All Chapters of Passionate CEO - Malam yang Tak Terlupakan: Chapter 21 - Chapter 30
129 Chapters
Bab 20 - Dekapan yang Mendamba
Tak memedulikan Michael yang masih berbincang dengan William, Axel kembali membimbing tangan kiri Mysha untuk menggandeng lengan kukuhnya. Alih-alih Axel merengkuh pinggul seksi Mysha, ia memilih membelai punggung tangan perempuan yang menggenggam lengannya gugup. Pria dengan daya pikat luar biasa itu berusaha membuat Mysha merasa nyaman meski ia ingin meletakkan jemarinya di tempat yang lain. "Ayo kita pamit. Tidak nyaman jika nanti Michael berulah lagi. Sebaiknya kita undur diri." Mysha tak bisa fokus apa yang dikatakan Axel saat pertama kali menyapa sang Pemilik Pesta. Perempuan itu berusaha bersikap tenang, tapi jantungnya sama sekali tidak bisa sejalan dengan keinginan. Bagaimana Mysha bisa kalem jika ia merasakan setiap gerakan otot yang disembunyikan Axel dalam balutan tuxedo mahalnya? Mysha tak bisa menghentikan khayalanan yang semakin membuatnya tanpa sadar menggenggam lengan Axel makin kuat. Membayangkan Axel perlahan membuka tuxedo-nya lalu memperlihatkan setiap lekuk tu
Read more
Bab 21 - Hawa yang Memanas
Akhirnya Mysha merasakan bibir itu menciumnya. Rasanya seperti yang dia bayangkan, lembut dan manis. Seketika itu segenap pengunjung memberi tepuk tangan meriah pada kedua pengantin yang telah sah menjadi suami istri. Mereka melepaskan kecupan dan wanita itu bisa merasakan Axel merengkuh pinggulnya lembut. Dia sedang menatap suaminya ketika sebuah suara menusuk ke dalam telinga. Mysha berusaha mengabaikan tapi suara itu makin keras, menganggu momen yang sudah dinanti seumur hidup .... Bunyi alarm melengking dari telepon selular membuat Mysha membuka mata kalang kabut. Terkesiap, berusaha mengumpulkan kesadaran, napasnya memburu. Namun sisa mimpinya masih terasa jelas. Apa yang aku pikirkan? Mysha melirik ke arah jas Axel yang tergantung di depan lemari bajunya, rapi dengan plastik pembungkus bertuliskan nama laundry yang mencucinya. Baju itu menemaninya sepanjang akhir pekan, mungkin itu yang membuat dirinya bermimpi yang tidak-tidak. Mysha meraba bibirnya, ciuman itu terasa nyata,
Read more
Bab 22 - Awal Malam yang Indah
"Kau sedang tidak enak badan?" Axel menatap Mysha yang tampak hanya memainkan pisau dan garpunya di atas daging steak Kobe yang lembut. Wanita itu tersentak dan kembali fokus memotong secuil daging dan menyuapkannya ke mulut. Harus diakui, steak yang harganya bisa menanggung jatah makan Mysha seminggu penuh itu sangat enak. Kelembutan yang sesuai dengan kematangan sempurna. Namun, semua kelezatan itu sama sekali tak membuat wanita berambut keperakan itu bahagia. Ada perasaan resah bergelayut di batinnya. Axel membawanya pergi cukup jauh ke sebuah restoran dengan gaya khas Amerika di era Koboi. Pria itu bahkan mem-booking sebuah ruangan privat khusus untuk mereka. Mobil mewahnya dijaga oleh dua body guard berbadan besar di tempat parkir. Mysha tak bisa percaya bagaimana Axel rela repot-repot mencarikan restoran yang sesuai dengan seleranya. Daging steak ini pun dipesan khusus karena mereka biasanya hanya menggunakan daging sapi grade A di sini. "Kalau steak-nya tak sesuai dengan sel
Read more
Bab 23 - Hati yang Mencair
Mysha menahan napasnya ketika mendapati tatapan Axel yang terluka. Dadanya kembali berdebar melihat ekspresi lain yang ditunjukkan oleh pria itu, memberi rasa pedih seakan dia juga merasakan luka Axel. Wanita itu menelan ludah, berusaha menata kata untuk membalas. "Ti-tidak, Sir. Saya tidak sedang menghindari Anda." Tangan Mysha saling meremas di pangkuannya, berusaha menenangkan diri. Dia menimbang-nimbang apakah pantas dia mengutarakan ganjalan dalam dada, atau memilih tetap bungkam dan menganggap semua kenangannya dengan Axel hanyalah mimpi. Terdengar desahan dari sampingnya, begitu putus asa, membuat Mysha menoleh. "Kau kembali berbicara terlalu formal, Mysh. Kau sedang membangun jarak ...." Axel benar. Mysha baru menyadari perubahan sikapnya. Kesunyian turun di antara mereka makin pekat, masing-masing disibukkan oleh pikiran dalam kepala, sampai akhirnya Axel membuka suara. "Apa kau mendengarkan ocehan Mike di pesta?" Mysha tergelagap. Pertanyaan Axel tepat menghunjam benak
Read more
Bab 24 - Hati yang Bimbang
Tanpa menjawab apa-apa, Axel memutus sambungan telepon. "Shit!" Ia memukul badan mobil sebagai sasaran kekesalannya. Axel terpaksa kembali ke kantor meski sebenarnya ingin sekali pulang ke apartemen untuk memukul heavy bag sampai hilang semua amarah di dada. Tidak mungkin ia ikut cuti setengah hari seperti Mysha, William tak akan mempercayainya. Axel berusaha menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang sudah menantinya. Semakin sibuk maka semakin sedikit otaknya berpikir hal-hal lain yang memang ingin diabaikan. Sayang, kenyataannya Axel justru menjadi sulit berkonsentrasi. Kalimat terakhir Olivia terus terngiang di kepalanya. Mau tak mau membuat CEO tampan itu mengingat-ingat lagi kebersamaan terakhirnya bersama wanita berkaki jenjang itu. Sejujurnya Axel menikmati saat-saat bersama Olivia. Wanita itu sangat pas dengan seleranya. Penampilan fisiknya bisa dibilang sempurna, 9 dari 10 menurut penilaian Axel, otaknya cukup berisi, dan supel sehingga menyenangkan diajak bicara. Wanita y
Read more
Bab 25 - Tanya dalam Jiwa
Mysha menatap layar ponselnya yang masih juga gelap. Tidak ada tanda-tanda Axel mencoba menghubunginya. Baru kali ini Mysha merasakan sesuatu yang tak bisa ia pahami. Keinginan untuk bicara, berbagi, dan bahkan sekadar melihat sosok Axel Delacroix. Kepala Mysha dipenuhi pikiran buruk. Apa ia melakukan sesuatu yang menyinggung Axel hingga pria itu tak lagi mempedulikannya? Apa Axel kini telah menemukan wanita lain yang lebih baik sehingga Mysha sudah tak lagi berarti baginya? Padahal barusan Axel mengatakan akan membuktikan dirinya. Apakah itu hanya ilusi? Suara denting menyentak wanita itu. Dengan tergesa disambarnya ponsel yang cukup canggih itu mendekat. "Kujemput pukul tujuh besok." Dahi Mysha mengerut. Hanya pesan singkat dari Axel yang mampir ke ponselnya. Padahal biasanya pria itu akan menelepon dan memperdengarkan suara baritonnya yang tetap memukau bahkan dari seberang saluran telepon. Pikira
Read more
Bab 26 -Pembicaraan dari Hati
Dia terlihat bodoh.Mysha tahu hal itu, tapi tidak bisa menghentikan air mata yang mengalir membasahi pipinya. Matanya buram dan pikirannya hanya satu, kembali ke kantornya secepat mungkin. Bayangan bagaimana Axel mencium wanita itu terputar jelas dalam benak, membuat dadanya berdenyut nyeri. Firasatnya benar, Axel tertarik pada wanita lain.Demi Tuhan, baru beberapa hari yang lalu pria itu berjanji akan membuktikan dirinya adalah orang yang berbeda, tapi hari ini Mysha melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa semua yang diucapkan oleh Axel adalah kebohongan besar. Mysha merasa bodoh karena telah mempercayai Axel.Hatinya hancur berkeping-keping dan kepercayaannya tumbang tak bersisa. Hanya tersisa rasa sakit dan kepedihan yang menggantung sesak. Langkahnya terseok hingga dia tiba di depan pintu ruangan bertuliskan namanya."Mysha?" tanya seseorang, membuat wajah wanita itu terangkat.Dia mengenali suara itu. Suara hangat yang selalu bisa menena
Read more
Bab 27 - Ketika Cinta Diuji
Mysha terkejut sendiri dengan reaksinya. Apa yang telah ia lakukan? Menampar atasannya untuk kali kedua. Wanita itu menarik tangannya, kemudian menatap Axel dengan kecemasan yang berusaha disembunyikan.Axel memegangi pipinya yang terasa pedih. Rasa sakit yang menjalar hingga jauh ke dalam hatinya. Dua kali ia telah merasakan tamparan tangan berjemari lentik itu. Jika yang pertama dulu, kabut dendam memenuhi hatinya, kali ini CEO tampan itu justru merasakan kepedihan.Dia tak mengerti mengapa Mysha berubah begitu cepat. Pagi tadi wanita itu masih menanyakan kabarnya bahkan beberapa kali seperti ingin membuka percakapan yang sayangnya tak ia tanggapi. Sore ini Mysha bukan hanya mengabaikannya, bahkan menampar dan memilih pergi bersama pengacara sialan itu. Namun Axel menangkap sesuatu yang lain di mata keemasan gadis itu, ada kesedihan sekaligus amarah."Mengapa kau menamparku, Mysh? Aku hanya ingin bicara," erang Axel."Dia tak ingin bicara denganmu, Bere
Read more
Bab 28 - Kecupan tak Terduga
Axel menahan senyum ketika melihat wajah Olivia yang memucat. Ular betina ini sepertinya memang mempermainkan dirinya. Baguslah, ini berarti hubungannya dengan Mysha masih bisa diselamatkan.Pria itu tetap memasang wajah dingin dan datarnya ketika dia berkata, "Ada masalah? Aku hanya mulai menjalankan peranku sebagai ayah yang baik, setelah meyakinkan diri bahwa janin itu memang milikku.""Tidak, tidak ada masalah." Olivia kembali menata wajahnya seakan tidak terjadi apa-apa, bahkan dia sempat menyunggingkan senyum yang dulu pernah membuat Axel ingin mencecap bibirnya.Sayangnya, kini hal yang sama justru membuat Axel ingin menampar pipi bersapu blush-on itu. "Sayang sekali, selama beberapa hari ke depan aku akan sangat sibuk. Kau tahu, aku masih bekerja, ada jadwal pemotretan yang tidak bisa ditunda."Ingin sekali Axel melemparkan piring keramik ke wajah yang pura-pura memelas itu, alih-alih demikian, dia justru mencondongkan tubuh dan berkata p
Read more
Bab 29 - I can't Let You Go!
Axel setengah tak percaya memandangi pesan yang baru saja diterimanya. Benarkah Mysha sudi bicara dengannya? Akhirnya wanita itu mau memberinya kesempatan. Axel tak mau menyia-nyiakan peluang emas yang digulirkan kepadanya.Ia akan kembali meraih kepercayaan Mysha. Pasti!Sayang, impian tak selalu sejalan dengan kenyataan. Michael menempel erat seperti kawat berduri di selusur pagar penjara. Membentengi Mysha sepanjang jam kerja.Bahkan sejak Mysha keluar pintu apartemen, hingga masuk lagi sepulang kerja di waktu malam, pria berengsek itu tetap mengekor setia. Axel sama sekali tak bisa memperpendek jarak."Kapan kita bisa bicara?" Axel berusaha menekan kegundahannya ketika akhirnya Mysha mengangkat teleponnya."Sabtu ini saat makan malam." Mysha mendebas. "Kurasa Mike ada keperluan keluar kota hari itu."Axel sebenarnya ingin protes kenapa Mysha tidak berani meminta Michael menjauh dan membiarkan mereka lebih cepat bicara daripada harus bers
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status