Pisah Terindah #61"Bu Dara, ini Pak Danar. Sewaktu-waktu jika saya berhalangan, Pak Danar ini yang akan mewakili saya." Aku tetap berdiri dalam bisu. Jujur, aku tidak tahu harus memberi reaksi apa. Haruskah aku melebarkan tangan, mengucapkan selamat bertemu lagi, lalu menyebut namanya selayaknya dua orang yang sudah saling kenal bertemu lagi, atau malah harus pura-pura berkenalan lagi selayaknya orang baru pertama kali bertemu? Mas Danar sepertinya juga tidak jauh berbeda denganku. Dia pun tampak canggung setelah didahului oleh ekspresi kaget. Perlahan Mas Danar mendekat. Sementara aku yang masih setia dengan posisi berdiri sejak awal. Untuk beberapa saat aku mempertahankan tatapan yang tertuju pada Mas Danar. Dia pun sama. Hingga akhirnya jarak yang tersisa antara kami hanya seukuran meja. Aku pun buru-buru menyibukkan diri dengan memindahkan map dari tangan kiri ke tangan kanan dan menaruhkannya ke meja guna menghindari kontak fisik dengan Mas Danar. Aku berharap dengan begit
Last Updated : 2025-07-08 Read more