All Chapters of Wanita Berhati Baja: Chapter 51 - Chapter 60
122 Chapters
WBB 51
“Ternyata kamu sangat bijaksana. Namun, jika tamu itu membawa senjata dan hendak membunuhmu, bukankah seharusnya kamu lari? Minimal melawan.”“Jika melawan, aku pasti kalah. Jika berlari, rumahku akan kosong, dan aku terpaksa menggelandang di jalanan sebagai fakir miskin.”“Kamu takut miskin?” terdengar suaranya mengejek.“Miskinnya manusia adalah tak punya amalan apa-apa untuk membeli tiket surga. Bukan masalah harta. Karena bagi seorang muslim, harta sejati yang bisa ia bawa hanyalah amal.”Aku tahu Mike adalah seorang mualaf. Namun, sepanjang yang kulihat, Mike bukanlah mualaf yang rajin beribadah. Sehari-hari, ia lebih mirip non muslim karena saat hari Jumat pun, Mike tak ikut ke masjid bersama karyawan pria lainnya. Menurut kabar, Mike menjadi mualaf karena hendak menikahi muslimah tetapi gagal. Meski begitu, Mike tak kembali pada keyakinan lama karena berpendapat bahwa apa sudah diputuskan, tak boleh disesali.“Apa hubungannya dengan pernikahanmu, Laras?”“Mas Danu adalah tiket
Read more
WBB 52
Waktu terus berputar, tak menunggu satu detik pun untuk terjeda dalam keterpurukan.Pilihan hidup yang telah diputuskan, haruslah dipertanggung-jawabkan. Maaf, jika aku tak sesuai harapan kalian, tetapi inilah pilihan hidupku, menjadi setia meski kekasih hati mengkhianati.Nama Larasati terpampang di papan pengumuman sebagai salah satu karyawan yang terlibat proyek pembangunan hotel di luar kota. Sebelumnya, mana pernah aku dilibatkan dalam proyek besar semacam ini?Aku hanya dianggap karyawan titipan, yang statusnya tak lebih hebat dari karyawan magang. Tak banyak tanggung jawab yang kupegang, karena misi awal dikirim ke perusahaan ini hanya untuk belajar mengenal dunia luar. Namun, semua ujian rumah tangga yang terjadi, membuatku berambisi menggali potensi diri. Aku juga ingin dipandang berarti. Terutama oleh Mas Danu dan Sekar. Tak mau lagi diremehkan bagai remahan roti basi.Kini, aku bukan hanya karyawan titipan, tapi sudah bergerak menuju karyawan tetap. Ingin terus naik hingga
Read more
WBB 53
“Jadi kamu ditugaskan ke Cilacap? Meninjau lokasi proyek?” tanyanya di gawai.Mike punya kebiasaan baru tiap malam. Meneleponku. Anehnya, setelah tiga minggu aktivitas itu berlangsung, sehari saja dia tak menelepon, aku merasa ada yang hilang. Walau begitu, aku tidak pernah memulai untuk meneleponnya.“Siapa saja yang berangkat?” koreknya lagi. Mike peduli pada kegiatan yang kujalani. Bukan untuk menghalangi-halangi. Ibarat tukang kayu, ia membawa kapak untuk membabat semak belukar yang menghalangi langkahku. Memuluskan jalanku.Kusebutkan nama beberapa rekan yang diberangkatkan. Dari tujuh staf, termasuk manajer perencana, ada satu wanita lagi yang berangkat. Jadi aku tidak sendiri. Masih ada yang menemani.“Kamu sudah siap? Itu akan jadi perjalanan dinas kamu yang pertama.”“Hem ... harus siap. Untuk bisa menjangkau bintang, aku harus siap memanjat dan menaklukkan ketakutan.”“Apa yang kamu takutkan?”Aku mengedikkan bahu, padahal Mike tak bisa melihat itu. Ia meneleponku pukul 22.0
Read more
WBB 54
Aku terbangun ketika terdengar suara pintu dibuka. Amanda masuk dengan senyum mengembang. “Kamu udah baikan?” tanyanya ceria.Prediksiku, dia berhasil jalan-jalan sekalian barusan. Terlihat dari bungkusan belanja yang dibawa dengan wajah bercahaya.“Sudah.”Berapa lama aku tertidur? Rasanya baru sebentar. Mengapa mereka begitu cepat kembali?“Yuk, makan dulu di resto, ditunggu tim. Kamu kuat ‘kan? Atau masih mau tiduran?” Ia memegang keningku. “Suhumu normal.”“Iya, aku udah gapapa, kok. Maaf, ya, ga tahu kalau ternyata aku mabuk darat.”Perlahan bangkit dan membersihkan diri. Sebenarnya aku masih merasa tak enak badan. Namun, tak mungkin hanya berbaring di kamar ketika momen ini adalah pertaruhan awal bagiku sebagai karyawan di perusahaan besar.Amanda berdandan maksimal. Seolah akan menghadiri pesta makan malam di restoran mewah. Aku bercermin sebentar. Duh, aku tak menyiapkan baju spesial. Hanya baju formal dan baju lapangan. Bahkan baju tidur pun tidak.“Haruskah kita pakai gaun?”
Read more
WBB 55
Tak tahu jam berapa tepatnya. Tetapi lampu kamar sudah dipadamkan dan tubuhku sudah terbalut selimut. Aku bisa mendengar seseorang berbisik, dengan suara lirih.“Kuharap dia baik-baik saja. Bagaimanapun dia menantu bos,” bisik Amanda membuatku terjaga. Berniat menyingkap selimut dan menyapanya, ketika satu suara lain kudengar.Apa? Mike di kamar ini? Bagaimana ini?“Kabari aku jika sesuatu yang aneh terjadi. Kita tak boleh ambil risiko. Sepertinya dia tak mabuk biasa. Minta dia periksa besok jika masih muntah-muntah. Aku khawatir perjalanan ini malah jadi malapetaka baginya,” sahut Mike. Perutku kembali terasa perih. Selalu begini ketika perasaan nyaman menghantam. Rabbi, Amanda benar-benar harus kuomeli. Bagaimana bisa dia membiarkan lelaki masuk ke kamar kami?Kudengar langkah mereka menjauh, menuju pintu. Dari sela-sela selimut mengintip, bersiap menegur kecerobohan Amanda. Tapi, ya Allah, mataku ternoda melihat mereka berciuman.Kini bukan hanya perutku yang bergolak, hatiku pun t
Read more
WBB 56
Sayup bola mata bertemu cahaya di ruang putih bersih. Mike tertidur terkulai di sisi ranjangku. Terkejut melihatnya, tetapi rasa nyeri di lengan menghalangi diri ini untuk bergerak. Diinfus? Mengapa?Kupaksa otak untuk mengingat-ingat apa yang terjadi. Aku di mana dan kenapa?Samar, bayangan aku tercebur ke danau dan diselamatkan Mike menguat. Ya Tuhan, akhirnya aku ingat. Dia menciumku. Lancang. Pria ini sudah terlalu lancang menjamahku. Tiba-tiba rasanya takut jika perkara ini terdengar keluar. Apa kata orang. Lagi pula, mengapa di ruang ini hanya ada kami berdua? Mana yang lainnya? Benarkah yang lain tak punya tenggang rasa untuk ikut menemaniku di sini?Kucoba menggerakkan tubuh. Terasa berat, sakit, ngilu, kaku. Aku kenapa? Tak mungkin lumpuh, kan?“Laras, kamu sudah sadar?” Mike terjaga merasakan derit ranjang saat aku bergerak.“Mana yang lain?” tanyaku to do point,“Sudah pulang. Kamu pingsan semalaman. Mereka harus kembali ke perusahaan pagi ini sesuai jadwal.”Apa? Terbelala
Read more
WBB 57
“Bukan hanya diriku yang menginginkan pernikahanmu berakhir, tapi mertuamu juga. Tak bisakah kau berhenti berjuang untuk keluarga itu?”Mendengar nama mertuaku disebut, hati ini kembali terhasut. Prasangkaku selama ini, benarkah? Menolak mempercayai, aku menggeleng-gelengkan kepala.“Kenapa kamu bilang begitu?” Meski sejak dulu aku telah menaruh curiga, tetapi tak ada bukti mengarah ke sana. Selain karena kondisi Mas Danu yang berada di hadapan gerbang kematian. Wajar, jika kemudian beliau memilih mengabaikanku demi lebih memedulikan putra tunggalnya.“Aku mendekatimu karena mendapat tugas darinya. Menggoyahkanmu.”Dia bohong ‘kan? Hatiku menolak percaya, meski otakku tidak. Semua masuk akal. Semua ini terencana.“Mulanya itu hanya lelucon bagiku. Hingga malam itu, saat malam gala dinner. Kau muncul bak bidadari yang membuatku sulit berkedip, walau hanya satu detik. Aku mengira-ngira, kamu bisa jadi begitu indah bak bintang di atas langit, jika kamu mau sedikit berusaha. Tetapi kenapa
Read more
WBB 58
Dokter datang bersama seorang perawat, menghentikan percakapan kami. Ia memeriksaku dengan saksama.“Ibu harus jaga kesehatan. Atur pola makan. Nanti saya kasih obat penguat kandungan. Ini nadi ibu lemah sekali. Awas, berbahaya bagi ibu dan janin.”“Janin, Dok?” Dokter ini pasti salah diagnosa. Bagaimana ia bisa mengatakan hal-hal aneh yang seharusnya diucapkan dokter kandungan kepada ibu hamil.“Bapak, istrinya lebih diperhatikan ya, jangan dibuat stres. Jika ibu stres, bayi bisa lahir prematur dengan bobot lebih rendah. Tubuh ibu hamil yang merasakan cemas berlebihan akan memproduksi hormon epinephrine dan norepinephrine yang membuat pembuluh darah menyempit. Akibatnya suplai darah dan oksigen ke janin berkurang. Bahaya, bisa menghambat tumbuh kembang janin. Banyak kasus ibu yang mengandung dalam keadaan stres kronis, anak yang dilahirkan memiliki kecenderungan penyakit bawaan seperti kelainan jantung dan autisme. Tolong dijaga istrinya.”Lalu dokter pria tua itu menoleh padaku. “Ib
Read more
WBB 59
“Mbak, dipanggil Mister Mike di ruangannya,” kata salah satu rekan kerja yang satu divisi denganku. Amanda yang ikut mendengarnya melempar tatapan tajam. Meja kami saling berdekatan meski diatur berseberangan. Sejak kembali dari Cilacap, wanita yang semula ramah itu berubah dingin bak es batu. Mungkinkah karena cemburu?Mike adalah atasan kami. Dia punya wewenang untuk memberikan instruksi. Tak mungkin mengabaikan panggilan itu jika ingin bersikap profesional selaku pegawai. Kecuali aku sengaja memamerkan kartu emas sebagai pegawai spesial – menantu CEO—untuk mengacuhkan panggilan itu.Kuanggukkan kepala. Mengacuhkan tatapan pegawai lain yang mulai kasak-kusuk di belakang. Mengabaikan panggilan Mike ketika jam kantor adalah tindakan bodoh yang membenarkan asumsi orang. Menghindari masalah tak membuat masalah itu hilang. Justru kian berlarut-larut.Hadapi, Laras. Tegaskan padanya sikapmu dan jangan biarkan pria itu mengira berkuasa terhadap dirimu. Nasihat diri yang bergema berkali-kal
Read more
WBB 60
“Kamu membuatku takut karena kamu bagian dari rencana mereka. Kamu membuatku takut, karena kamu tega mengatakan ini semua padaku. Kamu membuatku takut, karena berbagai kerumitan ini semakin menjadi-jadi setelah kamu ada.” Kutatap Mike putus asa. “Katakan padaku, mengapa kamu bisa mencintai wanita biasa sepertiku di saat kamu tahu betapa malang nasibku? Untuk saham itu?” Bibirnya menyeringai. “Saham itu akan kudapatkan untuk kuberikan padamu! Jika kau ragu, kita bisa buat surat perjanjian.”“Perjanjian lagi? Pernikahan itu sendiri adalah perjanjian agung. Tapi mereka mengingkari. Membaut semua hanya sebagai lelucon semata. Kamu tidak jatuh cinta Mister. Kamu hanya memanfaatkan situasi ini. Tak ada alasan bagimu untuk menyukaiku!”Pria berkepala batu itu menggeleng. “Jujur, aku pun tak mau terlihat ini jika bukan karena kamu! Karena keteguhan cintamu membuatku iri. Ibuku bukan wanita setia yang bisa menetap dalam satu cinta. Karena itu ia sering berganti-ganti pasangan dan membuatku m
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status