Lahat ng Kabanata ng PELAYAN GENDUT TUAN SULTAN: Kabanata 351 - Kabanata 360

351“Apa yang anda lakukan dokter Shakeil?” Dengan suara yang nyaris tak terdengar dan sudut bibir yang terasa perih, Amanda masih memberanikan diri bertanya. Kini, tubuhnya berada dalam pelukan lelaki yang sumpah demi apa pun ia sudah tak mengenalinya lagi.Laki-laki yang sejak awal dikenalkan orang tuanya terlihat sangat tampan, lembut, dan sangat manis memperlakukan wanita. Laki-laki yang sejak mereka bertemu sudah menancapkan kharisma sebagai lelaki terpelajar dan berattitude, karena sejatinya ia seorang dokter muda yang cerdas. Satu nilai plus yang ia tangkap dari sosok Shakeil sejak awal, ia laki-laki yang sangat menghormati wanita. Tercermin dari sikapnya terhadap sang ibu yang sangat memujanya seperti Tuhan.Semua kelebihan itulah yang akhirnya membuat Amanda luluh setelah sekian lama bertahan dengan penolakan perjodohan mereka. Semua sikap lembut dan manis terhadap wanita itu yang akhirnya membuat Amanda menyerahkan diri secara ikhlas terhadap lelaki itu.Kini, semua itu tida

353“Ringkus dia dan selamatkan Amanda!” Sultan menggeram setelah tubuhnya ambruk dan malah menyisakan kedua anak lelakinya mematung karena shock.Malvino dan Dewa mengerjap dan langsung memburu Shakeil yang sudah bergerak cepat dengan beringsut mendekati pintu. Keduanyanya berlari mengejar, terlebih saat lelaki itu sudah berada di ambang pintu dan berlari keluar.Dewa mencegah Malvino. “Vin, kamu urus Papa dan Amanda saja, biar aku yang mengejar bajingan itu.”Malvino menghentikan kakinya, mengangguk dan kembali ke ruangan di mana ayah dan kakaknya kini terkapar. Ya, walaupun sama-sama bernapsu ingin melumatkan Shakeil, mereka tetap harus berbagi tugas. Karena Sultan dan Amanda juga butuh penanganan secepatnya.Malvino memanggil sopir dan beberapa orang kepercayaan Sultan untuk membantu membawa ayah mereka yang sudah bersimbah darah, setelah memakaikan pakaian Amanda dulu. Tak lupa memanggil ambulance.Dengan dada yang terus bergejolak, ia membopong tubuh Amanda yang mengenaskan seor

355Wanita paruh baya yang masih terawat di usianya yang tidak lagi muda, berlari menyusuri koridor rumah sakit. Seorang sopir menyertainya. Air mata tak berhenti meluruh dari sepasang matanya.Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan suami dan anak-anaknya, tetapi dari kabar yang didapat, putra bungsunya kini tengah melakukan transfusi darah untuk suaminya, ia memgambil kesimpulan jika hal serius tengah terjadi dengan mereka.Tadi pagi saat semua orang pergi dan ia tidak diperbolehkan ikut serta, ia hanya bisa menangis dan terus berdoa untuk keselamatan semuanya. Anak-anaknya, juga suaminya. Kini, setelah hampir seharian menunggu kabar dengan hati yang tak henti berdebar, ia malah disuguhi kabar yang membuatnya ingin mati berdiri.Ia diminta datang ke rumah sakit di sekitar villa mereka karena suami dan anak-anaknya berada di sana. Meski belum diberitahu dengan jelas yang menimpa dengan mereka, ia yakin ada hal serius hingga putra bungsunya harus menjalani serangkaian tes untuk donor da

357Dewa terkapar dengan tubuh lemas dan remuk redam di atas rerumputan, setelah beberapa saat lalu orang-orang Sultan bahu-membahu menyelamatkannya.Dengan seutas tali dari ikat pinggang keempat orang itu yang diikatkan ujung-ujugnya, akhirnrya mereka bisa menarik tubuh Dewa yang tergantung di akar sebuah bohon yang menjuntai itu. Sekali lagi Dewa harus berjuang naik dengan mengesampingkan segala kesakitan di tubuhnya.Ia memejamkan mata selama berjuang naik itu dengan membayangkan wajah orang-orang terkasihnya. Wajah keluarganya yang pasti mengharapkan dirinya selamat.Wajah-wajah keluarganya di Yogya yang pasti mengkhawatirkan dirinya karena tidak menghubungi mereka seharian ini. Wajah Sultan yang entah bagaimana kondisinya saat ini pasca penusukan itu. Wajah Viola yang pasti shock dan rapuh mendapati suami dan anak-anaknya dalam kondisi yang mengenaskan. Keduanya walaupun hanya orang tua angkat, tetapi baginya lebih dari orang tua kandung. Dan terakhir wajah Amanda yang terakhir k

359“Kak, Bang De sudah sadar. Ia menanyakanmu.” Amanda diam, berpura-pura tidak mendengar ucapan sang adik. Hatinya senang dan tak henti bersyukur jika benar Dewa sudah sadar. Itu artinya Dewa tidak menderita luka serius. Atau setidaknya dokter berhasil menyelamatkan nyawanya. Hanya dari Malvino ia tahu perkembangan semua keluarganya termasuk Dewa. Karena ia pun masih menjalani perawatan. “Kak, tidakkah kamu ingin menemui Bang Dewa?” tanya Malvino lagi saat Amanda masih saja membisu. “Setidaknya bertanya kabarnya sebagai support agar ia segera pulih. Ingat Kak, bang Dewa juga mempertaruhkan nyawanya demi Kakak.” Amanda memejam seraya menggeleng. Ia tahu sudah menyusahkan banyak orang. Membuat semua orang berkorban dan terluka. Bahkan sang ayah masih juga belum sadarkan diri. “Aku malu, Vin. Aku tidak punya muka untuk bertemu Bang Dewa.” Akhirnya kata itu meluncur dari mulut Amanda setelah sekian lama berdiam diri. “Kenapa, Kak? Apa yang membuat Kakak malu?” Amanda menelan ludah