Semua Bab Pisah Terindah: Bab 21 - Bab 30
43 Bab
Part 21
Pisah Terindah #21"Aku harap ibu tidak terlalu jauh ikut campur masalah kita. Jika pun ibu ikut campur, cukuplah menjadi penengah. Bukan untuk memperjelas kecondongannya," ujarku dengan melirik sekilas pada Mas Danar. "Emangnya ibu ikut campur bagaimana?" tanya Mas Danar dengan wajah bingung. "Nggak usah pura-pura nggak tahulah, Mas," sergahku "Aku benar-benar nggak tahu," jawab Mas Danar pelan. Aku mengembuskan napas dengan sedikit keras sebagai pelambiasan kekesalan yang bersarang di dalam dada. Perlu sekali harus ada pengelakan dari Mas Danar. Seolah-olah dia tidak tahu watak ibunya saja. "Mas, aku tahu bahkan sangat tahu malah kalau ibu nggak pernah benar-benar bisa menerima aku. Tapi nggak harus juga ibu ngerecokin sampai ke hal-hal yang seharusnya cuma antara aku dan kamu. Lagian, kamu juga bukan lagi anak kecil yang apa-apa harus ngadu sama ibu," ujarku setengah bersungut. Mas Danar seketika menoleh begitu mendengar kalimat terakhirku. Dia pasti tidak suka mendengar kat
Baca selengkapnya
Part 22
Pisah Terindah #22Mudah diucapkan, tetapi tidak untuk dilakukan. Meskipun aku telah bertekad untuk terlihat baik-baik saja dan menampilkan kesan bahwa pernikahan kami tidak pernah dilanda prahara. Nyatanya, begitu sulit. Aku harus bertarung menaklukkan diriku sendiri. Aku harus mati-matian berjuang mengesampingkan perasaan yang sebenarnya. Hati yang telah retak bahkan patah berkeping-keping harus terlihat seakan masih utuh, mulus tiada cela. Entah mimpi apa yang menjambangiku hingga harus seperti ini yang kulalui. Mimpi? Oh, tidak! Andaikan ini hanya sebatas mimpi tentu takkan berarti apa-apa. Toh, ketika terbangun mimpi pun akan buyar. Sayangnya, ini adalah kenyataan yang benar-benar nyata. Tengah terjadi dan aku adalah salah satu pemeran utamanya. Dan hanya akan berakhir jika secara sadar diakhiri. Lagi-lagi wajah wanita bernama Lalisa itu menghinggapi otakku. Berputar-putar, menghentak-hentak di kepala. Menimbulkan kesakitan yang teramat sangat. Benar-benar menyiksa. Aku
Baca selengkapnya
Part 23
Pisah Terindah #23"Mas Ada di mana?" Akhirnya telepon dariku diangkat juga setelah beberapa kali aku mengulang panggilan. "Di rumah sakit." Suara Mas Danar terdengar datar saja. "Di rumah sakit mana?" "Rumah sakit Kasih Bunda." "Okey." Aku menutup telepon tanpa kata basa-basi. Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Bunda, di sinilah aku berdiri sekarang. Persis menghadap ke pintu utama. Sehabis mengantar Shahna aku sengaja ke sini. Beberapa hari yang lalu aku sempat melihat brosur digital rumah sakit tersebut di galeri ponsel Mas Danar. Feeling-ku mengatakan kalau di rumah sakit itulah istri kedua suamiku itu akan melaksanakan persalinannya. Tadi pagi aku menguatkan hati untuk menghampiri ke sini. Ternyata benar Mas Danar ada di sini. Harusnya hari ini, aku dan Mas Danar berada di aula sekolahnya Shahna untuk menyaksikan penampilan putri semata wayang kami. Namun, tentu saja hal itu tidak terlaksana karena Mas Danar lebih memilih memfokuskan waktu dan perhatiannya pada anaknya yang
Baca selengkapnya
Part 24
Pisah Terindah #24Aku mengulas senyum walau tak terlalu lepas. Aku menatap wanita yang baru saja menjadi ibu itu dengan tatapan ramah. Tergambar jelas kekagetan di wajahnya yang mulus. Dia menatap aku dan Mas Danar bergantian. "Dara mau membesuk kamu dan bayi kita," sambung Mas Danar agak terputus-putus. Mas Danar berjalan ke arah di mana si bayi mungil itu tengah berada di samping ibunya. Aku mengikuti pergerakan Mas Danar. "Hmm ...lucu sekali. Perempuan?" tanyaku tanpa mengalihkan tatapan dari makhluk mungil itu. "Iya. Perempuan," jawab Mas Danar sementara wanita yang bernama Lalisa itu mengangguk pelan tatkala aku melirik padanya. "Pantasan cantik banget. Boleh aku gendong?" tanyaku sembari melihat pada Mas Danar dan istri barunya itu secara bergantian. Wanita yang terbaring di depanku itu melirik pada Mas Danar. Tatapannya penuh tanya. Tentu saja dia butuh pertimbangan dari suaminya. Kutahu pasti ada kekhawatiran di hatinya. Pasti terbesit di pikirannya kalau aku punya ni
Baca selengkapnya
Part 25
Pisah Terindah #25"Iya, Win" ujarku seketika telepon tersambung. Entah apa yang menghubungkan hati kami hingga seketika aku teringat dia, dia pun tengah sama. "Kamu di mana? Bisa ke sini, nggak? Aku ada di Soto Hits," ungkapnya. Kebetulan sekali keberadaanku saat ini tidak terlalu jauh dari lokasi yang disebutkan Windi. "Iya, deh, aku ke sana. Aku juga lagi di jalan. Nggak jauh kok. Bentar lagi nyampai." "Okey, aku tunggu. Take care!" Windi pun mematikan telepon. Begitu lampu hijau menyala, aku yang niat awalnya jalan lurus merubah haluan jadi belok kiri. Aku masih punya waktu sekitar satu jam sebelum menjemput Shahna. Kukira cukuplah untuk berbagi cerita dengan Windi. Jika pun sampai terlambat, bisa nitipkan ke gurunya sebentar. Setelah memarkir mobil, aku segera masuk ke resto yang terdiri dari dua lantai itu. Begitu masuk, aku langsung menemukan keberadaan Windi. Ternyata dia tidak sendiri. Ada Mbak Tania juga yang tengah membolak-balik kertas. Sedangkan Windi sedang berb
Baca selengkapnya
Part 26
Pisah Terindah #26 POV Danar Pulang. Waktunya untuk kembali pulang ke rumah yang telah kuhuni bersama keluarga kecilku selama kurun waktu tujuh tahun belakangan ini. Namun, pulang kali ini kulakoni dengan debar yang berbeda. Lonjakan rasa di dada membuatku tak tenang. Bukan karena aku tengah dilanda cinta yang menggebu-gebu kepada Dara, istriku. Sama sekali bukan! Tetapi karena sesampainya nanti aku di rumah, akan kuungkap sesuatu yang akan membawa perubahan besar dalam kehidupanku. Setelah sekian lama mengulur-ngulur waktu, pada akhirnya semua harus diungkapkan. Siap atau tidak siap, tetap harus! Apalagi ada yang sangat mendesak. Seperti biasa, setiap kepulanganku akan selalu disambut antusias oleh Dara. Dia mampu menampilkan diri selayaknya orang yang tengah menanggung rindu berat meski hanya tiga hari saja aku meninggalkannya. Mulai dari penampilan, suasana rumah, masakan, semuanya akan dibuat sangat istimewa untuk menyambut kedatanganku. Sungguh, dia sangat berusaha mencipt
Baca selengkapnya
Part 27
Pisah Terindah #27POV DanarLama aku tertekur duduk di ruang tengah. Dalam rentang waktu tertentu aku melirik ke arah pintu kamar berharap pintu itu akan terbuka. Aku ingin tahu bagaimana keadaan Dara. Harusnya Dara marah, berteriak histeris, menangis terisak-isak, atau bahkan mengeluarkan kata-kata tajam untuk menunjukkan emosinya padaku. Aku telah bersiap untuk menerima semua itu. Walaupun kemungkinan yang terakhir itu kecil akan terjadi karena selama yang kutahu, Dara bukanlah orang yang punya perbendaharaan kata-kata kasar dan dia sangat takut akan menyakiti hati orang lain. Opsi lain yang lebih besar kemungkinannya, Dara akan menangis mengiba-iba agar aku tidak meninggalkannya. Aku yakin sekali Dara tidak akan pernah menginginkan kami berpisah. Shahna anak semata wayang kami adalah alasan terbesarnya. Dara tentu sangat tidak ingin kalau Shahna tumbuh dalam keluarga yang tidak komplit. Mendapatkan reaksi Dara seperti itu, aku akan menjelaskan apa yang terjadi dan meyakinkan d
Baca selengkapnya
Part 28
Pisah Terindah #28 (POV Danar) "Diam-diam aku memberanikan diri menemui istri sah dari rekan bisnis papa yang akan menjadi calon suamiku. Aku memberitahunya kalau suaminya ingin menikahiku. Tentu saja dia tidak ingin hal itu terjadi. Lalu, terjadilah sebuah kesepakatan yang bisa dibilang saling menguntungkan antara kami." "Singkatnya, pernikahan itu tidak jadi terjadi. Otomatis kerja sama yang sangat diimpi-impikan papa juga tidak terwujud. Papa gagal mendapat suntikan dana untuk mempertahankan perusahaannya." Aku sangat fokus mendengarkan cerita Lalisa. Setelah beberapa kali pertemuan singkat, akhirnya ada juga waktu untukku bisa lebih lama berinteraksi dengan wanita yang masih menggenggam sebagian hatiku itu. Kali ini Lalisa sengaja datang ke hotel tempatku menginap. Sedangkan aku sengaja tidak langsung pulang meski tugas dari kantor sudah selesai. Aku mengambil cuti dua hari. Tujuanku agar bisa lebih lama menghabiskan waktu bersama Lalisa. Aku berencana akan memesan satu kam
Baca selengkapnya
Part 29
Pisah Terindah #29Kembali bekerja setelah bertahun-tahun mengabdikan diri menjadi ibu rumah tangga yang hanya fokus pada urusan domestik. Di hari pertama memang terasa kikuk tetapi itu tak lama. Di hari berikutnya aku sudah mulai bisa beradaptasi dengan lebih baik. Aku sangat menikmati aktivitas terbaru ini. Menerima tawaran Mbak Tania untuk menggantikan asistennya yang sedang cuti ternyata tidak ada ruginya. Malah mengasyikkan. Meskipun hanya untuk sementara. Aku bersyukur sekali Mas Danar mengizinkan aku untuk bekerja walau hanya beberapa minggu saja, tetapi dengan catatan bahwa aku bekerja bukan karena kekurangan nafkah darinya. Apalagi karena dia lalai akan tanggung jawabnya memberi nafkah. Melainkan hanya untuk memanfaatkan waktu senggang yang kupunya. Seminggu sudah aku bekerja. Itu artinya sudah selama itu juga aku tidak bertemu dengan Mas Danar. Aku sengaja berbaik hati membiarkan Mas Danar fokus dengan kebahagiaan barunya memiliki anak dari wanita yang mampu membuatnya b
Baca selengkapnya
Part 30
Pisah Terindah #30"Dara, nanti sekitar pukul sepuluh tolong ke kantor Mas Lindan, ya. Cuma ngasihin beberapa dokumen aja. Cuman, harus diterima sama Mas Lindan langsung," ujar Mbak Tania yang baru saja datang. "Aku udah terlanjur ada janji sama calon klien. Padahal aku pengen ngobrol serius sama dia," lanjutnya lagi. "Baik, Mbak. Kantornya yang di deretan ruko biru, kan, Mbak?" "Iya, yang itu. Kamu ingat, kan orangnya? Yang dua hari yang lalu ke sini?" "Iya, Mbak. Aku ingat. Yang waktu itu pakai jas abu-abu?" "Ya, benar. Nanti ingatin aku lagi, ya." Aku mengangguk sambil mengulas senyum. Kukira Mbak Tania akan langsung masuk ke ruangannya setelah menyampaikan tugas yang harus kulakukan. Ternyata dia malah menarik kursi yang ada di hadapanku dan duduk dengan posisi nyaman. "Oh, iya, Dara, kemarin Windi ada ke sini, nggak?" Aku menggeleng pelan. "Nggak, Mbak. Aku nggak ketemu." Mbak Tania menarik napas berat. "Kalau kamu sempat ketemu sama dia, tolong nasihatin, tuh anak s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status