All Chapters of SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA : Chapter 111 - Chapter 120
162 Chapters
111. Misi Pembebasan Sang Demang
Setelah hampir dua bulan lamanya meninggalkan istana, Rinjani sudah mulai terbiasa dengan kehidupan barunya itu. Penampilannya pun sudah berubah bak seorang gadis desa biasa, akan tetapi badannya kini tak sekurus dulu, ketika dirinya masih tinggal di istana. Kini, tubuhnya sudah terlihat bagus, mungkin dikarenakan pengaruh batin yang sudah tidak terkekang oleh aturan-aturan yang tidak jelas dari kedua orang tuanya.Meskipun hidup di hutan yang jauh dari keramaian, Rinjani merasa bahagia dan senang, ia tidak menyesali keputusan yang telah diambilnya."Rinjani!" panggil Lasmina yang kini sudah kembali bergabung dengan kelompok Halimun."Iya, Lasmina." Rinjani menyahut dan langsung melangkah menghampiri Lasmina, "ada apa, Lasmina?" tanya Rinjani setelah berada di hadapan Lasmina."Ayo, temani aku makan!" jawab Lasmina mengajak Rinjani makan."Aku mau menunggu Kakang Ramandika dulu, dia juga belum makan.""Kakang Ramandika tidak mungkin pulang hari ini, dia sedang memimpin pasukan yang ak
Read more
112. Demang Kurda Berhasil Diselamatkan
Tengah malam pun tiba, Ramandika dan pasukannya sudah bergerak memasuki wilayah kuta Demba. Kemudian, mereka langsung melakukan serangan terhadap pihak kerajaan yang berada di istana kepatihan kuta Demba."Hadang mereka!" seru seorang panglima prajurit kerajaan yang bertugas di istana tersebut.Ratusan prajurit kerajaan pun langsung berhamburan keluar dari halaman istana demi menyongsong datangnya serangan dari pasukan kelompok Halimun. Mereka menyerang secara mendadak dan sudah berhasil menewaskan dua puluh orang prajurit yang berjaga di luar istana."Maju!" teriak Jayamanik sambil mengangkat pedangnya tinggi.Dengan demikian, dua belah pihak langsung terlibat pertempuran yang sangat sengit. Mereka bertempur menggunakan senjata masing-masing untuk saling menjatuhkan satu sama lain."Sebagian dari kalian, bergerak ke arah kanan. Serang mereka dari arah tersebut!" seru Ramandika."Baik, Ketua." Sena menyahut dan langsung melangkah ke arah yang disarankan oleh Ramandika dengan diikuti p
Read more
113. Kegelisahan Mahapatih Mahesa
Setelah itu, Ramandika langsung pamit kepada Demang Kurda dan istrinya, ia langsung melangkah ke beranda padepokan menghampiri Jayamanik dan kawan-kawannya yang sedang berbincang santai."Besok gusti adipati akan datang ke sini, dan beliau pun diperkirakan akan menginap. Tolong perintahkan anak buahmu, agar menyiapkan kamar yang layak untuk gusti adipati!" kata Ramandika kepada Sena."Baik, Ketua. Nanti aku akan memerintahkan anak buahku agar menyiapkan kamar khusus untuk Gusti Adipati Anom Darsasena," jawab Sena lirih.Selain membahas tentang kedatangan Adipati Anom Darsasena, Ramandika pun memberitahukan kepada para pendekar yang ada di tempat tersebut, bahwa dirinya telah sepakat dengan Kardala akan segera membentuk susunan kelompoknya dengan baik, agar lebih terorganisir dalam melakukan misi ke depannya."Kapan hal itu akan diumumkan, Ketua?" tanya Jayamanik meluruskan dua bola matanya ke wajah Ramandika."Besok malam saja, malam ini aku sudah lelah, aku mau istirahat dulu!" jawab
Read more
114. Pertempuran di Bawah Bukit Sancang
Beberapa minggu kemudian...Tanpa terduga pihak kerajaan Gurusetra melakukan serangan senyap terhadap para pendekar dari kelompok Halimun. Mereka telah menyerang saung keamanan kelompok Halimun yang berada di bawah bukit Sancang, yang jaraknya lumayan jauh dari lokasi markas utama kelompok tersebut.Serangan tersebut mereka lakukan di malam hari di saat para pendekar yang ada di saung keamanan itu sedang terlelap tidur dan sebagian dari mereka yang giliran jaga sedang dalam keadaan lengah. Sehingga dengan sangat mudah para prajurit kerajaan Gurusetra berhasil membunuh para pendekar itu, dan mereka pun berhasil membakar saung keamanan yang menjadi pintu gerbang pertama menuju markas kelompok Halimun. Namun, mereka tidak mengetahui jika di atas bukit Sancang adalah markas utama kelompok Halimun. Namun, di antara 11 orang pendekar yang dibantai oleh prajurit kerajaan, ada satu orang pendekar yang selamat. Pendekar tersebut berhasil kabur dan langsung melaporkan semua kejadian tersebut
Read more
115. Kabar Pilu dari Istana
Demikianlah, maka sebagian pendekar itu langsung berlarian ke arah Utara. Mereka hendak mengejar para prajurit Gurusetra menyusul Ramandika dan Braja yang sudah lebih dulu melakukan pengejaran terhadap para prajurit kerajaan Gurusetra yang berhasil lolos dari kepungan pasukan kelompok Halimun.Sena benar-benar murka, ia sangat terpukul dengan peristiwa penyerangan malam itu. Dengan penuh amarah ia pun berkata, "Kita akan segera menghimpun kekuatan dan melakukan serangan balasan terhadap pihak pasukan kerajaan Gurusetra yang ada di kadipaten Dembaga Pura!"Kemudian, Sena langsung memerintahkan anak buahnya agar membawa jasad-jasad para pendekar yang gugur di tangan prajurit Gurusetra."Kalian bawa jasad-jasad kawan kalian ini! Aku akan menyusul ketua.""Baik, Sena. Kami akan segera membawa jasad-jasad ini," jawab salah seorang dari para pendekar itu.Demikianlah, maka Sena pun langsung menyusul Ramandika dan para pendekar lainnya ke arah Utara, dan sebagian lagi langsung membawa jasad-
Read more
116. Mengevakuasi Jasad Baginda Raja Tundara dan Para Pengikutnya
Rapati mengatur napas sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Ramandika. Setelah tenang, barulah ia menuturkan apa yang ia ketahui terkait peristiwa kudeta yang melanda pemerintah kerajaan Gurusetra."Yakin, Ketua! Mereka telah melakukan kudeta. Bahkan, aku dan Muranda melihat sendiri ketika para prajurit yang memihak kepada Mahapatih Mahesa melakukan penyiksaan terhadap Baginda Raja Tundara dan sang permaisuri," terang Rapati, "secara diam-diam, kami mengikuti para prajurit yang membawa jasad Baginda Raja Tundara dan permaisurinya ke hutan Rawa. Ternyata, di hutan Rawa sudah banyak jasad para prajurit yang berpihak kepada raja," sambungnya."Berarti kau dan Muranda tahu lokasi pembuangan jasad Baginda Raja Tundara dan yang lainnya?" tanya Ramandika meluruskan pandangannya ke wajah Rapati."Iya, Ketua. Kami mengetahui lokasi pembuangan jasad-jasad tersebut," jawab Rapati."Baiklah, kita ke sana sekarang!" kata Ramandika setelah mendengar keterangan dari anak buahnya, "kita harus membawa
Read more
117. Kekecewaan Rakyat Terhadap Prabu Mahesa
Tidak lama kemudian, seorang tabib langsung mengobati luka Wintari. Wanita paruh baya itu tampak meringis kesakitan ketika tabib mulai menabur serbuk obat ke dalam luka yang ada di punggungnya."Sakit sekali," pekik Wintari menahan sakit sambil meringis-ringis."Tahan, Mbok. Supaya lukamu cepat sembuh!" ujar Rinjani sembari memegangi lengan pelayan mendiang ibunya."Iya, Tuan Putri." Wintari tampak pucat, kemudian menarik napas dalam-dalam."Luka Mbok akan segera sembuh jika diobati dengan serbuk ini. Jika memang terasa pedih, Tahanlah!" ujar sang tabib."Iya, Ki," jawab Wintari mengangguk pelan.Kemudian, Rinjani bangkit dari duduknya. Ia langsung memanggil seorang Dunida agar menemani Wintari."Dunida!" panggil Rinjani kepada seorang gadis cantik yang tengah duduk santai di beranda pondok yang ada area padepokan tersebut."Iya, Tuan Putri." Gadis itu menyahut dan langsung melangkah menghampiri Rinjani."Sebaiknya kau temani Mbok Wintari, kasihan dia sedang sakit!""Baik, Tuan Putri.
Read more
118. Pasukan Halimun Berhasil Membunuh Para Prajurit Gurusetra
Seminggu kemudian ....Adipati Anom Darsasena dan Demang Kurda tewas dibunuh oleh kelompok prajurit yang bertugas di wilayah kadipaten Dembaga Pura. Secara tidak sengaja, para prajurit itu bertemu dengan kedua buronan itu di pusat kota kadipaten.Tanpa banyak bicara lagi, mereka langsung menangkap Adipati Anom Darsasena dan Demang Kurda. Namun, keduanya melakukan perlawanan dan berusaha untuk melarikan diri. Akan tetapi naas menimpa mereka, para prajurit itu langsung menghujami mereka dengan anak panah, hingga keduanya tewas di tempat. Jasad mereka dimakamkan oleh penduduk kota tersebut di sebuah pemakaman yang ada di pinggiran kota.Peristiwa itu membuat Ramandika marah dan langsung mengirim pasukan untuk membakar pos keamanan prajurit kerajaan yang ada di pusat kota kadipaten Dembaga Pura. Pasukan Halimun dipimpin langsung oleh Ramandika. Selain membakar pos keamanan, Ramandika dan pasukannya berhasil membunuh 13 orang prajurit kerajaan, dan melukai sekitar tujuh orang prajurit.Ten
Read more
119. Kebersamaan Rinjani dengan Lasmina
Kemudian, Ramandika memanggil Wintari yang kebetulan sedang berada di depan pondok tempat tinggal Ramandika dan Rinjani."Mbok Wintari!""Iya, Raden." Wintari menyahut panggilan Ramandika, kemudian melangkah ke arah pendapa tempat keberadaan Ramandika dan Rinjani, "ada apa, Raden?" tanya Wintari setelah berada di hadapan Ramandika."Mohon maaf, Mbok. Tolong panggilkan Lasmina, agar segera menghadapku sekarang!" jawab Ramandika."Baik, Raden." Wanita paruh baya itu langsung melaksanakan tugas Ramandika, ia langsung melangkah hendak memanggil Lasmina yang sedang berbincang-bincang dengan istri Mendiang Adipati Anom Darsasena di pondoknya.Setelah berada di hadapan Lasmina dan Wulandari, Wintari merangkapkan kedua telapak tangannya sambil membungkukkan badan."Ada apa, Mbok?" tanya Lasmina meluruskan pandangannya ke arah wanita paruh baya itu."Maaf, Nyimas. Raden Ramandika meminta Nyimas untuk keluar sebentar, beliau menunggu di pendapa bersama Tuan Putri!" kata Wintari bersikap penuh h
Read more
120. Kisah Asmara Ramandika
Lasmina dan Rinjani saling berpandangan, mereka merasa heran dengan sikap Ramandika yang secara tiba-tiba berkata seperti itu."Mohon maaf, Kakang ini bicara apa?" tanya Lasmina mengerutkan keningnya."Jangan membohongi perasaan dalam dirimu, Lasmina! Rinjani pun pasti paham dengan kalimat-kalimat yang barusan aku ucapkan," jawab Ramandika sambil tersenyum lebar."Tapi, Kakang—"Dengan cepat, Ramandika memotong perkataan Lasmina, "Kalau kau tidak setuju, tidak apa-apa!'"Aku setuju, Kakang!" timpal Rinjani menegaskan.'Kenapa Rinjani yang menjawab? Harusnya aku yang menjawab pertanyaan Kakang Ramandika,' batin Lasmina."Biarkan Lasmina yang menjawabnya, Nyimas!" Ramandika berkata sambil meluruskan pandangannya ke wajah Rinjani.Rinjani mengangguk dan langsung diam memberi kesempatan kepada Lasmina agar segera menjawab pertanyaan Ramandika.Lasmina menarik napas dalam-dalam, seakan-akan berat baginya menjawab pertanyaan tersebut. Meskipun dirinya mendengar sendiri bahwa Rinjani sebagai
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status