All Chapters of SANG PENDEKAR LEMBAH NAGA : Chapter 61 - Chapter 70
162 Chapters
61. Ramandika Diusir dari Padepokan Nyi Dewi Larasati
Pagi harinya ....Sebelum matahari terbit, Ramandika sudah melakukan perjalanan menuju ke desa Lumih, karena hari itu dirinya hendak menemui Dewi Larasati, berdasarkan petunjuk Ramudya yang hadir dalam mimpinya.Menuju ke desa Lumih tidak terlalu banyak memakan waktu, karena jaraknya hanya bersebelahan dengan desa Singkur.Satu jam kemudian ....Ramandika sudah tiba di desa Lumih, ia masih bingung karena belum tahu di mana letak kediaman Nyi Dewi Larasati itu."Aku harus bertanya terlebih dahulu kepada warga desa ini," desis Ramandika sambil berjalan menuntun kudanya menuju ke sebuah rumah yang ada di pinggir jalan."Sampurasun!" ucap Ramandika ramah.Seorang wanita paruh baya yang pada saat itu tengah duduk di teras kediamannya langsung bangkit dan menyambut hangat kedatangan Ramandika dengan sikap ramahnya."Sampurasun," jawab wanita paruh baya itu, "Silakan duduk, Den!" sambungnya."Iya, Mbok. Aku berdiri saja," jawab Ramandika sambil tersenyum lebar."Tidak baik, jika Mbok membiar
Read more
62. Bertemu dengan Ki Dunggala
Ramandika saat itu langsung kembali ke desa Singkur, kitab kuno yang hendak diserahkan kepada Dewi Larasati terpaksa dibawa lagi oleh Ramandika. Sesuai pesan gurunya, jika tidak bisa bertemu dengan yang bersangkutan, maka kitab itu tidak boleh dititipkan kepada orang lain!"Aku sudah bersusah-payah hendak mengembalikan kitab ini, tapi mereka tidak menghargaiku," gerutu Ramandika sambil memacu derap langkah kudanya.Tidak lama kemudian, Ramandika sudah tiba di desa Singkur. Sebelum pulang ke rumah, Ramandika terlebih dahulu hendak mendatangi tempat berkumpulnya para pendekar yang selama ini berada di bawah naungan Kuwu Sangkan.Ramandika hanya ingin mengetahui tindak-tanduk mereka saja, tidak ada maksud untuk melakukan balas dendam saat itu juga. Karena dirinya berpikir masih belum saatnya ia melakukan balas dendam kepada mereka.Namun, sebelum sampai di tempat yang dituju, ia sudah lebih dulu bertemu dengan Ki Dunggala."Paman Dunggala!" teriak Ramandika memanggil seorang pria paruh b
Read more
63. Sayembara Palsu Buatan Ramandika
Hampir dua jam lamanya, Ramandika berada di rumah Ki Dunggala. Hingga pada akhirnya, Ramandika bertemu dengan putra sulung Ki Dunggala yang baru saja pulang dari ladang.Dia adalah Kardala yang usianya tidak jauh berbeda dengan Ramandika. Pemuda itu tampak senang sekali bisa kembali bertemu dengan Ramandika yang dulu merupakan sahabat baiknya."Senang bisa bertemu lagi denganmu, Ramandika," kata Kardala tampak semringah.Ramandika hanya tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Kardala. Lalu berkata, "Badanmu semakin kekar saja, cocok sekali jika jadi seorang pemimpin di kademangan ini.""Sama sekali, aku tidak minat menjadi bagian dari pemerintah yang zalim. Aku lebih memilih jadi rakyat biasa saja," jawab Kardala, "Walau bagaimanapun kademangan tetap bagian dari kerajaan Gurusetra yang selama ini tidak aku sukai!" tegasnya menambahkan.Ramandika tersenyum lebar mendengar pernyataan sahabat lamanya itu."Aku pun berpikir demikian, jadi rakyat biasa itu jauh lebih menyenangkan. Terlebih l
Read more
64. Ramandika Berhasil Menjalankan Siasat Pertamanya
Bargowi hanya mengangguk-angguk saja mendengar perkataan majikannya. Namun dirinya merasa bingung, siapa yang sekiranya memiliki kepandaian tinggi? Sementara di desa tersebut tidak ada seorang pun pendekar yang memiliki kemampuan bela diri seperti dirinya.'Siapa orang yang bisa aku perintah untuk ikut dalam sayembara tersebut? Sedangkan di sini tidak ada satu pun pendekar yang bisa aku percaya,' kata Bargowi dalam hati."Bargowi! Kenapa kau diam?" tanya Kuwu Sangkan menatap tajam wajah orang kepercayaannya itu."Mohon maaf, Ki. Aku sedang memikirkan siapa orangnya yang tepat untuk diberi tugas ikut dalam sayembara tersebut," jawab Bargowi, "Menurut Ki Kuwu pendekar yang layak mewakili kelompok kita dalam sayembara itu siapa?" tanya Bargowi menambhakan."Di desa ini tidak mungkin ada pendekar yang kita percaya untuk ikut andil dalam sayembara tersebut, kau cari saja ke desa lain! Mumpung masih ada waktu satu hari lagi," jawab Kuwu Sangkan."Baik, Ki. Aku akan segera mencarinya," kata
Read more
65. Kelompok Bargowi Mulia Terpecah
Sore harinya ....Kardala pamit kepada ayahnya untuk berangkat ke kediaman Ramandika, Kardala merasa penasaran dan ingin tahu lebih jelas lagi terkait sayembara yang dirancang oleh sahabatnya itu.Namun, ketika Kardala tengah berjalan melewati jalur setapak melewati hutan kecil menuju kediaman Ramandika, tiba-tiba saja ia di hadang oleh Basura—seorang pemuda yang selama ini sangat membenci dirinya dan juga Ramandika."Mau ke mana kau Kardala?" tanya Basura sinis."Aku mau ke rumah Paman Wirya," jawab Kardala.Kardala sengaja berbohong karena khawatir jika dirinya berterus terang mau menemui Ramandika, justru akan menimbulkan masalah besar. Seperti yang ia ketahui bahwa Basura sangat membenci Ramandika, tentu dia akan melaporkan keberadaan Ramandika kepada Kuwu Sangkan jika mengetahui orang yang dibencinya itu sudah kembali ke desa tersebut."Oh ... aku pikir kau akan ke tengah hutan," desis pemuda angkuh itu sambil tertawa-tawa."Untuk apa aku pergi ke tengah hutan?" tanya Kardala ger
Read more
66. Puluhan Pendekar Sudah Tiba di Sabana Hunta
Kepergian Sonar dan keempat kawannya, menjadi bumerang bagi Bargowi selaku pimpinan dari kelompoknya itu. Bahkan, sikap tegas Sonar dan kawan-kawannya menumbuhkan rasa rancu dalam diri para pendekar lainnya, sehingga banyak di antara mereka yang mulai goyah dan secara perlahan mulai tidak mempercayai kepemimpinan Bargowi yang mereka nilai kurang tegas."Ini artinya Ki Bargowi sudah tidak lagi memiliki pamor di hadapan kita sebagai anak buahnya. Apakah kita akan tetap bertahan di kelompok ini?" tanya salah seorang pendekar kepada kawannya."Entahlah, mungkin suatu saat nanti, aku pun akan bersikap seperti Sonar dan kawan-kawan kita lainnya. Aku akan keluar dari kelompok ini tanpa harus berbicara kepada Ki Bargowi dan Ki Kuwu Sangkan," jawab kawannya yang pikirannya sudah mulai goyah."Aku pun berpikir demikian, untuk apa kita bertahan di kelompok ini jika pemimpin kita saja sudah lembek tidak memiliki pamor lagi," sahut yang lainnya."Ya sudah, sebaiknya untuk saat ini kita tetap bersi
Read more
67. Para Pendekar Itu Berhasil Diadu Domba
Di saat situasi semakin kacau, tiba-tiba saja muncul dua orang pendekar. Mereka adalah orang-orang kepercayaan Dewi Larasati, yang sengaja diutus untuk mengambil kitab Ajerwa."Siapa kalian?" tanya salah seorang pendekar yang hendak melakukan serangan terhadap Ramandika."Tahan dulu, Ki Sanak! Kami utusan Nyi Dewi, kami datang sengaja untuk menjemput kitab kuno Ajerwa, berdasarkan perintah ketua kami," jawab salah seorang dari kedua pendekar itu."Kitab kuno itu milik ketua kalian? Apa itu tidak salah?" tanya Pendekar Singa Lodaya maju dua langkah sambil tersenyum-senyum sinis."Bukankah dari pengumuman sudah jelas bahwa kelompok kalian tidak boleh ikut bersaing dalam sayembara ini? Itu sudah jelas bahwa kitab kuno itu bukan lagi milik ketua kalian!" timpal pendekar lainnya."Kau ini siapa? Tahu apa kau tentang kitab itu?" bentak pendekar utusan Dewi Larasati geram mendengar perkataan pendekar yang ada di hadapannya.Sementara itu, Ramandika hanya diam saja menyaksikan detik-detik per
Read more
68. Kehadiran Dewi Larasati
Melihat situasi seperti itu, maka Kuwu Sangkan segera memerintahkan kepada anak buahnya agar mundur, karena merasa bahwa kepandaian ilmu bela diri dari kelompok Dewi Larasati jauh lebih baik dari kepandaian yang dimiliki anak buahnya."Mundur! Kita tinggalkan tempat ini!" seru sang kuwu.Demikianlah, Bargowi dan para pendekar lainnya langsung mundur. Akan tetapi tidak berlaku bagi Pendekar Singa Lodaya, ia menolak untuk menyerah, dirinya terus melanjutkan pertarungan melawan para pendekar dari kelompok Dewi Larasati."Pendekar Singa Lodaya tidak mau mundur, Ki," kata Bargowi kepada majikannya."Lupakan saja dia! Kita harus segera pergi dari tempat ini!" jawab Kuwu Sangkan panik karena dirinya yakin bahwa sebentar lagi dia akan menjadi sasaran para pendekar dari kelompok lain."Baiklah," jawab Bargowi tidak berani membantah keputusan Kuwu Sangkan.Dengan demikian, Kuwu Sangkan dan beberapa anak buahnya langsung berlalu dari tempat tersebut dengan tergesa-gesa.Ramandika yang mengetahui
Read more
69. Ramandika Tetap Melanjutkan Sayembara
Ramandika pun langsung mengatakan semuanya di hadapan Dewi Larasati dan para pendekar lainnya, "Aku datang ke wilayah ini berdasarkan perintah guruku, aku membawa kitab kuno ini untuk diserahkan kepadamu. Tapi sayang, ketika aku tiba di tempatmu aku tidak diizinkan bertemu denganmu. Bahkan aku sudah diperlakukan tidak hormat, anak buahnya mengusirku, secara tegas dia mengatakan bahwa sudah melepas hak atas kitab kuno Ajerwa. Dengan demikian, aku yang tidak mau memegang kitab ini sengaja mengadakan sayembara ini."Dewi Larasati hanya mengangguk-angguk saja menyimak penuturan seorang pendekar muda yang baru ia kenal. Ada rasa kagum dan takjub dalam dirinya terhadap sikap Ramandika.Belum sempat Ramandika melanjutkan perkataannya. Tiba-tiba saja, dua prajurit kerajaan Gurusetra yang sedari awal ada di tempat tersebut, langsung maju.Salah seorang dari mereka berkata, "Demi keamanan, sebaiknya kitab kuno Ajerwa kau serahkan saja kepada kami! Biarkan pihak kerajaan yang menyimpan kitab ter
Read more
70. Kekacauan Dalam Sayembara
Melihat pergerakan pendekar itu, Ramandika tetap bersikap tenang. Namun dengan cepat ia bergerak menghindari serangan tersebut. Jika hanya diam saja, sudah barang tentu dia akan celaka oleh serangan pendekar itu.Meskipun gagal dalam melakukan serangan pertamanya, pendekar tersebut kembali menghentakkan kakinya dan langsung bergerak dengan niat hendak menendang tubuh Ramandika yang sudah berpindah tempat. Melihat situasi seperti itu, akhirnya Dewi Larasati pun berubah pikiran. Ia segera memerintahkan anak buahnya untuk menghadang serangan pendekar yang hendak mencelakai Ramandika. Karena dia khawatir jika itu dibiarkan, maka kitab kuno Ajerwa akan jatuh ke tangan pendekar lain.Dengan demikian, salah seorang pendekar dari kelompok Dewi Larasati segera menghadang serangan pendekar tersebut."Hadapi aku!" teriak anak buah Dewi Larasati sambil bergerak cepat.Dengan demikian, dua pendekar sakti langsung mengadu kekuatan tangan di atas udara, mereka bertarung sambil melayang-layang bak s
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status