All Chapters of Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Chapter 21 - Chapter 30
213 Chapters
16 (bagian 2)
Reyhan mengembuskan napas kasar melihat keadaan rumahnya. Ia mulai melepaskan sepatu dan mencari keberadaan sang istri."Thania ...!" Lelaki itu berteriak memanggil sang istri. Tetapi, tidak ada sahutan sedikipun. Ia terkejut saat melihat keadaan rumah seperti kapal pecah, pria tersebut menggelengkan kepala saat melihat wanita yang menyandang menjadi ibu rumah tangga tengah mendengarkan musik sambil jajan dan buat kesalnya dia membuang sampah sembarangan."Thania! Kamu tuh kaya anak kecil sih, masa rumah sampe berantakan gini," omel Reyhan.Mantan suami Maira itu, menarik handset yang terpasang di telinga Thania. Ia menatap kesal aang istri, begitupun wanita tersebut. "Apa-apaan sih, Mas! Lagi enak denger musik juga," sembur Thania.Reyhan mengepalkan tangan sangat emosi dengan ucapan dan nada suara sang istri. Ia menarik dan mengembuskan saat mengingat wanita di depannya ini tengah mengandung. "Kamu boleh sepuasnya dengerin lagu, tapi ya ... rumah ini setidaknya kamu beresin dong,
Read more
17 (bagian 1)
Jam sudah menunjuk pukul sebelas malam. Maira masih belum terlelap di alam mimpi, ia malah berbaring di kasur yang sama sekali tidak empuk. Menatap langit kamar dengan pikiran entah kemana."Walau aku udah mengikhlaskannya tetapi kayanya harus tegur Mamang deh, kalau gak punya uang kan mendingan minta. Ini malah nyuri," ujar Maira.Maira mengangguk kepala menyakinkan dirinya. Ia akhirnya memilih terlelap walau pikiran tengah bercabang. Memikirkan kelakuan keluarga Bibi dan Atha."Nduk, ayo bangun! Katamu mau ke pasar sekarang bukan." Dewi menggoncang tubuh anaknya, Maira merasa terusik ia menguap dan menutup mulut. Mata wanita itu mengerjap-ngerjap. "Ayo bangun! Mandi dan wudhu kita salat tahajud dulu," ajak Dewi.Dengan wajah mengantuk, Maira bangun. Wanita itu mengucek mata lalu melangkah mengambil handuk dan bergegas ke bilik mandi. Sedangkan Dewi membangunkan putranya."Ahh ... ayo semangat Maira!" Maira bermonolog di dalam kamar mandi. Ia bergegas memberikan diri lalu berwudhu
Read more
17 (bagian 2)
"Ayia ... maafin Maira ya, Bang. Janji deh bakal ngulangin lagi," lontar wanita itu.David melotot mendengar lontaran Maira, sedangkan perempuan itu langsung jarinya membentuk huruf V. "Bercanda Bang, serius banget sih," kata Maira.Lelaki itu mencebik, ia memilih meninggalkan Maira. Tetapi, wanita tersebut malah mengikuti. "Kamu ini ngapain sih ngikutin aja! Abang mau ganti baju lho, mau ikut," ketus David.Maira langsung mengedikan bahu membuat David membulatkan mata. Melihat reaksi sang Abang, Maira tidak tahan untuk mengeluarkan tawa."Santai aja kali, Bang! Aku nungguin di luar kamar kok, aku cuma mau bantuin Abang buat jemur kasur," tutur Maira.Sesampai di kamar David, sang adik langsung berdiri di luar. Sedangkan David hanya mengedikan bahu lalu menutup pintu dan bergegas mengganti pakaian. Setelah selesai memanggil Maira untuk membantu mengangkat kasur."Maira ... ayo masuk! Bantu Abang angkat kasur," teriak lelaki itu.Mendengar itu Maira bergegas masuk, ia menatap Abangn
Read more
18 (bagian 1)
"Eh, kalian mau kemana? Motornya kenapa." Orang itu mematikan mesin motornya lalu menatap David dan Maira. "Eh Atha, ini ban motor bocor. Padahal sekarang Maira mau ke pasar beli bahan buat jualan," jelas David.Anak Ibu dan Bapak haji itu menoleh menatap ban motor milik David. Lalu tatapannya melirik Maira dan wanita itu langsung menundukan kepala. "Kalau gitu, sini Mas anter aja. Terus David bisa bawa motor ke bengkel Bapak biar dibenerin," usul Atha.Maira langsung menginjak kaki Abangnya karena memberitahu ia akan ke pasar. "Gak perlu, Mas, saya jadi ngerepotin lagi. Mendingan saya naik sepeda aja ke sana," tolak Maira. David yang masih merasakan kaki yang diinjak sang adik. Ia langsung menoleh menatap tajam wanita itu. "Enak aja, gak! Abang gak ngizinin. Ini tuh masih gelap, jangan berani-beraninya berangkat ke pasar sendiri. Kamu kalau mau pergi harus sama Atha, karena Abang percaya sama dia kalau bakal jagain kamu," omel David. "Dan ... kalau kamu gak mau dianter Atha,
Read more
18 (bagian 2)
Maira berkata dengan pelan, ia menatap Atha. Lelaki itu menghela napas lalu menatap penjual yang memandang senyum ke arah mereka."Mbak, saya mau tanya boleh," seru Atha.Wanita yang dipinta itu mengangguk mengiyakan. Sedangkan Maira tidak paham dengan lelaki tersebut."Emang cowok itu harusnya gini ya kalau ngikut cewek, maksudnya biar gantle gitu. Apalagi belanjaannya banyak, masa cowok cuma ngikutin aja, malu dong sama badan," seru Atha.Pedagang yang ditanya itu hanya mengangguk sebagai jawaban."Kalian sangat serasi banget, Masnya juga ihhh gentle deh," celetuk salah satu pedagang yang lain.Maira terkejut dengan ucapan Atha, dia langsung segera menarik lelaki itu. "Ayo cepet pergi!" ajak Maira.Atha menuruti Maira lalu mengulas senyum kala lengan baju ditarik oleh wanita di depannya. Setelah itu Maira langsung melepaskan tangannya dan berhenti di tukang sayur, segera berbelanja bahan makanna. "Ayo, Mas, kita pulang!" ajak Maira. Atha mengangguk, lelaki itu membantu membawa ba
Read more
19 (bagian 1)
Maira sibuk memasakan makanan untuk berjualanan. Sedangkan sang Ibu membereskan rumah dan Bapak dan Abangnya bersantai di ruang tamu. "Ra, sini Ibu bantu. Ibu udah selesai bebenah," seru Dewi. Wanita itu menoleh melirik sang Ibu, lalu mulai melakukan pekerjaannya lagi."Gak perlu, Bu. Bentar lagi selesai kok, mendingan Ibu istirahat aja, pasti capek, kan. Nanti biar sekalian Maira yang jual gorengannya," balas wanita itu. Dewi mendengkus mendengar itu, wanita itu segera berdiri di samping anaknya. "Kalau gorengan yang jualan kamu, terus Ibu ngapain," tutur Dewi.Wanita itu langsung membalikan tubuh ke samping memandang Ibunya."Ya Ibu istirahat aja di rumah, biar Maira yang jualan. Kita bagi tugas," celetuk perempuan tersebut.Wanita itu memegang bahu sang Ibu lalu mengusap perlahan. Terlihat perempuan paruh baya tersebut menghela napas lalu mengangguk lemah. "Padahal Ibu mau jualan bareng kamu lho, Ra," keluh perempuan tersebut.Maira mendengar itu mengulas senyuman. Ia lekas me
Read more
19 (bagian 2)
"Kenapa lama banget sih, capek tau berdiri!" cecar Devi. Wanita itu langsung mengajak anak dan suaminya untuk masuk. Maira yang melihat kelakuan keluarga Bibi mendengkus. Ia segera menghadang lalu berdiri di depan mereka seraya bersidekap. "Kalian ini, kenapa langsung masuk aja. Aku belum nyuruh lho," gerundel Maira. Devi hanya memutarkan bola mata dengan malas. Mendengar suara adiknya, Dewi segera keluar melihat. "Emangnya kenapa sih, kaya ke siapa aja," sinis Devi.Maira hanya mengembuskan napas kesal, ia baru saja hendak menyahuti. Tetapi, Dewi segera mencegah dengan memegang pundaknya. "Kalian mau ngapain sih ke sini, katanya udah gak sudi nginjek kaki ke sini. Tapi lihat, Bibi menelan ludah sendiri," sindir Maira.Anak Devi melotot mendengar sindiran Maira. Membuat ia menunjuk wajah sepupunya tetapi, segera ditepis David. "Jangan tunjuk-tunjuk muka orang, gak sopan!" cecar lelaki itu. David dan Ali memilih mengikuti Dewi, dan mereka melihat adegan tersebut. Anak pertama wa
Read more
20 (bagian 1)
Lelaki itu melotot mendengar ucapan David, ia berbalik dan tangan terkepal. Ia melayangkan tinjuan ke wajah anak Dewi. Para wanita langsung menjerit melihat hal tersebut. "Sialan!" maki lelaki itu.Ali segera menahan suami Devi, sedangkan Dewi segera membantu anaknya untuk bangkit. "Ayo Nak, bangun," kata wanita itu."Bacot! ngeselin banget ya! Dasar, mau mempermaluin keluarga Mamang, sampe bilang gitu saat kami keluar," geram lelaki itu.Devi dan anaknya bukan melerai, mereka malah menyemangati lelaki itu. Membuat Maira menggelengkan kepala, beberapa warga segera berkerumunan dan membantu menahan suami Devi."Kalian ini ngapain ikut campur sih, biarin aja! Biar anak Mbak Dewi itu babak belur," celetuk Devi.Semua menggelengkan kepala tercengah dengan ucapan Devi. Sedangkan Maira segera mengobati Kakaknya. "Mendingan kalian pergi aja kalau mau buat rusuh, lagian ngapain lagi pagi-pagi ke sini. Biasanya gak pernah. Apa karena Maira ada di sini, kalian pengen anak kalian ngerayu suam
Read more
20 (bagian 2)
Maira memutarkan bola matanya malas, ia sedang tidak mau meladeni Reyhan. Wanita itu memilih mengoes sepeda lagi, membuat lelaki tersebut menggeram kesal. "Berhenti pelacur!" teriak Reyhan. Mata Maira melotot mendengar ucapan lelaki itu. Banyak pasang mata langsung memandang ke arahnya, sedangkan Reyhan menyeringai kala melihat wanita yang ia talak mendekat. Dia dengan percaya diri segera turun dari kendaran roda empat."Kalau punya bacot di jaga! Gak salah neriaki saya pelacur, coba kayanya mata anda bermasalah deh. Wanita yang ada dalam mobil anda itu, pelacur! Jangan membalikkan fakta," hardik Maira.Reyhan terkejut karena ucapan kasar Maira, lelaki itu dengan spontan mendorong tubuh sang perempuan hingga terjatuh. Membuat Thania tersenyum puas."Mas, jangan ladenin dia. Mendingan ayo cepet pergi! Kita kan ada janji temu, dia mah gak penting," seru Thania.Lelaki itu melirik Thania, lalu melihat jam tangan dan memandang Maira. Terlihat perempuan tersebut segera bangkit."Dasar co
Read more
21 (bagian 1)
"Mbak siapa?" tanya Maira.Mendengar pertanyaan Maira, wanita itu langsung melirik saat dia bertanya. Sedangkan anak Dewi segera menggenggam jemari gadis yang menyapanya tadi. "Saya pengasuhnya Mbak. Ayo Nona, nanti Papamu marah lho," ujar perempuan tersebut.Dia menyahuti Maira seraya mengajak anak asuhnya untuk pulang. Gadis kecil tersebut menggeleng, lalu memeluk pinggang Maira. "Gak mau, Bi. Aku mau ajak Mama pulang," serunya.Maira terkejut begitupun wanita yang berhadapan dengan mereka. Matanya sampai membulat, sedangkan gadis kecil itu menampilkan riak polos."Jangan gitu, Nona. Tante ini bukan Mama kamu," tegur perempuan itu.Gadis kecil itu langsung memanyunkan bibirnya. Mata dia kini berkaca-kaca membuat perempuan tersebut khawatir. "Jangan nangis Nona, kan Bibi ngomongnya bener. Gak enak lah sama Tante, masa kamu tiba-tiba manggil Mama," nasihat wanita tersebut.Sedangkan Maira langsung melepaskan gadis itu yang mendekap lalu memegang pipinya. "Jangan nangis, nanti jele
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status