All Chapters of SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA : Chapter 131 - Chapter 140
162 Chapters
131. Ramandika Berhasil Mengalahkan Ki Bagus Toka
Secara diam-diam, Ramandika mulai mengerahkan tenaga dalamnya. Tanpa banyak bicara lagi, ia langsung menyerang para pendekar itu dengan menggunakan gerakan yang sangat luar biasa, cepat dan sukar dideteksi.Salah seorang dari kedua pendekar itu menjadi korban pertama keganasan jurus yang baru saja dikeluarkan oleh Ramandika.Tubuh lawannya melayang terbang terdorong dahsyatnya kekuatan ilmu tenaga dalam Ramandika, terdengar suara jeritan pilu yang menggema, kemudian suara tersebut hilang seiring dengan jatuhnya tubuh pendekar tersebut.Ramandika sudah berhasil mengalahkan satu dari dua pendekar yang merupakan anak buah Ki Bagus Toka. Setelah itu, ia kembali melakukan serangan berikutnya terhadap pendekar yang satu lagi."Kurang ajar!" geram Ki Bagus Toka, "dia sangat kuat sekali," desisnya lagi sambil menyaksikan detik-detik pertarungan anak buahnya yang masih bertahan melawan Ramandika."Rasakan ini!" teriak Ramandika menyapu kaki lawannya dengan tendangan keras yang memiliki kekuata
Read more
132. Kehadiran Delima Wulan
Ki Bagus Toka hanya meringis menahan rasa sakit akibat terkena sabetan pedang pusaka Naga Geni. Meskipun demikian, ia tidak mengindahkan peringatan Ki Ranggawa.Pria paruh baya itu bersikeras menolak untuk menyerah, walau sudah mengalami luka parah.'Rupanya Ranggawa sudah terpengaruh oleh Ramandika, kurang ajar sekali dia!' batin Ki Bagus Toka, kesal dengan sikap kawannya itu.Selang beberapa saat kemudian, terdengar suara bentakan keras dari seseorang yang tiba-tiba datang."Kejam sekali kau Ramandika!" Itu adalah suara Banasta—putra Ki Bagus Toka.Tiba-tiba saja, berkelebatan sinar senjata yang tersorot sinar bulan purnama dengan suara gaduh. Tampak juga beberapa pendekar dari Padepokan Harmala sudah maju secara bersamaan hendak menghampiri Ramandika. Jumlah mereka sangat banyak sekali, dan mereka pun sepertinya siap melakukan serangan terhadap Ramandika yang sudah melukai guru mereka dan membunuh dua murid senior padepokan tersebut.Setelah berada di hadapan Ramandika, Banasta dan
Read more
133. Serangan Senyap Ki Ranggawa
Perkataan Ramandika ternyata menyinggung jiwa dan perasaan Delima Wulan. Seketika itu, tumbuh rasa emosi dalam diri pendekar wanita tersebut. Sehingga, ia pun berkata, "Apakah kau menolak karena menyepelekan kemampuanku?" "Delima, kau jangan salah paham! Bukannya aku merendahkan kepandaian yang kau miliki. Tapi ini semua adalah persoalanku sendiri yang tidak seharusnya orang lain turut campur," jelas Ramandika menatap tajam wajah Delima Wulan. Delima Wulan tidak mengindahkan perkataan Ramandika. Tanpa banyak bicara lagi, ia menghunus pedangnya dan langsung menyerang Banasta. "Delima Wulan memang sangat keras kepala," desis Ramandika sambil mengelus dada. Ramandika sudah tak dapat melarang wanita cantik itu, ia harus membela kehormatannya sendiri dan juga melindungi Delima Wulan yang sedang bertarung membela dirinya. Maka, Ramandika pun kembali mengangkat pedang pusakanya, ia langsung menyerbu ke dalam barisan para pendekar yang sudah mengepungnya. Para pendekar itu pun sudah mulai
Read more
134. Kehadiran Ki Basyar Asad
Banasta tampak marah sekali melihat Ramandika dan Delima Wulan sudah keluar dari arena pertarungan."Kurang ajar! Mereka sudah memanfaatkan kelengahan kita," geram Banasta, dalam sorot matanya terdapat kemarahan dan emosi tinggi.Setelah itu, ia memerintahkan anak buahnya agar mengevakuasi ayahnya supaya langsung diobati, karena Ki Bagus Toka sudah mengalami luka yang sangat parah.Dengan sigap, beberapa orang pendekar langsung mengevakuasi guru mereka untuk segera diberi perawatan. Selain itu, mereka juga mengevakuasi dua jasad kawan mereka yang binasa di tangan Ramandika.Dengan suara rendah, Banasta berkata kepada para pendekar yang ada di belakangnya, "Kita jangan melepaskan mereka berdua!" serunya, "kita harus menangkap mereka, karena mereka harus bertanggung jawab atas kematian dua kawan kita!" sambungnya tampak berapi-api.Sorot matanya begitu tajam, Banasta terus memperhatikan gerak-gerik Ramandika dan Delima Wulan. Kemudian, ia berkata dengan suara datar, "Jika kalian berhasi
Read more
135. Lasmina mengajak Ramandika dan Sena Berangkat ke Kota
Delima Wulan langsung melangkah diikuti oleh Ramandika, Sahija dan Ki Ranggawa yang sedari awal menyaksikan detik-detik pertarungan di halaman padepokan tersebut.Banasta dan anak buahnya hanya diam saja, mereka membiarkan Ramandika dan ketiga orang lainnya pergi meninggalkan tempat tersebut."Kelompok ini harus bersatu dengan kelompok Halimun, itu pesan gusti adipati!" kata Basyar Asad mengarah kepada Banasta."Baik, Ki. Aku akan membicarakan ini kepada ayahku," jawab Banasta sambil menjura hormat.Sementara itu, Delima Wulan, Ki Ranggawa, dan Sahija langsung ikut ke bukit Sancang bersama Ramandika. Menjelang pagi, mereka sudah tiba di sebuah padepokan yang merupakan tempat tinggal Ramandika bersama kelompoknya."Istirahat saja dulu di sini, siang nanti aku akan memerintahkan anak buahku untuk menyiapkan kamar untuk kalian," kata Ramandika lirih.Mereka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ramandika segera berjalan menuju pondoknya, sebelum tiba di pondoknya, Ramandika terleb
Read more
136. Serangan dari Kelompok Lumaja Saka
Malam harinya ....Pos keamanan kelompok Halimun yang berada di bawah bukit Sancang kembali mengalami serangan dari sekelompok orang tidak dikenal.Serangan yang terjadi malam itu bukan lagi dilakukan oleh pihak prajurit kerajaan Gurusetra, namun ini merupakan tindakan dari para pendekar yang selama ini menentang perjuangan kelompok Halimun.Para pendekar itu, merupakan orang-orang dari kelompok Lumaja Saka yang selama ini selalu berpihak kepada pemerintah kerajaan Gurusetra. Dalam serangan tersebut, kelompok Lumaja Saka berhasil melukai beberapa orang dari kelompok Halimun, dan bahkan mereka pun berhasil membunuh sepuluh orang dengan serangan anak panah."Lawan mereka!" teriak Bando yang kini dipercaya oleh Ramandika sebagai kepala keamanan di pos tersebut.Dengan cepat pasukan dari kelompok Halimun langsung menyerbu para pendekar Lumaja Saka yang sudah berada di hadapan mereka. Namun naas, ada sekitar dua orang dari kelompok Halimun harus tewas d
Read more
137. Ramandika Menemui Ki Samiang
Tujuh hari kemudian ....Ketika mentari pagi baru saja terbit di ufuk timur, seluruh desa Singkur sudah heboh oleh berita yang disampaikan dari mulut ke mulut, terkait kabar hilangnya seorang sepuh di desa tersebut. Sepuh itu adalah Ki Sarma, seorang pria senja yang sangat dihormati oleh masyarakat desa Singkur.Diduga kuat, Ki Sarma telah diculik oleh orang jahat yang tidak suka dengan sikap pria senja itu. Karena beberapa waktu lalu, Ki Sarma pernah menyatakan diri akan mendukung kelompok pejuang yang dipimpin oleh Ramandika.Para penduduk desa Singkur semalaman suntuk sudah berusaha mencari jejak si penculik, namun usaha mereka sia-sia belaka. Mereka tidak menemukan jejak para penculik tersebut.Dua orang penduduk desa Singkur langsung melaporkan peristiwa itu kepada Ramandika, dan meminta agar Ramandika bersama anak buahnya membantu mereka untuk menemukan Ki Sarma."Aku rasa, pelaku penculikan ini adalah para prajurit kerajaan yang ada di kadem
Read more
138. Mendatangi Kediaman Ki Samiang
Ki Samiang tampak tegang dan merasa takut mendengar perkataan Ramandika. Namun, dirinya masih bisa berusaha tenang menghadapi kemarahan Ramandika."Jadi, kau ini menuduhku sebagai dalang dari kasus penculikan Ki Sarma?"Sena yang sedari tadi hanya diam, tampak kesal melihat sikap Ki Samiang yang terus menerus membela diri."Mohon maaf, Ketua. Izinkan aku untuk menggeledah rumah ini!" kata Sena kepada Ramandika."Silakan!" jawab Ramandika mundur beberapa langkah ke belakang.Kemudian, Sena dan Ki Dunggala langsung melangkah masuk ke dalam rumah megah milik Ki Samiang. Namun, Ki Samiang dan anak buahnya segera menghadang langkah Sena dan Ki Dunggala."Tidak seharusnya kalian melakukan ini, kalian tidak aku izinkan masuk ke rumahku!" Ki Samiang menghadang sambil membentangkan kedua tangannya.Sena dan Ki Dunggala tampak emosi dengan sikap Ki Samiang. Namun, mereka berusaha meredam rasa emosi tersebut.Sena menoleh ke arah Ramandika, seakan-akan meminta izin untuk mengambil tindakan tegas
Read more
139. Ramandika Mendapatkan Informasi dari Ki Randulaji
Ketika sudah berada jauh dari kediaman Ki Samiang, Ramandika menghentikan langkah kudanya, begitu pula dengan Ki Dunggala dan Sena. Lantas, Ramandika berpaling ke arah Ki Dunggala dan Sena."Ada apa, Ramandika?" tanya Ki Dunggala tampak penasaran."Aku memiliki rencana untuk Ki Samiang yang sudah mempermainkan kita, Paman dan Sena ikuti saja aku!"Ki Dunggala dan Sena hanya mengangguk saja. Meskipun mereka belum paham dengan maksud dan tujuan Ramandika, namun keduanya tak banyak bicara lagi.Dengan demikian, Ramandika kembali memacu derap langkah kudanya diikuti Ki Dunggala dan Sena menuju desa sebelah yang tidak jauh dari desa tersebut.Sebelum melanjutkan penyelidikan terkait hilangnya Ki Sarma, Ramandika memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah warung makan yang berada di pinggiran jalan desa tersebut."Kita istirahat dulu, nanti malam kita lanjutkan. Kita harus dapat mengelabui mereka, agar mereka tidak menyangka bahwa kita akan kembali melakukan penyelidikan ini," ujar Ram
Read more
140. Lasmina Diangkat Menjadi Pemimpin Pasukan Srikandi
Menjelang malam ....Ramandika, Ki Dunggala, dan Sena langsung bergerak kembali menuju kediaman Ki Samiang. Namun, malam itu hanya Ramandika saja yang menyusup ke perkebunan milik Ki Samiang. Ki Dunggala dan Sena hanya menunggu di luar perkebunan itu.Dalam penelusurannya, Ramandika akhirnya berhasil membebaskan Ki Sarma keluar dari tempat yang memang sudah ia curigai sebelumnya. Ramandika, Ki Dunggala, dan Sena berhasil membunuh empat orang anak buah Ki Samiang. Tapi sayang, Ki Samiang berhasil melarikan diri.Setelah berhasil membebaskan Ki Sarma, Ramandika, Ki Dunggala, dan Sena kembali ke bukit Sancang. Mereka langsung menghadap Ki Ageng Penggir yang hari itu sudah berada di padepokan Halimun bersama Bisama.Ramandika dan para petinggi kelompok Halimun langsung mengadakan pembicaraan penting terkait masalah penculikan orang-orang yang dianggap sebagai pemberontak oleh pihak kerajaan."Seharusnya kau ini membangun sebuah pertahanan yang kuat di desa Singkur dan sekitarnya, agar kej
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status