Semua Bab Wanita Hamil itu Maduku: Bab 11 - Bab 20
98 Bab
Bab 11. Rengekan Alya
"Apa Hana ada di rumah Abah? Kalau itu benar, berarti Hana sudah cerita ke Abah soal Alya. Aku harus apa?" gumam Adam yang tampak kebingungan. Adam sangat menghormati ayah mertuanya itu. Beliau begitu baik kepada dirinya. Dengan masa lalunya yang begitu buruk, Abah Hasan menerimanya dengan tangan terbuka. Bahkan, Abah Hasan tak segan-segan merangkul Adam ke arah yang lebih baik lagi. "Kenapa, Mas? Memangnya siapa yang telepon?" tanya Alya yang kebetulan mendengar Adam sedang bicara dengan seseorang di telepon. "Bukan urusanmu. Oh iya, hari ini aku tidak akan pulang. Nanti kamu di sini biar ditemani Bi Imah. Biar nanti aku bicara sama Bi Imah," ucap Adam. "Lho, memangnya Mas Adam mau kemana? Mas! Mas Adam!" Alya mengikuti Adam yang pergi ke dapur mencari Bi Imah. Langkah Alya sedikit terhambat karena perutnya yang besar. Saat Alya sampai di pintu yang menghubungkan ruang tengah dan dapur, langkah Alya terhenti karena mendengar percakapan antara Adam dan juga Bi Imah. Alya memutus
Baca selengkapnya
Bab 12. Runyam
Selama bekerja, Adam tak bisa fokus karena terus memikirkan Hana dan segala kemungkinan yang akan dia hadapi jika dia ke rumah mertuanya. "Pak, Bapak salah tanda tangan," ucap salah satu karyawannya di bidang keuangan. Sebuah map yang berisi laporan keuangan disodorkan oleh karyawan itu. Adam memang punya beberapa karyawan karena dia tidak bisa menghandlenya sendiri. Punya banyak agen dan reseller membuatnya harus profesional dalam menjalankan bisnisnya. "Iya,kah? Oh iya. Maaf, saya tidak fokus," sahut Adam setelah melihat dokumen itu. Adam kemudian menandatangani kembali dokumen itu di tempat yang seharusnya. Setelah itu, Adam memutuskan untuk rehat sejenak dengan meminum segelas kopi. Dia menyandarkan kepalanya dengan mata tertutup. Akibat ulahnya sendiri, kini dia harus menanggung semua beban pikiran ini. Adam tak mau kehilangan Hana dan juga tidak mungkin membebaskan Alya karena dia sekarang juga menjadi tanggung jawabnya. "Ya Allah, aku harus apa?!" keluh Adam sambil mengu
Baca selengkapnya
Bab 13. Ikut Serta
"Sekarang maumu apa, Alya? Kenapa kamu sampai nekat pergi dari rumah? Jika kamu ada apa-apa di jalan bagaimana?" ucap Adam dengan nada kesal. "Aku mau ikut Mas Adam cari Mbak Hana. Jika aku ditinggal di rumah sama Bi Imah saja, aku mending pergi dari sini. Gak ada gunanya juga, kan? Toh aku ini cuma istri siri," sahut Alya dengan memalingkan muka. "Ya Allah, Al, kenapa kamu gak ngerti juga, sih? Aku harus jelaskan apa lagi sama kamu, Al? Tolonglah, Al, jangan seperti ini!" Kedua tangan Adam menangkup kedua tangannya di depan Alya. Bahkan, Adam tak segan-segan duduk bersimpuh di depan Alya. Alya tampak tak peduli dengan yang dilakukan Adam itu. Dia masih merasa hadirnya di rumah Adam tidaklah diharapkan. Dia hanya sebagai biang kerok masalah antara Adam dan juga Hana. "Jujur sama Alya. Mas Adam mau kemana?" ucap Alya masih dengan muka berpaling. "Allahu Akbar! Masih yang itu, Al? Oke, aku jujur. Sore ini, Mas mau nyusul Hana ke rumah orang tuanya. Puas, kan?" jawab Adam. Pada akhi
Baca selengkapnya
Bab 14. Mampir
Saat melintas di daerah tempat tinggalnya dulu, tiba-tiba saja terlintas sebuah ide dari Alya untuk mengulur waktu. "Mas ..." panggil Alya dengan suara sedikit dibuat-buat. "Ada apa, Al? Adakah yang sakit? Perlu kita berhenti di klinik?" jawab Adam yang khawatir mendengar suara lemas Alya. Adam langsung menepikan mobilnya di tepi jalan dan menyentuh badan Alya. Alya menggeleng pelan. "Gak usah, Mas. Aku takut jika nantinya malah kamu sampai di rumah orang tua Mbak Hana jadi terlambat gara-gara aku. Aku hanya pusing sedikit kok, gak perlu khawatir," sahut Alya lirih. Sebuah akting yang bagus untuk seorang Alya. Dia sangat lihai dalam hal itu. Tentu saja tak sulit bagi Alya melakukan itu karena dia sudah sering melakukannya. "Gak bisa gitu dong, Al. Kita istirahat dulu saja kalau begitu. Aku takut kamu dan anak ini kenapa-napa." Adam terlihat sangat khawatir melihat tubuh Alya yang lemas. "Maaf, ya, Mas. Harusnya aku tadi mendengarkan kamu untuk tetap tinggal di rumah. Sekarang,
Baca selengkapnya
Bab 15. Bersikeras
Ayah Tri memandang anaknya dengan tatapan tajam ketika dia berteriak pada Adam. Tak semestinya seorang istri bicara dengan nada tinggi pada suaminya. "Alya! Jaga ucapanmu! Adam ini suamimu, Alya!" bentak Ayah Tri dengan mata tak kalah melotot. Semenjak ditinggal ibunya pergi dengan laki-laki lain, Alya menjadi anak perempuan yang suka berontak dan melanggar aturan. Ayah Tri sudah menyerah menghadapi Alya seorang diri. Hingga masalah anak dengan Adam muncul. Ada secercah harapan ketika tahu karakter Adam. Beliau berharap Adam bisa mengubah sifat Alya. Tapi, semua itu ternyata tidak mudah karena Alya yang benar-benar keras kepala. "Mas Adam gak bisa meninggalkan aku di sini. Pokoknya aku mau ikut! Jika Mas Adam meninggalkan aku di sini, jangan harap kamu bisa bertemu anak ini seumur hidupmu!" ancam Alya sambil menghentakkan kaki dan masuk ke dalam kamarnya yang dulu. "Astaghfirullah al'adzim!" Kedua laki-laki itu serempak beristighfar melihat kelakuan Alya."Sudahlah, Dam. Biarkan
Baca selengkapnya
Bab 16. Abah Marah?
Alya tersenyum dan menyeringai ketika melihat ekspresi Hana yang terkejut. Jika dilihat dari ekspresinya, tentu saja Hana belum menceritakan pernikahan kedua Adam itu kepada abahnya. "Mas Adam?" lirih Hana. Matanya memandang bergantian antara Abah dan juga suaminya. "Han, bukankah itu suamimu? Lalu, siapa wanita hamil yang bersama dengan Adam itu?" tanya Abah Hasan ketika mereka belum mendekat. "Ehm, itu ... dia, itu, Bah, dia ..." Hana sama sekali tidak mampu mengatakannya. Sangat sulit bagi dirinya menjawab pertanyaan Abah Hasan."Nduk, kamu kenapa jadi gugup begitu? Siapa perempuan itu?" Lagi, Abah Hasan bertanya dengan suara pelan. "Assalamualaikum, Bah!" Tepat saat Hana hendak menjawab, Adam mengucap salam. Di belakangnya ada Alya yang selalu mengikuti Adam. "Waalaikumsalam. Nak Adam, mari silahkan masuk!" jawab Abah Hasan seperti biasanya. Ramah. Abah Hasan selalu ramah dengan siapapun termasuk dengan Adam. "I—yah, Bah," jawab Adam terbata. Jika bisa digambarkan, perasaan
Baca selengkapnya
Bab 17. Rumah Abah
Sungguh, keringat dingin Adam mulai muncul. Jantungnya berpacu lebih cepat daripada biasanya. Hal yang sangat dia takutkan akhirnya terjadi juga."Ya Allah, aku harus jawab apa?" tanya Adam dalam hati. Dia menelan ludah dan sesekali membuang muka. Tentu saja Abah Hasan menyadari perubahan Adam. Beliau yakin jika ada sesuatu dalam rumah tangga anaknya. Mereka tak tahu jika Hana menguping pembicaraan antara mertua dan menantu itu dari dalam. Sama seperti halnya Adam, Hana juga panik dan juga gugup."Ya Allah, pasti Mas Adam sedang bingung menjawab pertanyaan Abah. Aku harus bagaimana, Ya Allah?" gumam Hana yang terlihat gelisah. "Itu, Bah ..." Kalimatnya tertahan di kerongkongan. Abah Hasan terlihat tersenyum dan menepuk-nepuk punggung Adam. Beliau tak sampai hati membuat menantunya ketakutan seperti itu. "Sudahlah, Dam. Kenapa kamu jadi tegang begini? Abah tak akan terlalu ikut campur dalam masalah rumah tanggamu. Tapi, karena Hana kemari sendirian, tak mungkin kalian tak ada masa
Baca selengkapnya
Bab 18. Kecewa
Abah Hasan lebih dulu berdiri dan berjalan ke ruang tamu. Sedangkan, Hana, Adam dan Alya masih duduk tak bergerak di meja makan dengan pikiran kacau. Hana dan Adam saling pandang tanpa berani untuk berucap. Sedangkan Alya, dia dengan santainya memperhatikan gerak-gerik keduanya. "Inilah yang aku tunggu. Kamu tak bisa lagi mengelak, Mas. Semoga saja Abah meminta Mas Adam untuk menceraikan Mbak Hana," batin Alya senang. Cukup lama mereka berdua termenung. Hingga sebuah teriakan dari Abah Hasan menyadarkan mereka. "Kalau sudah, kalian cepat kemari!" Suara Abah terdengar sangat jelas oleh ketiganya. Hana cepat-cepat membereskan piring-piring dan mencucinya. Sedangkan Adam dan Alya sudah lebih dulu duduk bersama dengan Abah Hasan. Sepuluh menit kemudian, Hana menyusul mereka dan duduk persis di sebelah Abah. Adam dan juga Alya duduk berdekatan dan itu semakin menguatkan kecurigaan Abah Hasan. Hana gugup dan terlihat memilin baju dengan jari-jarinya. Adam pun sama dengan Hana. Adam s
Baca selengkapnya
Bab 19. Biarkan di Sini
Alya kesal karena kejadiannya tak seperti yang diharapkan. Abah Hasan sama sekali tidak meledak-ledak marahnya. Memang Abah Hasan kecewa, tapi tidak sampai memaki atau mengusir Adam dari sana. Dia tak peduli saat Adam tak menyusulnya ke kamar. "Lebih baik aku tidur saja daripada mikirin orang tua b*doh itu! Percuma aku ikut ke sini!" umpat Alya sambil merebahkan diri di atas kasur usang di kamar Hana sampai tertidur. Setelah pengakuan Adam itu, Abah Hasan keluar rumah dan Hana memilih ke kamar abahnya selama abahnya itu keluar. Rasanya enggan satu kamar dengan Alya. Dia takut jika pikiran buruk tiba-tiba menghampiri dirinya ketika Alya tertidur. "Maafkan aku, ya, Bah. Aku memang bukan anak yang baik. Aku pulang bukannya membuat Abah senang tapi malah membuat Abah bersedih," ucap Hana sambil melihat foto Abah yang dipajang di dinding kamar. Air matanya keluar tanpa bisa ditahannya. Cinta pertamanya itu pasti terluka. Ingin rasanya Hana tak pulang ke rumah itu. Tapi, kakinya sudah t
Baca selengkapnya
Bab 20. Nasehat untuk Hana
"Baiklah kalau begitu, Bah. Saya izin siap-siap dulu, Bah." Abah Hasan mengangguk dan tersenyum. "Alya, kamu juga siap-, yang. Setengah jam lagi kita berangkat," kata Adam pada Alya yang berada persis di sebelahnya. "Iya, Mas," jawab Alya singkat. Tentu saja dia merasa senang karena Hana tidak ikut bersama dengan dia dan juga Adam. Bahkan Alya berdoa supaya Hana tidak pernah kembali lagi ke rumah Adam dan dia menjadi satu-satunya istri Adam pengusaha konveksi yang berhasil. Selagi Adam beres-beres, Hana menghampirinya dan membantu Adam membereskan baju-baju Adam. Walaupun tanpa kata, Adam tahu jika sebenarnya Hana masih sangat mencintai dirinya. "Han, aku harap kamu segera menyusul pulang. Mari kita mulai lagi hubungan ini dari awal. Aku sangat mencintaimu, Han. Aku benar-benar tidak sanggup berpisah darimu. Maafkan aku karena aku tak mendengar penjelasanmu malam itu karena aku dibakar rasa cemburu ketika melihatmu di antarkan oleh laki-laki," ungkap Adam. Semua unek-uneknya dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status