jelas menolak permintaan Paman Adit, karena harga diri bapak pasti terluka."Loh a, dibayar kok, ayolah sayang loh, untuk beli beras kan lumayan, apalagi kerjanya 1 keluarga jadi cuan yang di dapat pasti banyak!" paman Adit terus memaksa kami untuk membantunya, gaya bicara saat menyuruh kami pun seperti menyuruh kepad
Baca selengkapnya
bab 12
"Aku tidak suudzon sil, dulu aku 1 kamar dengan nya karena rumah ibu belum di renov tambah kamar, aku sering lihat dia diam-diam Vidio call dengan seorang lelaki, ditambah obrolan Mereka pun bermanja-manjaan seperti sepasang kekasih yang membuatku muak mendengarnya, kamu pasti sering mendengar kan kalau aku sering bertengkar dengan Septian dulu? itu karna Aku jijik dengan kelakuannya seperti itu!" terang Rian marah, Ratna pun berusaha untuk menenangkan suaminya."Aku kan sudah sering bilang padamu pah, kalau adikmu semakin sini semakin parah, karena aku bermain tik-tik, adikmu sering lewat berandaku, apa kamu tahu bahwa ibu mendukung semua kel.akuan adikmu itu?" ungkap Ratna, terlihat sangat jelas bahwa di sini Ratna tidak menyukai Wak Jeni, lagian siapa suka sih dengan mertua berwatak seperti wak Jeni."Masa iya? sini coba aku mau lihat video-video Septian!" pinta Rian pada istrinya, mungkin dia juga tidak akan menyangka bahwa ibunya mendukung semua kelakuan menyimpang Septian.Rian
Baca selengkapnya
bab 13
Aku dan bapak sempat saling pandang, namun tak lama bapak menaikkan kedua bahunya, menandakan biar aku yang mengambil keputusan."Gimana kamu saja sil, bapak ngantuk mau tidur dulu, Tian Wak masuk ya!" bapak pamit begitu saja tanpa bertanya Ada apa dengan Septian, sepertinya bapak sudah tahu perkara kenapa Septian diusir dari rumah."Sil, ayolah please, kita kan sodara ya ya ya!" Septian terus memohon kepadaku, Bahkan dia tak segan untuk mengeluarkan air matanya.Ckkk, lagi butuh aja ngaku sodara, kemarin-kemarin dia yang paling lantang menghina aku dan menghina keluargaku."Kayaknya nggak bisa deh Tian, kamu kan sering bilang bahwa rumahku jelek dan juga sempit dibanding rumahmu, jadi maaf aku tidak bisa menampung kamu, kenapa kamu numpang saja di rumahnya Susi?" jelas aku menolak keinginan Septian, dia salah satu orang yang paling lantang jika masalah menghina keluargaku, lagian biasanya juga kalau ada apa-apa dia minta tolongnya pada Susi."Ihhh Sisil, kamu jadi orang kok pedendam
Baca selengkapnya
bab 14
Subuh-subuh terdengar suara bapak sedang melantunkan adzan di masjid yang tidak jauh dari rumah kami, aku, ibu dan Lisa pun segera menunaikan ibadah sholat subuh.Setelah itu ibu membuat sarapan untuk kami, karena kami akan segera pergi ke Jakarta."Pak, bapak enggak usah lagi kerja ke kebun ya, biarkan saja kebun bapak digarap oleh orang lain, hasilnya kan bisa dibagi 2," usulku pada bapak, Tak tega aku rasanya melihat bapak masih menggarap kebun."Kalau bapak nggak kerja, kasihan kamu sil, masa kamu mencari uang sendirian sedangkan bapak masih mampu," jawab bapak."Sisil sudah punya rencana pak, Sisil mau buatin bapak warung kelontong cukup besar di sini, sayang kan, lagian halaman rumah bapak kan luas, bisa kita manfaatkan," jawabku."Apa kamu punya modalnya Sil? Kalau misalkan memang tidak ada, jangan maksain," ahhh bapak."Ada kok pak, tenang aja sisil sudah mempersiapkan semuanya!" Setelah kami sarapan, ternyata mobil yang aku rental beserta sopirnya sudah berada di depan rumah
Baca selengkapnya
bab 15
Aku dan Susi sama-sama terkejut karena bertemu di sini, entah Susi yang akan menjadi reseller ku entah memang mereka join atau mungkin bisa jadi hanya salah satu temannya saja yang berniat join denganku."Kalian saling kenal?" tanya salah satu teman Susi, Aku tidak ingin bicara bahwa Susi ini adalah saudaraku."kami hanya mengenal sepintas saja, tidak terlalu kenal!" Jawabku acuh, terlihat Susi tidak menyangka dengan jawabanku, pantas saja semalam Septian datang ke rumahku minta tolong, ternyata kembarannya sedang ada di Jakarta toh."Kita mau ketemu owner nya bukan ketemu karyawan nya!" cibir Susi pongah."Saya owner nya, ada yang bisa saya bantu?" skak Matt, mulut Susi refleks menganga ketika mengetahui bahwa aku adalah owner di sini."Oh iyaa, saya Rena, sebenarnya yang ingin membuka usaha itu saya, kedua teman saya hanya mengantar saja!" oh pantesan, orang pemalas kayak Susi mana mau merintis usaha seperti ini, aku sangat tahu tabiat Susi yang pemalas.Lalu aku pun menjelaskan sec
Baca selengkapnya
bab 16
teriak nya lantang, dasar manusia tidak punya adab, bisa-bisanya dia berbuat onar di tempat milik orang lain."Sebelum kamu mengatakan hal-hal yang jelek terhadapku, tolong kamu perhatikan kakakmu sendiri yang sekarang sedang mengandung sebelum menikah, ditambah lagi sekarang kan kakakmu akan mempunyai adik madu? Dan daripada kamu terlalu mengurusi hidupku, alangkah baiknya kamu juga berkaca daripada nantinya akan mengikuti jejak kakakmu!" ejeku pada Susi, sekali-kali aku harus menyadarkan anak ini agar tidak terlalu menilai kesalahan orang lain."Tidak usah membawa orang-orang yang tidak ada di sini!" teriak Susi lepas kendali, suaranya menggelegar ke mana-mana.Aku hanya tersenyum mencibir Mirna, lalu bergegas aku masuk kembali ke dalam gudang tanpa menghiraukan ucapannya sama sekali."Sus, Lo dari mana aja?" tanya rekan Susi."Dari kamar mandi, udah belum ayo cepetan!" protes Susi pada teman nya, sepertinya dia sudah tidak kuat berada di sini."Mbak sil ini, tolong hitung ya!" tern
Baca selengkapnya
bab 17
"Hahh mak, itu bukan seorang wanita, melainkan Septian, kebayang kalau Komar tau!" aku dan emak sama-sama terperanjat kaget melihat penampilan Septian sekarang, apalagi ditambah dia dengan seorang pria paruh baya, dan parah nya lagi mereka sedang bermesraan layaknya seorang kekasih."Emak nggak nyangka Septian separah itu, emak hanya penampilannya saja yang feminim, ternyata kelakuannya juga menyimpang!" ujar emak sembari terus menatap Septian dan pria paruh baya itu, tapi aku berbeda dengan emak, Aku sama sekali tidak kaget dengan perilaku Septian yang ternyata menyimpang, karena menurutku sebelum-sebelumnya juga sudah kelihatan bahwa dia menyimpang.Aku pun memikirkan hal yang sama dengan emak, kebayang kalau misalkan sampai bapaknya tahu Septian sudah separah itu, pasti Wak komar tidak akan segan-segan untuk menghabisi Septian."Emak sama Sisil liatin apa, bukanya dimakan malah liatin yang gajelas!" Bapak menegur kami yang saling berbincang sambil menatap Septian."Itu pak lihat, bu
Baca selengkapnya
bab 18
(Apa bibi masih ingat ketika bibi kurban domba, bibi berusaha untuk selfie dengan domba, tapi malah kena seruduk, kampungan mana bibi dengan aku? Hahahah 🤣) balasku pada bibi Santi, aku ingat betul dengan kejadian itu, karena setelah itu bibi Santi memanggik emak untuk minta pijit gratis, tanpa bayaran sama sekali. Setelah itu aku mematikan data seluler ku, karena aku yakin mereka pasti akan tidak terima dengan balasanku, dan aku juga tidak ingin merusak mood karena meladeni orang gi-la seperti mereka. Acara makan malam pun selesai, akhirnya aku pulang ke rumah bersama dengan keluargaku, alhamdulillah hari ini aku bisa sedikit membahagiakan keluarga ku, 30 menit pun berlalu akhirnya kamipun sampai di rumah. "Kak, Lisa mau tidur sendiri ya!" ucap Lisa antusias, wajar saja adikku seperti itu karena di garut, ia tidak punya kamar sendiri. "Ya Lisa, banyak kamar kosong kok, mau tidur sama kakak juga nggak papa!" balasku seraya tersenyum. "Ngga ah bosen, kali-kali pengen tidur sendir
Baca selengkapnya
bab 19
Brakkkkk"Kamu jangan bikin malu aku ya Jeni, apa kamu ga mikir hah? Kamu sedang minta-minta pada siapa? Apa kamu nggak salah minta sama keluarga miskin? kita itu keluarga terpandang, kamu jangan menurunkan harga diri suami!" Wak Komar datang memarahi istrinya, bahkan dia menggenggam erat dagu wak Jeni hingga is meringis kesakitan. "Bang, aku cuma memina oleh-oleh saja, apa salah meminta oleh-oleh pada saudara sendiri? lagian aku ga mohon mohon." jawab Wak Jeni dengan nada takut, bahkan aku bisa melihat bahwa tubuhnya bergetar. "Sudahlah, kenapa kalian jadi berantem di sini? Kalau teteh mau mengambil oleh-oleh, bawa secukupnya, jangan seenaknya saja, bener apa kata suami teteh, apa nggak malu minta minta pada keluarga miskin?" jawab bapak emosi, bapak terlihat tidak Terima di hina seperti itu oleh wak Komar. "Sudah ayo pulang sekarang, jangan kamu ambil apapun dari keluarga miskin ini, bukannya kita sudah sepakat bahwa kita tidak akan menganggap adikmu ini sebagai keluarga? Apa kam
Baca selengkapnya
bab 20
Tapi sebelum kita berbicara tentang hal ini, Mak mau minta oleh-oleh dong yang kamu bawa dari Jakarta heheh, gaada oleh-oleh gaada gosip pokonya!" pinta nya padaku, aku pun menghela nafas panjang dan mengangguk. "Iya-iya Mak, nanti mak aku kasih oleh-oleh!" aku pun setuju dengan permintaan Mak Romlah."Suami si Sintya, pergi dari sini, dia lebih memilih tinggal bersama istri keduanya dibanding dengan si Sintya!" ujar mak romlah dengan bibir maju beberapa senti ke depan, aku pun cukup kaget dengan gosip yang beredar. "Apa yang emak bicarakan ini benar?" selidiku pada Mak Romlah."Bener lah sil suer, kan saat suaminya si Sintya pergi, drama sekali, si Sintya nangis-nangis gamau di tinggalin, bahkan Sintya sudah di talak loh!" aku kaget melongo mendengar gosip Mak Romlah, padahal kan Sintya sedang hamil kok bisa-bisanya dia malah ditolak oleh suaminya. "Kasian si Sintya ya Mak, lagi hamil malah di talak!" jawabku jujur, karena aku sesama wanita, tentu aku bisa merasakan jika hal itu me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status