All Chapters of Assalamualaikum, Ex-Husband!: Chapter 41 - Chapter 50
158 Chapters
Keping 26a
Aku masih duduk memandangi Langit Biru yang terkapar lelah tak jauh dariku, di atas sofa klasik dalam kamar istana di atas gunung. Aku tersenyum, sedikit takut kalau ia terbangun. Apa ia akan terbangun?Aku masih duduk dengan hati-hati, ruangan diterangi cahaya matahari yang kekuningan dan berpendar bagus di dalam ruangan luas ini. Aku melihat dari jauh ranjang putri bangsawan Inggris—milik putri-putri Bridgertone, di sekitarnya berserakan handuk, waslap, wadah bersih, sebungkus plastik berisi obat-obatan yang diberi catatatan khusus dan thermometer.Tasku yang besar dan tampak lesu menggantung di sebuah kursi dan meja—seperti meja rias. Aku bangkit, berusaha mencari gawaiku yang menghilang entah ke mana. Aku merogoh tas besar, mengaduk aduk isinya hingga menemukan gawaiku tampak gelap, kehilangan baterai. Bagus benar di saat seperti ini.Aku berjalan ke samping ranjang besar, meraih thermometer di atas nakas, meletakkannya sebentar di mulut. Rasa-rasanya demamku sudah turun.Aku ter
Read more
Keping 26b
"Kamu melihatku dengan aneh, Jani." Ia tertawa.Aku merasakan pipiku bersemu merah dan menghangat."Kau pasti sudah lebih baik, bisa melihatku seperti itu.""Saya—saya," aku tidak meneruskan kalimatku. Aku melihatnya melangkah menuju pintu, sementara hatiku diserang rasa panik ketika ia membuka pintu besar itu dan menoleh.Aku terburu-buru menyusulnya, lalu ia melihatku."Kau tak perlu buru-buru mengusirku, Jani." Dia memberi isyarat, "Aku mau ke kamarku di sana, di ujung koridor dekat taman. Kalau kau tersesat di rumah ini, kau bisa tanya aku atau asisten di sini. Mereka baik-baik, walaupun tampak bisu.""Iya, Pak. Terima kasih," kataku parau.Dia menghentikan langkahnya, tangannya ada di pegangan pintu, "kau harus tidur lagi. Istirahat yang banyak, ohya minum lagi dua pil setelah bangun nanti."Ia seperti bimbang, setelah melihatku mengangguk cepat, "Baik. Kau bisa tidur lagi, aku tak akan mengganggumu Jani."Begitulah hal yang terasa aneh."Jangan menceritakan ini pada biang gosip
Read more
Keping 27a
Ini hari yang menjengkelkan, karena aku harus masuk kantor. Setelah mengajukan izin selama dua hari.Bagus benar aku ini.Pegawai baru yang suka izin karena sakit. Selain itu, aku juga telah membuyarkan proyek tim yang dibanggakan Bos Tisu. Apa nanti komentarnya kalau bertemu denganku?Wajahku masih sepucat kapas, dan aku melihat hantu di dalam cermin. Wajah-wajah baru sakit begini tidak akan membuat siapapun kagum. Itu hal yang pasti. Namun, aku tidak peduli.Ini hari Kamis, hari kemeja krem dan dasi Biru bergaris-garis tipis. Aku melirik jas Biru yang sudah ku-laundry dan kumasukkan dalam kemasan plastik yang wangi. Aku bisa membawanya nanti kan? Apa itu bisa? Harusnya bisa sih, tidak apa-apa. Tidak akan ada seorang pun menganggap ini semua skandal.Oke. Aku akan berterus terang sekarang. Aku hanya ingin menegaskan kalau aku bersedia berteman dengannya, bosku yang sombong dan sok cakep itu.Kami setidaknya sudah tertatih-tatih di jurang pertemanan. Mungkin sulit, bagi Biru--menging
Read more
Keping 27b
Aku merasa seperti melayang-layang saat masuk ke dalam Terios-nya. Aku duduk di sampingnya, ia tersenyum melihatku mendekap rangkaian tulip di dadaku. Sementara pikiranku mengembara jauh.Begitu jauhnya seperti aku melayang-layang di antara awan. Lalu, apa yang sedang ada dalam pikiranku sekarang? Maaf, sudah membuat sarapanmu berantakan. Apa itu dari Biru?Aku menutup mulutku dengan dramatis, seperti seorang model yang sedang kaget. Mau ditaruh mana mukaku ini? Aku bahkan tidak mengucapkan terima kasih padanya saat ia menyinggung buket mawar itu.Ya, Tuhan. Bodoh sekali aku ini."Kenapa Jani? Kau tampak sedikit pucat? Kau baik-baik saja?" Argo mengemudikan mobilnya dengan santai, melewati barisan mobil dan kendaraan lain dengan mulus.Aku menggeleng, "Aku baru saja sembuh, kemarin lalu demam.""Kenapa tak kau telepon aku? Aku bisa membantumu."Sudah ada yang merawatku. Tentu saja itu jawabanku dalam hati. Aku menghargai perilaku Argo yang ingin menjalin persahabatan kembali. Jadi,
Read more
Keping 28a
"Apa kau harus membawa pacarmu itu ke sini sepagi ini?" hardik Biru, tiba-tiba. Ia berdiri dari kursinya, dan menatapku lurus-lurus.Aku balik menoleh, apa ia bicara padaku. Tentu saja, ya Tuhan. Keributan belum berakhir."Aku tidak membawanya Pak, dia membuntutiku sejak dari kos," bagus sekali sekarang Biru mengerti kalau Argo menjemputku dari sana."Oh, jadi sopir pribadi, tukang antar jemput?"Aku mengkerut di tempatku. Aku masih belum menyalakan computer meja, jadi rangkaian tulip ini terasa menyolok sekali. Sesekali mata Biru menatap rangkaian bunga di mejaku.Bagus benar, pagi ini.Beruntung, hanya ada aku dan dia serta para petugas kebersihan yang lalu lalang dengan cuek. Di mana Bos Tisu? Atau Mbak Tina, mungkin? Yang bisa menyelamatkan aku dari amukan Biru yang aneh."Jadi, begini Pak. Argo tiba-tiba ke kos, lalu menjemput. Dia masuk, saya mendaftarkannya sebagai tamu di lobi, dia sudah mendaftar secara resmi sebagai tamu. Di masuk lift, lalu dia ikut ke sini. Hanya itu saja,
Read more
Keping 28b
Aku sudah menyelesaikan proses editing film documenter bersama Bang Napi dan tim. Aku yang memberikan suara narasi pada video tentang Taman Asoka, dan Juan de Borgh. Aku menggelengkan kepala di ruang editing yang dingin dan penuh perangkat elektronik."Ini liputan yang bagus, belum ada media yang meliput. Jadi kita yang terdepan," seloroh Bang Napi, ia mengamati suara narasi yang kurekam seharian tadi di dalam studio rekaman.Aku mengangguk lelah."Kau masih agak pucat, An.""Iya, Bang. Aku sedikit pusing ini.""Kau istirahat sajalah dulu, makan siang dulu saja. Atau ngeteh di kafetaria sebentar," ia memberi saran.Karena aku merasa sedikit limbung dan tidak terlalu kuat lagi berada di dalam ruangan pengap dan super dingin itu, aku mengangguk cepat. Jadi, aku keluar ruang rekaman, dan segera menghampiri mejaku.Membuka pintu kantor divisi yang begitu ramai dan riuh mirip peternakan ayam, dengan berpuluh orang yang bekerja dengan tenggat dan tim masing-masing. Kepalaku menjadi sedikit
Read more
Keping 29a
Dia menatapku dengan wajah penuh kemenangan, senyum tipis tersungging di bibirnya. Mata cokelatnya berkilat jahil. Aku seperti baru tersadar kalau sudah masuk perangkap yang kubuat sendiri."Ke mana, Pak?""Ya, ke toko, mal, atau butik. Kamu mau ngajak saya ke mana buat beli kemeja?"Aku meremas jemariku, cemas. "Kan ini kemeja Bapak, saya kan nggak tahu kesukaan Bapak bagaimana?""Lho kemarin kapan itu, katamu kemeja dan dasiku ngebosenin. Itu-itu saja kan?""Iya, sih Pak," sahutku sedikit tolol. Aku merasa seperti orang dungu."Nah, kan sudah tahu." Ia menjentikkan jarinya.Aku masih duduk tak merasa nyaman di tempatku. Sepertinya, ada yang salah, tapi apa ya?"Apa harus sekarang sih, Pak?" tanyaku lagi, ada rasa tak enak untuk keluar bersama atasan di jam kantor. Semacam apa ya? Kok kayak mirip orang lagi bikin skandal?"Tadi, kan sudah kubilang Jani. Saya butuhnya sekarang, bukan tahun depan," ia berkata dengan nada tenang, meyakinkan, dan berwibawa seperti biasanya.Aku menganggu
Read more
Keping 29b
"Well, itu prinsip yang bagus.""Tentu dong Pak, masak saya cewek murahan yang mau dicium-cium sama yang bukan mahram sih, Pak?" sahutku kencang dan sebal. Aku berdiri menghadapnya, jarak kami mungkin hanya satu meter saja.Ia berjalan mendekatiku, meraih tanganku yang seketika kukibaskan, ia melirik dengan senyum miring, "Ayo jalan."Aku menurut seperti tawanan perang, sementara Biru berjalan di sampingku. Ia melihatku sesekali, wajahnya terlihat kaku dan sedikit tegang. Apa yang dia cemaskan?Melewati lobi dengan deretan gadis cantik sekretarisnya, sungguh menyiksa. Aku hanya menunduk, dan mengalihkan pandangan. Aku teringat gadis model yang keluar dari dalam kantor Biru saat itu, apa aku akan seperti dia?Oh. Tidak tentu saja. Itu tak akan terjadi.Aku mengintip mimik wajah Biru yang kembali kaku. Apa salahku sekarang? Kenapa dia menjadi aneh lagi?"Pak, Pak Biru nggak marah lagi kan sama saya?"Ia diam saja. Lift berdenting khas, suara tapak sepatuku dan sepatunya menggema dalam r
Read more
Keping 30a
"Apa yang ingin kau tanyakan Jani?" mata itu berkilat lagi, sedikit jail. Ia menatap lurus ke arahku. Memandangi hijabku yang berwarna pastel, hari ini aku mirip ibu-ibu PKK."Apa Bapak dulu kenal Argo dengan baik?" tanyaku hati-hati.Tak kuduga, wajahnya mendadak tegang. Rahangnya mengatup, sepertinya ia sungguh membenci Argo, apa dia tahu Argo adalah mantan suamiku?Secara logis, dia pasti tahu. Bukankah ia juga mengerti di mana alamatku? Semua itu data-data privasi yang ada dalam database perusahaan. Tapi, itu hanya perkiraanku saja.Entahlah, siapa di antara kami yang sedang bersandiwara di sini. Apa aku yang kebingungan dengan sikapnya yang aneh, ataukah dia yang sedang tampak menimang-nimang bagaimana bersikap denganku."Aku mengenalnya, Jani. Sebab itu aku membencinya," ia berkata dengan nada dingin. Ia tersenyum tipis seperti pembunuh berantai, aku tentu akan mati di tangannya.Aku mengernyitkan dahi. Lukaku sudah selesai diobati. "Kau mirip dokter, apa Bapak dulu sekolah kedo
Read more
Keping 30b
"Kau tahu kan, Jani. Tidak ada orang yang sempurna, saat itu aku khilaf. Aku mabuk, aku tidak begitu dekat dengan atasanmu. Aku merasa dijebak, Jani," ia berkata panjang lebar, hingga nyaris aku memercayai semuanya.Rasa-rasanya sakit dalam ulu hatiku kembali hadir, saat aku menemukan mereka bertarung di atas ranjang. Duel maut antar pasangan orang."Bagaimana dengan Mas Pram? Apa mereka bercerai?" tanyaku, sebenarnya aku tidak perlu menanyakan itu. Tapi sungguh, aku serasa tertarik dalam pusaran ini. Sungguh tidak menyenangkan.Aku berharap Julie Estelle datang ke sini, dan tertawa melihatku bersama Argo.Argo berhenti memotong stik dagingnya. Ia memandangku dengan lembut, tatapan mata itu sudah menemaniku selama bertahun-tahun, sayang sekali hanya dengan peristiwa itu aku sudah mulai melupakannya."Mereka tidak bercerai," sahutnya yakin."Oh, hebat sekali Mas Pram, tidak menceraikan istrinya yang selingkuh. Tapi justru memecatku dari radio," aku tertawa keras. Sungguh tidak terlalu
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status