All Chapters of Passionate CEO - Malam yang Tak Terlupakan: Chapter 31 - Chapter 40
129 Chapters
Bab 30 - Katakan Sejujurnya
Mysha benar-benar terpana melihat tingkah Axel yang dinilainya berlebihan, meski tak dipungkiri hatinya melambung, juga berbunga-bunga. Lelaki yang terbiasa membuat para wanita bertekuk lutut saat ini justru sedang berlutut di depannya.."Jangan merendahkan diri Anda, Mr. Delacroix. Tolong bangunlah!" pinta Mysha. Ia menguatkan diri agar tetap tegar, menahan kaki untuk tidak beranjak dari posisinya. Berusaha menahan diri agar tidak memeluk bahu Axel yang kini sejajar dengan pinggangnya."Aku tak peduli, Mysh. Aku akan tetap berlutut sampai kau mau mendengarkan penjelasanku," ucap Axel teguh."Berdirilah Axel, kumohon!" Suara Mysha bergetar menahan haru. Seorang Axel Delacroix yang arogan dan mempunyai harga diri selangit, rela berlutut di hadapannya.Pendirian Mysha mulai goyah."Tidak, Mysh! Sebelum kau berjanji akan mendengarkan penjelasanku."Mysha mengedarkan pandangannya. Orang-orang tampak mulai memandangi mereka dengan penuh
Read more
Bab 31 - Kecemburuan yang Terbakar
"Rupanya seseorang di sini tidak mengerti bahasa Inggris," ucap Michael tajam, menggenggam tangannya erat, siap meluncurkan pukulan kalau pria di hadapannya memaksa untuk bertemu Mysha."Dan seseorang tidak mengerti kapan dia harus mundur," balas Axel dengan sikap yang sama. Setelah kejadian kemarin, Axel tidak akan melepaskan Mysha lagi dan menghadapi Michael hanyalah hal kecil dibandingkan bayangan dia berpisah dari wanita itu."Silakan pergi, Mr. Delacroix. Kehadiranmu tidak diharapkan di sini.""Bukankah harusnya aku yang berkata demikian, Mr. Johann--""Mike!" seru Mysha membuat kedua pria di hadapannya melirik ke arahnya yang sedang berjalan tergopoh.Mysha langsung menempatkan dirinya di hadapan Michael, menatap pengacara itu dengan tatapan memohon. "Kita harus berbicara sebentar."Alis Michael berkerut, menatap bergantian Mysha dan Axel. Firasatnya berkata bahwa sesuatu terjadi selama dia ke Washington D.C. untuk be
Read more
Bab 32 - Misteri yang Terkuak
Mysha tak berkedip menatap wanita tinggi semampai yang berjalan ke arahnya. Pintu apartemen masih terbuka lebar, tapi Olivia memilih hanya berdiri di anak tangga teratas.Mysha tahu, model papan atas itu tidak akan mau memasuki apartemen yang mungkin dinilainya kumuh. Selintas Mysha menoleh ke deretan jendela yang memantulkan bayangannya. Sial! Ia sama sekali tidak tampil maksimal. Rambutnya tak tertata sempurna dan riasannya juga sudah mulai luntur.Tidak ada waktu untuk memperbaiki semuanya. Ia harus menguatkan hati untuk menghadapi makhluk yang sempat membuat Axel bergairah itu. Dengan dada bergemuruh lebih karena kesal, Mysha menghampiri Olivia."Jadi kau wanita yang merayu Axel?" Olivia tersenyum sangat manis ketika mereka sudah berhadapan.Semilir angin musim gugur yang cukup menggigit sama sekali tak menggoyahkan sikap anggun Olivia. Tampaknya dingin tak mengganggu meski Olivia mengenakan gaun yang memamerkan kaki jenjang indahnya.Nyaris ta
Read more
Bab 33 - Cinta yang Kembali Menyala
Mysha merasakan kelegaan yang luar biasa mendengar penjelasan dokter. Jika Olivia tidak hamil seperti yang dikatakan dokter, artinya jatuh dari tangga bukanlah masalah berarti. Tidak ada bayi yang mungkin mati karenanya."Oh Tuhan, syukurlah... syukurlah," bisiknya berulang-ulang.Axel mempererat dekapan tangannya di bahu Mysha, menenangkan dan meyakinkan gadis itu bahwa semuanya baik-baik saja. Semua sudah berakhir. Kekalutan, ketakutan, dan keraguan yang sempat ada di antara mereka telah lenyap.Axel berusaha tetap tenang di depan Mysha, agar wanita berkacamata itu merasa aman di sisinya. Padahal amarah di dalam dadanya begitu menggelegak. CEO yang selalu bersikap analitis itu mencoba mengambil sisi positifnya. Paling tidak masalah kehamilan Olivia sudah selesai tanpa harus ia bersusah payah. Meski begitu, Axel harus mengadakan perhitungan dengan Olivia agar wanita ular itu benar-benar menyingkir dari hidupnya. Axel sadar, wanita seperti Olivia bisa saja mengg
Read more
Bab 34 - Pengakuan Hati
Axel merasakan hangat menjalar dari pipi hingga ke hati. Sebuah senyum terkembang ketika dirinya menatap Mysha yang tersenyum malu."Axel?" tanya Mysha ketika pria itu mengarah ke pinggir jalan dan menghentikan mobil mewah itu di sana.Axel memperlebar senyum, membuat Mysha menahan napas, apalagi ketika pria itu meraih jemarinya dan mengecup lama. Rasa hangat merayap di pipi Mysha, setengah berharap kalau bibirnyalah yang dicium Axel dengan penuh damba seperti itu."Mysh." Axel menarik napas dalam, seakan apa yang akan dikatakan adalah sebuah hal yang berasal dari perasaannya. "Aku akan melindungi dan menjagamu. Tidak akan kubiarkan seorang pun melukaimu dan seumur hidupku, aku akan membuktikan bahwa aku adalah pria yang layak mendapatkan kepercayaan dan cintamu."Rasa haru menyeruak dari dada Mysha, membuat matanya berair. Axel membelai pipi wanita itu, menghapus air mata sebelum mengecup kulit putih itu pelan."Aku percaya padamu, Axel," bisik My
Read more
Bab 35 - Peristiwa Mendebarkan
Axel tak mau mengatakan apa-apa meski Mysha menanyakan berulang kali untuk apa mereka kembali ke Rose Center for Earth and Space. Sejak terakhir kali mereka ke sana, sejujurnya Mysha memang ingin mengajak Axel untuk pergi menikmati indahnya langit sekali lagi. Namun, wanita itu merasa jengah jika Axel menyewa seluruh gedung seperti sebelumnya. Rasa-rasanya Axel terlalu berlebihan. Namun, ia juga tak bisa mengharapkan pria gagah yang kini menyetir di sebelahnya untuk masuk ke planetarium dan berdesakan bersama warga New York lainnya. Ah sudahlah, Mysha tak boleh selalu menuntut supaya Axel mengikuti standar sederhananya. Pria itu terbiasa hidup dalam kemewahan dan melakukan banyak hal penuh dengan privasi. Apakah Axel tak pernah merasa kesepian?"Kita sudah sampai." Axel membuyarkan lamunan Mysha. Pria itu keluar dan membukakan pintu.Mysha menyambut uluran tangan kekasihnya. Genggaman Axel terasa begitu hangat. Apakah ia masih demam? Sejenak Mysha ingin memeriksa kenin
Read more
Bab 36 - Undangan Berbahaya
Axel tertunduk, wajah yang tadi semringah mendadak datar. Pria yang paling dikagumi para wanita seantero kota New York itu berusaha mencerna jawaban yang terlontar dari bibir Mysha. Benaknya berputar memikirkan seribu alasan yang mungkin membuat wanita di hadapannya belum sepenuhnya percaya kepadanya.Ia harus meyakinkan wanita berkacamata itu. CEO tampan itu tak bisa membayangkan bagaimana ia akan tahan menjalani hidup, jika tanpa Mysha di sisinya.Axel mengangkat wajah, memandang tepat ke bola mata keemasan yang ternyata juga sedang melihat ke arahnya."I can't tell you how happy I am." Mysha lebih dulu berkata saat Axel baru saja membuka mulutnya. Senyum manis melengkung di wajahnya.Axel terperangah sekali lagi."Please say it one more time. Aku ... aku tidak salah dengar, kan?" pinta Axel yang tidak dapat menutupi kebahagiaannya."Tidak, kau tidak salah." Mysha menggeleng lalu tersenyum lebar. "Aku hanya sangat terkeju
Read more
Bab 37 - Gaun Idaman
Mysha memainkan cincin di jari manisnya sambil mengulum senyum. Beberapa kali Mysha mencubit pipinya, memastikan bahwa pertunangan dengan Axel Delacroix bukan mimpi dan untungnya cincin indah itu masih tersemat di sana.Seusai makan malam kemarin, Mysha diantar pulang oleh Axel walaupun Mysha tahu kondisi kesehatan pria itu masih belum pulih. Hari ini pun, tunangannya memaksa masuk walau Mysha meminta beristirahat.Tunangan ....Astaga!Mysha memekik dalam hati sementara rasa panas menjalar di wajahnya. Tinggal menunggu hari sampai dia resmi menjadi Mrs. Delacroix ....Dering telepon membuyarkan lamunan Mysha, membuat GM itu terlonjak dari tempat duduknya. Mengatur napasnya sejenak, dia tersenyum sebelum mengangkat telepon."Miss Natasha, Anda ditunggu Mr. Davis di ruangannya sekarang."Suara sekretaris William membuat Mysha kembali fokus pada pekerjaan. Mungkin William akan menanyakan tentang data
Read more
Bab 38 - Kenangan yang Mencuat
Axel hanya melihat kegelapan, tapi ia masih bisa merasakan lengan kecil berusaha menahan tubuhnya yang terhuyung. Sial! Jika ia sampai jatuh menimpa pemilik tangan yang meneriakkan namanya itu, Mysha pasti bisa terluka. Axel mengerahkan sisa tenaganya untuk mengangkat kaki kirinya lalu memijak cepat dan kuat ke atas lantai. Keseimbangannya pulih. Perlahan tapi pasti, Axel bisa kembali melihat cahaya. Suara lembut itu terus memanggil namanya sembari menepuk pipinya berulang."Axel, are you alright?" Mysha memeriksa dahi Axel, tapi tak dirasakan peningkatan suhu yang signifikan."I'm fine." Axel tersenyum ketika seluruh kesadaraannya kembali. "Sorry for making you worry." Pria itu membelai lembut pipi Mysha yang memucat."Tidak! Kita harus ke dokter sekarang!"Axel menggeleng, tapi Mysha menarik tangan kekar itu paksa sekuat tenaga. Saat itulah Mysha mendengar suara yang tak asing. Mysha menoleh ke arah Axel. Untuk yang pertama ia
Read more
Bab 39 - Fragmen Kenangan
William memerhatikan Mysha yang semakin dalam menatap foto masa kecil mereka. Apakah gadis itu masih ingat dengan boneka beruang pemberiannya di hari ulang tahun yang ke-8. Boneka yang dibeli pria itu dari hasil tabungannya. Apakah dia masih suka menonton Yankees?Mysha masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sekali lagi ditatapnya foto itu. Gadis berusia 28 tahun itu memandang lekat-lekat foto anak laki-laki yang berdiri di sampingnya. Jika diperhatikan, wajah anak laki-laki itu sangat mirip dengan William.Mysha mengangkat wajahnya lalu menatap direktur CLD dan foto di tangannya bergantian. Mereka memang orang yang sama, hanya saja lelaki yang di foto itu tubuhnya jauh lebih kurus dan kecil. Lagi pula anak itu tersenyum. Senyum yang begitu hangat dengan sorot mata dan wajah yang juga terlihat bahagia. Ah, jika anak itu memang William, mengapa sama sekali tak tersisa senyum hangatnya? Ke mana ekspresi itu hingga kini hanya wajah datar saja yang selalu ditampak
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status