Semua Bab RInai (Cinta Tak Sesakit Ini): Bab 51 - Bab 60
66 Bab
Tak Ingin Luluh
Rinai menepis pelan tangan Reinart yang hendak memegang pinggangnya. Wanita itu memilih berjalan sendiri meski pelan. Dia tak peduli bagaimana tanggapan pria tersebut padanya. Dia tak ingin dikasihani, cukup sudah hinaan yang dia terima selama ini. Kelembutan serta belas kasihnya dimanfaatkan oleh orang-orang yang dia percaya. Rupanya, menjadi orang baik itu tak berguna sama sekali. Sebanyak apa pun dia menanam kebaikan, tetap saja buruk di mata orang lain. Reinart mengembuskan napas pelan melihat penolakan Rinai. Dia mengekori wanita itu dari belakang, berjaga-jaga jika membutuhkan bantuannya. Hatinya tersentuh melihat punggung Rinai yang terlihat rapuh. Melihat wanita itu berupaya sendiri berjalan, meski 'gips' masih terpasang di kaki kanannya, membuat pria itu tersenyum kecut.Sebuah tamparan halus menyentuh hati Reinart. Selama menjadi istrinya, Rinai sama sekali tak pernah mengeluh. Wanita itu selalu melakukan kewajibannya dengan sangat baik, melayaninya sepenuh hati. Bahkan, sa
Baca selengkapnya
Memulai Dengan Benar
Reinart mengetuk pintu kontrakan Rinai beberapa kali. Hampir satu bulan wanita itu tak berkabar dengannya. Dia benar-benar menutup diri tak bertemu siapa pun. Bahkan, makanan yang dikirim Reinart melalui aplikasi online tak satu pun diterima Rinai. Reinart cemas Rinai melakukan sesuatu yang berbahaya. Meski dia tahu wanita itu tak akan pernah berbuat nekad, tapi bisa saja bila kesedihan yang terlalu dalam, membutakan mata hatinya."Rin, buka pintunya atau aku dobrak!" seru Reinart sambil mengetuk pintu lebih keras. Dia benar-benar akan melakukannya jika wanita itu masih juga keras kepala.Reinart ingin berteriak lagi, tapi dia mengurungkan niatnya saat mendengar langkah kaki dari dalam rumah. Perlahan pintu rumah Rinai terbuka dan menampilkan sosok wanita tersebut."Ada apa?" Rinai bertanya dengan nada dingin pun wajahnya, tak terlihat emosi di sana.Reinart tersenyum lega. "Syukurlah, aku pikir kamu kenapa-napa. Kamu enggak jawab satu pun pesanku. Aku mencemaskanmu, Rin."Rinai mema
Baca selengkapnya
Sudah Terlambat
Rinai tersenyum betapa antusiasnya Anindya malam ini. Pasar malam yang digelar setiap akhir bulan ini memang sangat meriah. Lampu warna-warni digantung di sepanjang lapangan. Aneka permainan juga digelar di sana. Seperti, menangkap ikan menggunakan jaring kecil, melempar gelang, menembak sasaran di papan, permainan bianglala, kuda-kudaan, dan masih banyak lagi. Penjual makanan pun juga tak mau kalah memeriahkan pasar malam tersebut. Mereka menggelar dagangannya di pinggir lapangan yang dipasangi lampu dengan voltase besar. Ada mainan, baju kaos yang bisa dicetak nama, dan makanan. Penjual yang sering diserbu adalah penjual gulali. Makanan yang terbuat dari gula pasir dan pewarna itu, masih menjadi favorit anak-anak. Bahkan, tak jarang orang dewasa juga menyukainya. Rasanya yang manis dan warna menarik, membuat ingin makan terus dan terus.Rinai menurunkan Anindya yang memerosotkan tubuhnya ke bawah. Begitu kaki kecilnya menyentuh tanah, batita itu segera berlari ke arah kolam kecil
Baca selengkapnya
Fakta Menyakitkan
Angin berembus sangat kencang, disertai hujan deras yang turun sejak malam. Bulan September memang lebih dingin dari bulan sebelumnya. Rinai bahkan harus mengenakan jaket untuk menghalau dingin di malam hari. Dia baru saja mendidihkan air untuk membuat jahe merah. Tubuhnya memang tidak dalam kondisi baik sejak semalam, apalagi pikirannya.Sejak Reinart menyatakan keinginan melamarnya lagi, Rinai lebih banyak diam. Wanita itu tak menjawab atau menolak. Bukan ingin menggantung sang pria, bagaimana dia bisa memberi jawaban sementara hatinya tak bisa lagi merasakan cinta. Dia sudah lama mematikan hatinya, sejak Kenshi menorehkan luka. Namun, dia juga tak tega menolak ketika Reinart mengatakan Anin sangat bahagia saat mereka bersama. Batita cantik itu mampu membuat dunianya yang abu-abu menjadi berpelangi.Dering dari ponsel yang diletakkan di atas tempat tidur, membuyarkan lamunan Rinai. Dia melirik jam yang tergantung di dinding kamar, hampir satu jam dia duduk termenung di dekat jendela
Baca selengkapnya
Bangkai Tercium Juga
Rinai memeluk lututnya erat. Dia termenung menatap jendela kamar dengan pandangan menerawang jauh ke depan. Dia tak peduli ponsel yang berdering terus-menerus. Dia juga abai pada ketukan di pintu rumahnya. Rinai hanya ingin menyendiri. Merenungi semua yang terjadi. Kata-kata Reinart terus-menerus mengetuk ingatannya. Kenshi dan Reinart saudara tiri? Benarkah mereka satu ayah? Lalu mengapa Kenshi tak pernah menceritakan apa pun padanya. Sebuah ingatan membuat wanita itu tersentak. Dia ingat, sejak terakhir berkunjung ke rumah Reinart bersama Kenshi, pria itu mulai berubah. Tepatnya setelah sang pria berbicara dengan Irene. Apakah saat itu Mama Reinart tersebut mengatakan hal itu kepada Kenshi?Rinai mulai merunut semuanya kembali. Sikap Kenshi yang mulai menjauhinya, pembatalan rencana pernikahan mereka, lalu kata-kata pria itu yang seperti misteri. Dia ingat saat Kenshi mengatakan harus memastikan sesuatu. Apakah pria itu sedang menunggu hasil tes? Hingga berkata seperti itu?Tangis
Baca selengkapnya
Penyesalan Tak Bertepi
Andai waktu bisa diputar ulang seperti sebuah film, Kenshi tak akan berpikir panjang kembali ke masa lalu. Memperbaiki semua yang telah terjadi. Salahnya yang tak berpikir panjang dan dalam saat itu. Cerita yang dipaparkan Irene membuatnya merasa bersalah kepada wanita itu. Begitupun sang ibu yang ikut dalam dalam konspirasi tersebut. Hanya demi kekayaan, wanita yang sangat dia hormati itu tega membenarkan cerita bohong hingga Kenshi merasa berhutang budi.Andai Kusuma tak ceroboh menerima panggilannya, tentu sampai saat ini Kenshi tak akan tahu kecurangan keduanya. Darahnya mendidih saat mendengar langsung pengakuan sang ibu kepada Reinart. Ingin rasanya detik itu dia menghampiri Kusuma dan mempertanyakan, mengapa begitu tega menjual kebahagiaan putranya sendiri demi selembar saham? Apa harta dan kuasa begitu berharga? Atau karena dirinya bukan putra kandung hingga Kusuma tak merasa keberatan melukainya."Pak, sudah sampai." Kenshi menatap supir yang mengantarnya dari bandara menuju
Baca selengkapnya
Sesal Tiada Akhir
"Berjanjilah kamu akan menuruti apa pun yang aku katakan.""Aku harus memastikan sesuatu. Bersabarlah sebentar lagi.""Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, Rin."Rinai menganjur napas pelan saat semua kata-kata Kenshi kembali terngiang di telinganya. Tangannya yang tadi bergerak memasukkan pakaiannya ke dalam travel bag berhenti. Pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengelindan di dadanya, terjawab sudah. Kenshi, pria itu mengambil keputusan tanpa melibatkannya. Tak bisakah pria itu bertanya bagaimana perasaannya? Apa yang terjadi dalam pernikahannya dengan Reinart? Rinai terduduk di pinggir pembaringan. Rasanya, seluruh tubuhnya kehilangan daya. Dia tak bisa lagi bertahan di tempat yang mengingatkannya kepada Kenshi. Dia menatap layar ponselnya yang menghitam. Beberapa saat lalu ponsel itu berdering, menampilkan nama Reinart sebagai pemanggil. Rinai ingat reaksi pria tersebut saat dia mendatangi kantornya kemarin."Rin, syukurlah. Aku cemas kamu enggak ada kabar." Reinart nampak le
Baca selengkapnya
Ssmua Sudah Berakhir
Rinai mengusap pipinya yang terasa basah. Entah bagaimana caranya air matanya bisa jatuh begitu saja. Melihat Kenshi berdiri di hadapan, semua kisah mereka berputar di matanya. Rencana pernikahan dan membangun rumah tangga, serta memiliki banyak anak dihancurkan oleh pria itu.Susah payah Rinai menahan hatinya agar tak lagi merasakan sakit, tapi dia gagal. Bohong jika dia tak mencintai Kenshi. Jauh di relung hati, pria itu masih menempati tahta tertinggi. Kenshi masih menguasai pikiran dan juga dirinya. Namun, wanita itu mencoba logis. Kisah mereka terlalu rumit, jika dipaksa terus bersama, yang ada hanyalah rasa sakit berkepanjangan."Rin, boleh aku bicara?" Kenshi mencoba melepaskan hening yang membelit mereka berdua.Rinai tak menjawab. Wanita itu merapatkan cardigannya, lalu duduk di kursi yang ada di teras rumah."Apa kabar?" Kenshi merapatkan bibirnya kembali, dia merutuki lidahnya yang berucap tanpa kendali. Harusnya tak perlu bertanya kabar. Dia bisa melihat sendiri dari pena
Baca selengkapnya
Pertemuan Garis Takdir
Pagi belum sempurna datang, walaupun ayam jantan bersemangat berkokok saling bersahutan. Sang surya masih enggan beranjak dari peraduannya. Dia membiarkan awan-awan hitam menyelubungi langit sisa hujan semalam. Pikirnya, manusia pasti masih asyik terlena di dalam selimutnya.Tapi, tidak bagi seorang wanita. Pagi-pagi sekali dia sudah mengayuh sepeda menyusuri jalanan yang masih sedikit gelap. Sesekali bertegur sapa dengan para pekerja yang berpapasan. Desa tempat wanita itu tinggal terkenal sebagai penghasil teh terbaik. Tak heran, di sepanjang jalan banyak kebun-kebun teh yang terhampar. Semakin terang, makin banyak terlihat aktifitas warga yang mencari nafkah sebagai pemetik teh. Rata-rata dari mereka adalah perempuan berusia tujuh belas tahun ke atas. Wanita itu menghentikan sepedanya saat melihat seorang gadis yang dia kenal sedang memetik teh. Dia mengambil map yang terbuat dari plastik bening dari keranjang sepedanya. Seperti tahu diperhatikan, sang gadis mengangkat pandanganny
Baca selengkapnya
Rasa yang Tertinggal
Waktu menunjukkan pukul 02:30 dini hari. Tetapi, lampu di perpustakaan yang merangkap ruang kerja Kenshi saat di rumah, masih menyala terang. Tiga cangkir kopi yang dihidangkan asisten rumah tangga telah tandas diminum semua. Sejak Rinai menghilang, pria itu membenamkan diri dengan bekerja siang dan malam. Baginya, tidur adalah siksaan, karena setiap tubuhnya rebah di pembaringan, wajah Rinai akan selalu terbayang. Begitupun setiap kenangan yang pernah ada. Semua seolah-olah mengorek dada Kenshi.Kenshi sudah mengerahkan semua kemampuannya untuk mencari Rinai. Banyak detektif sudah dia sewa untuk menemukan keberadaan sang wanita, tapi sosok wanita tersebut seakan lenyap ditelan bumi. Dua tahun ... selama itu Kenshi menahan kerinduannya. Makin lama cintanya pada Rinai semakin besar, berbanding lurus dengan rasa bersalahnya. Banyak kata pengandaian diujarkan si pria, tapi dia sadar tak bisa merubah apa pun.Tangan Kenshi meraih cangkir kopi yang sudah kosong. Dia menekan tombol save aga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status