Semua Bab Istri Kecil Penebus Hutang: Bab 41 - Bab 50
184 Bab
41. Kesal atau Cemburu?
Sesekali Lavira melirik Avram yang berada di sampingnya. Saat ini mereka sedang berada di dalam lift, benar-benar berniat bergerak ke lantai bawah. Lavira masih ragu dan tak percaya jika Avram sungguh ingin ikut ke lantai bawah, menunggunya memasak.“Emm, apa tidak sebaiknya Kakak tunggu di atas saja? Nanti aku antarkan mie gulungnya ke ruangan kerja Kakak,” tutur Lavira menatap Avram dari samping.Avram pun menoleh dan menunduk menatap wajah manis Lavira. “Tidak, aku ingin ke bawah,” sahutnya datar.Lavira mengangguk pelan sambil menghela napas pasrah. Dia juga tak berani memaksa Avram untuk melakukan apa yang dia katakan tadi. Lagipula dia hanya memberi saran, takut jika Avram banyak pekerjaan saat ini.Ting ...Denting lift berbunyi menarik perhatian tiga manusia yang ada di ruangan tamu. Siara duduk bersama dua anaknya, Fero yang sibuk dengan tablet dan Feria yang asik dengan makanan serta luka di tangannya.Luka yang tadi dia dapatkan akibat mempermainkan Lavira sampai terkena ai
Baca selengkapnya
42. Membantu
Dengan keraguan, tiga manusia yang tadi berada di ruangan tamu sekarang sudah berada di balik tembok. Siara, Feria dan Fero, tiga manusia itu berada di balik tembok, sengaja untuk mengintip kegiatan Avram dan Lavira di dapur. Mereka tak percaya melihat bagaimana Avram dengan antengnya duduk diam menatap pergerakan Lavira.“Apa Mama yakin kalau dia itu benar-benar Avram Dakasa?” tanya Fero dengan suara berbisik.Siara menoleh, begitu pula dengan Feria. Memang jika melihat Avram saat ini, membuat orang-orang tak percaya jika dia adalah seorang Avram sang psikopat. Bahkan selama ini mereka tinggal di mansion seakan selalu diawasi dan itu terasa mengerikan bagi Siara. Dia merasa ngeri jika saja sewaktu-waktu Avram mengusir mereka dari sana, padahal Siara sudah berusaha membuat Fero menggeser kepemimpinan Avram di keluarga Dakasa.“Mama juga sangat terkejut, dia terlihat berbeda tetapi matanya memang sangat tajam. Bahkan hanya dengan sepintas lalu saling bertatapan, kita sukses dibuat bung
Baca selengkapnya
43. Rela Kekenyangan
Lavira menatap Avram yang nampak terdiam setelah mencoba masakannya. Perempuan itu ketar-ketir di tempat, takut jika Avram tak suka dengan rasa masakannya. Lavira terus menunggu laki-laki tampan itu bersuara, dia pun sengaja menggantung suapan untuk menunggu Avram.“Ekhm ... Kakak tidak suka? Kalau tidak suka, tidak usah dilanjutkan makannya. Lebih baik Kakak pesan seperti biasa saja, atau minta bagian koki dapur untuk memasak,” tutur Lavira merasa tak enak jika Avram melanjutkan makan.Avram menoleh dan menatap Lavira yang sedang meringis menatapnya. “Tidak,” sahut Avram singkat.Lavira terdiam mendengar jawaban Avram. Entah kenapa dia malah merasa cukup sedih mendengar jawaban itu. Dia sedih karena sudah berusaha membuat makanan enak, ternyata Avram tak suka. Itu adalah isi benak Lavira saat ini, tetapi dia tak ingin melihatkannya kepada Avram, sebab sampai saat ini Lavira masih menyangka tak pantas untuk dihargai.“Aku tidak ingin makanan lain. Ini enak dan ke depannya, mungkin kau
Baca selengkapnya
44. Menemui Avram
“Jadi bagaimana sekarang, Ma? Kita tidak bisa diam begitu saja ‘kan? Jika terus seperti ini, bisa-bisa kita memang diinjak oleh si gembel itu. Aku tidak ingin dan tak mau,” tutur Feria kepada Siara.“Diamlah, Mama sedang berpikir sekarang,” jawab Siara.“Aku tak ingin menjadi level bawah orang itu. Kita harusnya tetap menjadi penguasa di sini. Lihat saja, sekarang dia begitu diperlakukan baik oleh Avram. Semakin lama bisa saja dia memanfaatkan itu semua. Dia bisa saja membalas apa yang pernah kita lakukan dengan memanfaatkan perlakuan baik Avram kepadanya,” sambung Feria.Siara diam, dia juga sependapat dengan sang putri. Fero pun sedari tadi juga diam, tetapi dia nampak lebih santai. Entah tak merasa takut akan diusir dari sana atau bagaimana. Fero terlihat begitu santai seakan semuanya bisa diselesaikan oleh Siara. Selama ini dia memang menggantungkan semuanya kepada Siara, apa pun itu.“Abang kenapa diam saja?” tanya Feria kepada Fero.Pria itu menatap Feria yang baru saja bersuara
Baca selengkapnya
45. Hukuman Dari Avram
Kening Avram berkerut mendengar pertanyaan Lavira. Dia melirik gelagat sang istri yang kini sedang memilin jari-jari tangannya. Avram sudah cukup paham bagaimana karakter dan segala gestur tubuh Lavira. Jika dalam keadaan seperti sekarang, bisa ditebak jika Lavira merasa gugup, ragu ataupun sedang takut.“Kau tak bisa tidur?” tebak Avram.Lavira mengangkat kepalanya dan mengangguk menatap Avram. “Iya, Kak.”“Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Atau kau merasakan sakit pada wajah dan tangan?” tanya Avram.Lavira menggeleng menanggapi pertanyaan Avram kali ini. Melihat itu, Avram mengerutkan keningnya cukup samar. Dia menunggu Lavira bersuara, perempuan itu nampak ragu. Dia menggaruk puncak kepalanya sambil menatap Avram yang juga sedang menatapnya.“Bukan, aku sudah tak sakit. Wajahku sudah cukup membaik karena sudah tak bengkak lagi. Tangan juga sudah cukup dingin, tak sepanas tadi,” jawab Lavira.“Lalu apa? Katakanlah,” titah Avram.“Emm, itu ... aku tak bisa tidur sendiri
Baca selengkapnya
46. Rencana Licik
“Dia menggelapkan dana hampir dua triliun, Tuan. Sekarang dia sedang dalam tahap pencarian.”Rahang Avram mengeras mendengar laporang dari Rino. Sekitar jam dua malam, Avram mendapat telepon. Setelah pertempuran panasnya bersama sang istri kecil tadi. Sekarang pria itu mendapatkan kabar yang berhasil memancing amarahnya.“Apa ini ada hubungannya dengan Fero?” tanya Avram dengan suara sangat dingin.“Sayang kurang paham, Tuan. Kami sekarang masih meninjak lanjuti kasus ini lebih dalam lagi. Bisa jadi ada sangkut pautnya dengan Tuan Fero, bisa juga tidak. Akan tetapi, ini mungkin memang ada sangkut pautnya, sebab dia selama ini selalu berkomunikasi dengan Tuan Fero.”Mata Avram menajam, dia mendesis kecil merasa saat ini kesalahan Fero sudah semakin menjadi. “Cari tahu secepatnya, jika memang ini ada kaitan dengan laki-laki bodoh itu. Maka aku sendiri yang akan turun tangan setelah ini. Fero ... dia selama ini terlalu meremehkan semua hukuman dan peringatan yang sudah aku berikan,” des
Baca selengkapnya
47. Pesan Singkat
“Pa, kenapa Papa beberapa hari ini selalu saja diam? Aku baru saja keluar dari rumah sakit, bahkan Papa tak ikut menjemputku. Padah ....”“Papa ada rapat.”Kalimat Joana terputus saat Farhan melewatinya begitu saja. Joana terdiam di tempat, dia menatap tak percaya sang ayah. Marni pun merasa geram melihat putrinya diperlakukan seperti itu oleh Farhan.“Mas, kenapa kamu tiba-tiba berubah seperti ini, hah? Jo sudah beberapa hari di rumah sakit, kamu tidak datang menjenguk putrimu. Dia rindu, sekarang dia menyapa malah kamu cueki? Di mana hati kamu untuk sang anak, Mas? Kenapa kamu seperti ini? Kasihan Jo, putri kita,” celoteh Marni geram.Pergerakan Farhan yang sudah hampir mencapai pintu terhenti mendengar kalimat tersebut. Dia menunduk dan terdiam dengan wajah tak dapat diartikan. Raut wajah Farhan terlihat lain, ada gurat sedih dia nampak tersenyum pahit. Sampai pada akhirnya pria paruh baya itu tertawa miris entah karena apa, sehingga Marni dan Joana merasa heran dan tak paham.“Jad
Baca selengkapnya
48. Ingin Punya Bayi
Tiga manusia sesekali melirik ke arah ruangan makan mansion Dakasa. Beberapa hari ke belakang ini mereka harus sabar karena berbagi tempat dengan Avram. Pria yang biasanya tak pernah turun dari lantai empat untuk sarapan, sekarang malah rutin sarapan pagi di meja makan.“Ada bagusnya juga dia sekarang rutin turun dari sarang. Tiap pagi aku jadi bisa cuci mata, melihat wajah tampannya. Tapi aku kesal, kenapa dia begitu memperlakukan perempuan gembel itu spesial. Sampai bersedia meninggalkan pekerjaannya demi perempuan itu, ck,” celoteh Feria.Siara, Feria dan Fero sekarang sedang berada di ruangan utama mansion Dakasa. Tak seperti hari-hari biasanya, mereka bisa langsung bergerak ke ruangan makan untuk sarapan pagi. Kali ini mereka harus bersabar karena Avram sudah rutin ada di sana, tentu saja bersama Lavira. Pria itu menemani Lavira bahkan dari awal perempuan tersebut memasak, sampai Lavira menghabiskan makanannya.“Diam saja, Feria. Avram seakan memiliki telinga dunia, begitu tajam
Baca selengkapnya
49. Makan Di luar?
“Ah, hari ini dia tidak masuk sekolah, Ma. Akhir-akhir ini aku lihat dia sering bolos, dengan keterangan izin. Pasti karena dia sering disiksa sama Tuan Dakasa, jadi tidak bisa masuk sekolah untuk menjaga nama baik keluaraga Dakasa. Pasti begitu,” celoteh Joana sinis.“Kamu benar, pasti selama ini dia selalu disiksa sampai menderita. Makanya kita baik, kita buat dia nanti langsung mati saja setelah disiksa. Heh, hidup tidak berguna selama ini dunia, menyusahkan dan hanya menjadi sampah,” balas Marni.“Jadi apa Mama sudah mengurus semuanya? Orang sewaannya bagaimana?” tanya Joana nampak tak sabar.“Kamu tenang saja, semuanya sudah siap. Tinggal mencari waktu yang tepat saja. Kita juga tak akan membuang-buang waktu lagi. Semuanya harus tuntas dalam satu hari. Satu kita urus satu hari, kita culik satu hari, nanti kita siksa dia semalaman, lalu langsung bunuh paginya,” jawab Marni.Joana tersenyum licik mendengar kalimat tersebut. Dia sudah membayangkan bagaimana caranya nanti dalam menyi
Baca selengkapnya
50. Jodoh Salah Alamat
“Cari istriku secepatnya! Jika kalian tak menemukannya, maka siap-siap saja bertemu neraka!” bentak Avram dengan suara keras nan begitu dingin.“Baik, Tuan,” balas kepala pengawal dengan suara takut.“Cari secepatnya, jika tidak ka ....”“Kakak.”Kalimat Avram terputus saat pria itu mendengar suara lembut seseorang. Dia menoleh cepat dan terdiam ketika melihat wajah manis Lavira. Perempuan itu berjalan dari arah balkon, Lavira tersenyum manis ke arah Avram yang terdiam di tempatnya dengan ponsel masih berada di daun telinga.“Kamu dari mana?” tanya Avram heran.“Aku dari balkon, ternyata di sana enak, ya. Bisa lihat halaman luas mansion dari sini, aku suka.”Avram terdiam mendengar kalimat tersebut. Dia menghela napas lega ketika merasa Lavira baik-baik saja. Dirinya pun melupakan balkon kamarnya, sehingga tak terpikir Lavira ada di sana.“Tetap diposisi,” ucap Avram sebelum pria itu menutup sambungan telepon.Lavira menatap Avram yang kini terlihat lebih lega, tak setegang tadi. Pria
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
19
DMCA.com Protection Status