Semua Bab Wanita Berhati Baja: Bab 71 - Bab 80
122 Bab
WBB 71
Sekar yang muncul dengan muka masam, terlihat merana melihat kami berdua. ‘Heh’ patutkah memanggil suaminya dengan kata ‘heh’?“Honey, kamu udah bangun. Aku hanya ...” Mas Danu bangkit menghampirinya.“Jangan pernah panggil aku Honey,” tepisnya, “jikalau hanya kau jadikan madu dari wanita itu. Penghinaan ini akan membekas selalu.”“Sayang, please dong, jangan marah-marah, kecilkan suaramu, ini sudah dini hari, lho.”Panggilan sayang itu, nyatanya membuat batinku berdarah. Panggilan itu, kuingin untukku saja.“Kamu sadar ini dini hari? Dan kamu ngumpet-ngumpet di tempat seperti ini untuk menemui dia? Sadarlah Danu, ini tempat salat, bukan tempat maksiat.”Baru kutahu, Sekar bisa sekasar itu pada Mas Danu. Tanpa segan, ia memanggil nama suami seenaknya. Tak ada penghormatan sama sekali. Diakah wanita yang disebut Mas Danu tadi? Wanita yang galak dan hobi marah-marah?“Hubungan kami belum terputus. Ada hak dia atas waktuku juga ...”"Kalau begitu putuskan!" perintahnya.Mas Danu menggele
Baca selengkapnya
WBB 72
Malam ini, meskipun masih memikirkan Mas Danu, tetapi aku sudah bisa tidur nyenyak. Seperti kata bapak, aku hanya perlu menunggu. Biar Mas Danu yang berburu. Kali ini, aku tak perlu sibuk mencari. Biarkan dia yang datang sendiri.Tanpa sadar, kualitasku teruji sebagai istri yang layak dimiliki dan dicintai sepenuh hati.***Seminggu sudah sejak Mas Danu dan Sekar pergi dari rumah ini. Terkadang kami masih sering berkomunikasi melalui pesan singkat dan video call. Namun, itu tak pernah mampu menuntaskan kerinduan seorang istri terhadap suami. Justru kian menambah berat beban rindu.Sementara anak-anakku lebih beruntung. Setiap hari, mereka dibebaskan berkunjung ke rumah ayahnya dengan diantar sopir. Sekar tak ingin aku menampakkan diri di hadapannya dan Mas Danu juga memintaku tak memperkeruh keadaan. Sungguh aku merasa nelangsa sendirian.Sepi.Iri.Galau.Bohong jika menunggu itu mudah. Apalagi jika orang yang dirindukan sejatinya dekat, tetapi terhalang tembok tinggi menjulang. Jika
Baca selengkapnya
WBB 73
[ Mas, aku mendapat penugasan kantor untuk dinas luar kota. Selama seminggu di Bali. Apakah Mas izinkan aku pergi? ] tanyaku via pesan singkat. Percuma jika aku yang menelepon duluan, sering di-riject. Harus menunggu dia dahulu yang menelepon. Tetapi itu seperti menunggu tukang bakso lewat depan rumah. Tak ada kepastian. Bisa jadi hanya menuai kekecewaan.Tak lama kemudian, ia membalas. [ Silakan. Pergilah. Hati-hati di jalan.]Padahal aku berharap dia mengatakan jangan, tidak, tak usah, biar nanti aku yang mengurusnya. Dia bisa menggunakan wewenangnya untuk membatalkan penugasan itu. Sejatinya, aku ingin ia berat melepasku, seperti aku yang begitu berat melepasnya.Berbekal izin darinya, aku berangkat ke Pulau Dewata bersama tim. Sungguh hal yang paling tidak kuinginkan di saat kami bepergian jauh seperti ini adalah dia, pria yang menaruh harapan berlumur kepalsuan. Mike.Penerbangan kelas bisnis. Nyaman. Kaki pun bisa diangkat sejajar badan. Aku bisa berbaring sepanjang penerbangan.
Baca selengkapnya
WBB 74
Berpindah ke taman bunga yang tertata apik di halaman villa. Mengeluarkan perangkat kerja dari tas. Mencoba fokus pada tujuan utama datang ke tempat ini. Berulang kali berkonsentrasi, tapi tak bisa. Ada apa? Kualihkan pandangan ke samudera luas.Debur ombak terdengar menantang. Hati tak tahan untuk mendekat, bermain dengan air laut dan pasir halus yang menggelitiki jemari kaki.Lupakan, sejenak lupakan, bujuk hati.Semua tentang kehilangan yang berulang. Adalah tanda untuk menambah stok kesabaran. Adalah tanda untuk mendalami hakikat keikhlasan. Adalah tanda untuk berhenti mencintai makhluk melebihi cinta hamba pada Sang Pencipta.Andai saja, cinta ini tak terlalu besar. Tentu, tak seperih ini pula rasa sakitnya. Tak seberat ini rasa rindunya. Tak sekuat ini rasa hampanya. Bagai ombak yang bergulung, tak menemukan daratan untuk memecah buih-buihnya.Kulepaskan sandal. Berjalan dengan kaki telanjang. Melewati jajaran bunga warna warni yang ditanam di atas pot. Telaten sekali tukang keb
Baca selengkapnya
WBB 75
Jangan sampai terlambat menyadari, siapa yang paling kita cintai. Sebab bisa jadi saat itu, tak ada kesempatan lagi untuk memasuki pintu hati.***“Senja. Semua orang bisa melihat senja, tetapi tidak semua bisa tiba di waktu senja. Kamu tahu artinya?” tanya Mike, masih rebahan di atas pasir putih. Namun, kali ini ia menyangga kepala dengan kedua tangan.“Jika orang bisa melihat senja, bukankah ia sudah tiba di waktu senja?” Kubalas bertanya balik karena belum mengerti maksudnya. Lama-lama lupa untuk kembali ke kamar, menjaga hati dari gejolak rasa. Mike pandai menghadirkan rasa nyaman yang menyenangkan. Orang akan betah berjam-jam duduk mengobrol dengannya.“Salah!”“Jadi?”“Waktu senja, waktu tua. Anak kecil bisa melihat senja, tapi ia bisa mati sebelum usia senja. Karena itu, jangan terlalu merisaukan masa depan. Jangan! Kamu tak akan tahu, kamu bisa sampai ke masa itu atau tidak. Pikirkan masa kini, kamu hidup di masa ini. Manfaatkan sebaik-baiknya, agar tidak ada penyesalan di kem
Baca selengkapnya
WBB 76
“Aku tidak bisa pulang sekarang, Mas Danu. Aku sudah minta izin padamu dan kamu sudah mengizinkan. Konsistenlah. Aku bekerja di sini. Aku tak akan kembali sebelum tugasku selesai.”Hal itu kuputuskan begitu saja, karena menyadari bahwa diriku perlu waktu untuk jeda dari semua kesedihan yang menerpa. Aku butuh sibuk untuk bisa membunuh hampa. Butuh suasana berbeda untuk membantuku lupa padanya, yang lebih sering bersama istri muda. Apalah arti diriku yang menjadi istri seorang pria, tapi tak bisa merengkuhnya.“Kapan aku memberimu izin bepergian dengan pria ini, sejauh ini? Kamu tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk menyusulmu kemari?”Kalimatnya membuatku bingung. Kutunjukan pesannya di gawaiku. Ia menggertakan gigi, geram. Kemarahan kembali berkobar. “Seharusnya kamu memastikan apa itu aku atau bukan.”“Bukan, Mas?” Agaknya ini semua ulah Sekar.“Tentu saja bukan! Pria bodoh mana yang mengizinkan istrinya yang tengah hamil bepergian sejauh ini?” Ia mengacak-acak rambutnya, tak ha
Baca selengkapnya
WBB 77
“Aku tidak melarikan, Laras. Aku hanya ingin menghiburnya. Kudengar sejak kamu tiba, belum pernah sekalipun senyum merekah di wajahnya. Malah dia sempat harus di rumah sakit tanpa satu pun pihak keluarga menungguinya. Tak’kah kau pikirkan perasaan Laras yang menanggung rindu selama ini? Dia bahkan harus kembali merana ketika suaminya tiba. Kiramu Laras tak punya perasaan? Dia juga berhak mendapatkan cinta yang sempurna.”Hatiku goyah. Terbelah dua. Bagaimana bisa Mike melakukan segala cara untuk mendapatkanku? Meski semua dilakukan untuk kepentinganku.Mike baik, terlalu baik memperlakukanku. Wanita mana yang bisa bertahan sekuat baja jika terus dibombardir perhatian sebesar dan sedalam itu?“Cinta seorang ibu kepada anaknya adalah cinta sempurna, meskipun harus dibagi dengan semua anaknya. Begitupun cintaku pada mereka. Tetap sempurna meski harus dibagi dua. Tugasku menjaga kehormatan Laras dari besarnya hasratmu untuk memilikinya.”“Kalau begitu tanyakan pada Laras. Jangan paksakan
Baca selengkapnya
WBB 78
Bismillah. Kusambut tangan Mas Danu, senyum mengembang di wajahnya yang terlihat muram sejak datang. Jawaban dariku adalah obat penenangnya.“Aku tahu. Kamu masih Laras yang dulu, yang dipilih ibuku untuk jadi teman hidupku hingga ujung waktu,” ujarnya sambil mengetatkan genggaman. “Tangan ini tak akan kulepaskan lagi. Ini janjiku. Janji seorang lelaki!” tegasnya sambil merengkuhku dalam pelukannya.Dalam dekapannya, dapat kulihat raut muka Mike berubah kecewa. Tentulah sakit melihat orang yang dicinta berada di pelukan orang lain. Melihat Mike berusaha menahan air mata, kristal bening di mataku terlebih dulu jatuh.Aku bisa merasakan sakitnya jadi dia. Saat harapan itu membumbung ke angkasa, mendadak terhempas begitu saja.Mike membalikkan badan. Terlihat berusaha menyeka rintik di sudut matanya. Punggung itu seakan berkata, “Selamat tinggal untuk selamanya.”Mike melangkah menjauh dari kami berdua. Hatiku berteriak memanggil namanya, “Jangan pergi!” Tetapi teriakan itu tak pernah
Baca selengkapnya
WBB 79
Bercermin, wajahku berbinar bak pengantin baru. Rasa berdebar tak kunjung sirna kala menanti Mas Danu datang menghampiri.Dag-dig-dug, terus bertalu-talu.Tunggu, Mas Danu mengapa begitu lama? batinku.Kuketuk pintu kamar mandi. Tak biasanya dia mandi selama ini. Mungkinkah sesuatu terjadi? Ataukah diam-diam ia telah pergi?***Gemericik air masih terdengar. Adakah orang? Tiba-tiba aku merasa takut jika diam-diam suamiku pergi menemui Sekar lagi. Keterlaluan jika itu benar!Mas, kau suruh aku diam di rumah sementara kamu bermesrean dengan wanita itu? Memburu nafasku, tersengal oleh resah dan amarah.Kubuka pintu kamar mandi. Kebiasaannya tak pernah mengunci pintu saat mandi karena letaknya di dalam kamar tidur.Ia terkejut. Bergegas mengambil mantel handuk yang tergantung. Terlambat, aku terlanjur lihat.Kenapa?“Mas--,” kutahan gerakannya. Jelas terlihat lebam-lebam biru di kulit putihnya. Belum bekas-bekas luka cakaran. “Apa yang terjadi, Mas.” Miris melihat bagaimana bekas-bekas lu
Baca selengkapnya
WBB 80
Mengingat Mike, hatiku kembali teremas. Sakit!Pria itu yang membuatku jadi bintang sekarang. Pria itu yang telaten memompa semangatku. Pria itu yang sabar mengajariku hal-hal yang tak kumengerti. Lantas kini, aku harus melupakannya begitu saja. Seolah ia tak pernah ada.Bulir air mata kembali menitik. Jatuh ke pipi Mas Danu yang berbaring di pelukanku.“Ada apa?” tanyanya bingung sambil duduk bersila di hadapanku.Kugelengkan kepala. Tidak, aku tak boleh mengatakan penyebab air mata ini luruh kembali. “Kenapa Mas biarkan dia menyakiti Mas hingga seperti ini? Mas ‘kan baru sembuh. Kenapa ia tak memikirkan kondisi kesehatan, Mas? Apa itu cinta?” ujarku mengalihkan kecurigaannya. Bagaimanapun, cinta terlarang tak patut dinampakan. Biarlah terkubur bersama waktu.“Cinta yang terlalu besar bisa membuat orang nekat melakukan apa saja. Kamu tahu, kisah Sada Abe dari Tokyo, Jepang?”Aku menggeleng. Wawasanku tidak seluas itu.Ia kemudian menceritakan kisah sadis Sada Abe, mantan wanita pengh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status