All Chapters of SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA : Chapter 121 - Chapter 130
162 Chapters
121. Serangan Mendadak Pasukan Gurusetra
Keesokan harinya ....Di halaman bangunan utama Padepokan Halimun, tampak ratusan pemuda sudah berkumpul, mereka sedang antri mendaftar untuk menjadi seorang anggota pejuang kelompok Halimun yang hendak dipersiapkan untuk melakukan serangan secara besar-besaran kepada pihak kerajaan.Karena beberapa bulan ke depan, Ramandika menargetkan akan berusaha menguasai wilayah Kuta Demba yang menjadi basis utama kerajaan Gurusetra di wilayah timur.Rencana serangan tersebut buntut dari kematian Adipati Anom Darsasena dan Demang Kurda yang tiada lain merupakan tokoh penting dalam pergerakan kelompok Halimun yang dipimpin oleh Ramandika."Berapa jumlah mereka yang sudah datang ke sini, Panglima" tanya Ramandika kepada Kardala yang berperan sebagai panglima yang bertanggung jawab atas perekrutan para prajurit baru."Jumlah mereka ada sekitar delapan ratus orang lebih, Ketua," jawab Kardala dengan sikap hormatnya, "mereka berasal dari berbagai daerah dan ada dua orang pendekar yang berasal dari wi
Read more
122. Sena dan Rapati Berangkat ke Kuta Demba
Satu bulan kemudian ....Ramandika sudah menikahi Lasmina, istri barunya itu kini tinggal satu atap dengan Rinjani istri pertama Ramandika. Mereka hidup bersama secara rukun, meskipun mencintai seorang pria yang sama.Pernikahan tersebut, dihadiri oleh Ki Ageng Penggir—guru Ramandika sang pemimpin Padepokan Lembah Naga. Turut hadir pula Bisama dan Ki Warmala—ayah Jayamanik.Mereka sangat senang dan setuju dengan keputusan Ramandika yang sudah menjadikan Rinjani dan Lasmina sebagai pendamping hidupnya."Kini hidupmu sudah lengkap, Ramandika,' ujar Ki Ageng Penggir di sela perbincangannya dengan Ramandika dan para tokoh Padepokan Halimun, "kau sudah menjadi seorang pemimpin kelompok pejuang dan juga sudah memiliki dua pendamping yang cocok, tentu mereka akan mampu menjadi pendamping yang setia menemani perjuanganmu," sambung pria senja itu sambil tersenyum-senyum menatap wajah Ramandika."Terima kasih, Guru. Semua ini berkat doa dan dukungan Guru, semua yang aku impikan kini sudah menja
Read more
123. Tiba di Kuta Demba
Sena menarik napas dalam-dalam, lalu berpaling ke arah Rapati yang ada di sampingnya."Kalau pagi-pagi seperti ini sepertinya tidak terlalu ketat, paling ada satu dua prajurit saja yang berjaga-jaga," jawab Sena lirih.Setelah menjawab pertanyaan Rapati, Sena kembali mengajak anak buahnya itu untuk melanjutkan perjalanan menuju pintu masuk Kuta Demba yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tersebut.Dengan demikian, kedua pendekar itu kembali memacu derap langkah kuda mereka menuju ke arah barat, dengan tujuan kuta Demba.Setibanya di depan gerbang perbatasan kota, Sena dan Rapati tidak langsung masuk ke dalam kota tersebut. Mereka memutuskan untuk singgah terlebih dahulu di sebuah desa untuk sekadar beristirahat sambil menikmati sarapan pagi di sebuah warung makan yang ada di desa tersebut.Usai menikmati sarapan pagi, Sena dan Rapati beristirahat sejenak. Kemudian mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka menuju Kuta Demba."Ternyata apa yang Panglima katakan memang benar, p
Read more
124. Sena dan Rapati Kembali ke Bukit Sancang
Tanpa banyak bicara, kedua pemuda itu langsung melaksanakan perintah dari Darmala, mereka segera mengejar Sena dan Rapati dengan menunggangi kuda mereka masing-masing.Tanpa diketahui oleh Sena dan Rapati, kedua pemuda utusan Darmala sudah mengintai di belakang. Mereka berdua ditugaskan oleh Darmala untuk menangkap Sena dan Rapati, karena Darmala curiga bahwa dua orang tersebut adalah mata-mata kerajaan Dongkala yang sudah memasuki wilayah Kuta Demba.Sena segera menghentikan laju kudanya, demikian juga dengan Rapati. Samar-samar, mereka mendengar derap langkah kuda dari arah belakang."Kau ikut aku!" seru Sena langsung melompat tinggi dan hinggap di atas dahan pohon yang ada di sekitar tempat tersebut.Tanpa banyak bicara, Rapati pun langsung melompat dari kudanya mengikuti perintah Sena. Mereka hinggap di dahan pohon besar sambil mengintip kedatangan dua orang pemuda yang secara diam-diam sudah mengikuti mereka. Sena dan Rapati membiarkan kuda mereka berkeliaran begitu saja.Kedua p
Read more
125. Dua Pria Bercadar Hitam Memasuki Rumah Ki Dunggala
Hari itu, langit di bukit Sancang diselimuti awan hitam pekat, mendung namun yal kunjung turun hujan. Udara pun terasa dingin."Apakah ini pertanda buruk bagi kerajaan Gurusetra?" tanya Lasmina kepada Ramandika yang kini sudah resmi menjadi suaminya."Entahlah, tapi yang jelas saat ini pihak kerajaan Gurusetra sedang dilanda kegundahan," jawab Ramandika lirih, "karena sebagian rakyatnya mulak tidak suka dan tidak percaya terhadap raja baru mereka," sambungnya."Dengan situasi dan kondisi seperti ini, aku harap Kakang segera melakukan tindakan untuk segera meruntuhkan kekuasaan Prabu Mahesa," timpal Rinjani ikut angkat bicara."Benar, Kakang. Jika Kakang mengizinkan, aku akan turun untuk memimpin pasukan Srikandi mendampingi Dunada," kata Lasmina setuju dengan pernyataan Rinjani—madunya.Mendengar kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut kedua istrinya, Ramandika hanya tersenyum saja. Kemudian meluruskan pandangannya ke wajah Rinjani dan Lasmina."Kakang akan segera bertindak, tapi de
Read more
126. Dulpara Dianiaya Dua Orang Tidak Dikenal
Dengan demikian, Dulpara segera bergerak hendak meraih sebilah pedang yang ada di dinding ruangan tersebut. Namun, belum sempat tangannya meraih pedang tersebut, kepalanya sudah lebih dulu dihantam oleh salah seorang dari kedua pria itu. Walau demikian, Dulpara tidak menyerah begitu saja. Ia tidak menghiraukan rasa sakit di kepalanya. Dengan gerakan yang sangat cepat, Dulpara menyalip ke samping, berkelit dan menyusupkan satu tendangan keras tepat mengenai dada lawannya. Namun, orang tersebut bukanlah pendekar biasa, tendangan keras dari Dulpara tidak berpengaruh apa-apa baginya. "Kau tidak mungkin dapat mengalahkan kami," kata pria itu sambil tertawa lepas. "Kurang ajar!" geram Dulpara. Dengan demikian, Dulpara kembali melancarkan serangannya terhadap dua orang pria tersebut. Namun, serangannya itu kembali gagal Dengan cepat dua orang pria tersebut menghindar ketika tendangan keras diarahkan oleh Dulpara kepada mereka. Tanpa diketahui oleh Dulpara, salah seorang lawannya langs
Read more
127. Ramandika Bertemu Ki Dewangga
Setelah berbincang dengan Ki Dunggala dan para pendekar lainnya, Ramandika bangkit dan langsung pamit kepada semua yang ada di ruangan tersebut."Kalian lanjutkan saja perbincangan kalian, aku mau beristirahat dulu," kata Ramandika lirih."Baik, Ketua," jawab semuanya secara bersamaan.Ramandika hanya tersenyum, lalu segera melangkah menghampiri kedua istrinya yang sedang berbincang santai di ruangan tengah kediamannya.Melihat kedatangan suami mereka, kedua wanita cantik itu tampak semringah."Duduklah, Kakang! Kami punya makanan enak untukmu," sambut Lasmina sambil tersenyum lebar memandang wajah Ramandika yang sudah ada di hadapannya.Ramandika hanya tersenyum lebar menatap wajah Lasmina, lalu duduk di hadapan kedua istrinya."Makanan apa, Nyimas?" tanya Ramandika kepada Lasmina.Dengan cepat Rinjani menggeser makanan ke arah suaminya, seolah tak mau didahului oleh Lasmina. "Ini Kakang, coba saja dulu!" kata Rinjani."Terima kasih, Nyimas," ucap Ramandika langsung meraih sepotong m
Read more
128. Ramandika Bertemu Nyai Sumantir
Setelah berlalunya Ki Dewangga, Ramandika pun kembali melanjutkan perjalanan menuju kadipaten Kuta Waringin untuk menemui Ki Bagus Toka. Ramandika mengabaikan saran Ki Dewangga, ia nekat melanjutkan perjalanan.Ketika matahari terbit, Ramandika sudah sampai di tempat tujuan. Ia beristirahat sejenak di tepi hutan sebelum melanjutkan perjalanan masuk ke wilayah kadipaten Kuta Waringin."Aku harus beristirahat sejenak di tempat ini, semoga saja tempat ini aman. Tidak ada orang jahat yang menggangguku," desis Ramandika sambil berbaring di atas rumput hijau yang ada di bawah pohon besar.Ramandika menarik napas dalam-dalam, menikmati segarnya udara pagi. Setelah itu, ia mulai memejamkan matanya dan terlelap tidur, karena semalaman ia menempuh perjalanan yang lumayan jauh dan belum tidur sama sekali.Di saat Ramandika terlelap tidur, ada dua orang pria yang kebetulan melintas di jalan tersebut. Mereka sama sekali tidak mengenali Ramandika, namun mereka memiliki niat jahat karena melihat Ram
Read more
129. Sikap Angkuh Ki Bagus Toka
Ramandika pun balas tersenyum dan langsung pamit kepada wanita paruh baya itu."Aku tidak bisa berlama-lama di sini, aku harus melanjutkan perjalanan menuju Padepokan Harmala.""Baiklah, semoga kau selamat sampai tujuan," ucap Nyai Sumantir.Dengan demikian, Ramandika pun langsung menghentakkan kakinya terbang meninggalkan wanita paruh baya yang berparas cantik itu."Tampan sekali dia, jika saja dia mau singgah di pondokku. Sudah pasti akan aku rayu dia agar terpikat kepadaku," desis Nyai Sumantir. Sejatinya, Nyai Sumantir sudah mengenal lama Ramandika. Namun, ia bersikap pura-pura baru mengenalnya, karena takut rahasianya terbongkar. Nyai Sumantir dulunya adalah orang pertama yang memusuhi Ramandika, semua propoganda ia lakukan terhadap para pendekar, agar mereka membenci Ramandika.Namun, kebenciannya terhadap Ramandika berubah menjadi suka, ketika dirinya tahu bahwa Ramandika memiliki ketampanan dan budi pekerti baik. Selain itu, Ramandika pun terbukti tidak bersalah, hal itulah y
Read more
130. Pertarungan di Halaman Padepokan Harmala
Ramandika sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi pada dirinya. Meskipun harus mengucurkan darah di tempat itu, ia rela demi meyakinkan Ki Bagus Toka agar tak lagi menuduh dan melakukan penghinaan terhadap dirinya.Ki Ranggawa tidak berkata apa pun, ketika menyaksikan Ramandika mulai menampakkan taringnya. Ki Ranggawa tampak kagum akan keberanian Ramandika. Namun di sisi lain, ia juga merasa cemas akan keselamatannya."Meskipun Ramandika sudah mendapatkan didikan ilmu silat yang mumpuni dari Ki Ageng Penggir. Namun, dirinya masih memiliki kelemahan, aku khawatir kelemahannya dimanfaatkan oleh Bagus Toka." Ki Ranggawa berkata lirih kepada seorang murid padepokan tersebut yang memihak kepadanya."Aku pun berpikir sama seperti yang Aki pikirkan. Akan tetapi, aku yakin Ramandika mampu menghadapi mereka," sahut pendekar itu. Meskipun ragu, namun dirinya sangat yakin akan kemampuan yang dimiliki oleh Ramandika.Ki Ranggawa beranggapan, Ramandika akan sukar mengalahkan dua anak
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status