All Chapters of Jenderal Naga : Chapter 1471 - Chapter 1480
1495 Chapters
Bab 1471
Maka dia juga akan meminjam kemampuan Prajurit Kuno. Prajurit Kuno yang dia kenal dan yang memiliki hubungan cukup dekat dengannya hanya Kelompok Gunung Langit. Chandra langsung mengambil ponselnya dan menghubungi  Maggie. Dia menyimpan nomor perempuan itu sebelum pergi.Saat ini di belakang gunung Kelompok Gunung Langit tampak Maggie tengah berjalan bersisian dengan Maniso. Perempuan itu tengah menceritakan kejadian yang dialami selama di Gunung Langit. Dia juga menceritakan tentang Tama. Mendengar itu membuat ekspresi Maniso mengeras seketika."Tama sudah begitu hebat?"Dengan rahang mengeras dan wajah menegang dia berkata, "Sepertinya selama sepuluh tahun ini dia sudah mengalami banyak hal. Meski dia termasuk orang yang berbakat , tapi itu hanya dalam hal seni bela diri saja. Kalau ingin meningkatkan kemampuannya, masih perlu naik secara bertahap. Latihan biasa, kalau tidak memakan waktu ratusan tahun, nggak akan bisa masuk Delapan Alam.""Papa, sekarang harus bagaimana?"Dengan sua
Read more
Bab 1472
Setelah Maniso berpikir cukup lama, dia putuskan untuk membantu Chandra. Keputusannya tersebut sudah melewati pertimbangan yang menyeluruh. Setelah Maggie mendapat izin, dia berkata, “Iya, aku segera bawa pasukan berangkat ke Diwangsa untuk bergabung dengan Chandra.”“Pergilah,” ujar Maniso sambil mengibaskan tangannya.Selanjutnya hanya tinggal menunggu penampilan Chandra saja.“Chandra, semoga kamu nggak membuatku kecewa,” gumam Maniso.***Setelah Chandra selesai menghubungi Maggie, dia menoleh ke arah Nanda dan Paul kemudian terkekeh sambil berkata, “Beres. Kelompok Gunung Langit akan mengirimkan seribu muridnya untuk membantu aku. Seribu orang ini merupakan praktisi seni bela diri dan pasti bisa melawan Junwa.”Ekspresi lelaki itu kembali menggelap dan dengan dingin berkata, “Kalau Junwa berani menghalangiku, aku akan langsung melenyapkan mereka.”Paul dan Nanda menatap Chandra. Sepertinya lelaki itu bukan hanya bicara saja. Dia sungguh-sungguh dengan ucapannya. Chandra menarik na
Read more
Bab 1473
Chandra bersandar di kasur dan lambat laun dia terlelap. Dia sendiri tidak tahu sudah tertidur berapa lama hingga akhirnya dipanggil bangun.“Sayang, bangun.”Chandra membuka matanya dan melirik ponselnya. Dia melihat jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul enam lewat. Dia bertanya, “Kenapa?”“Di luar ada orang yang datang. Katanya mau cari kamu untuk diskusi,” ujar Nova.“Siapa?” tanya Chandra sambil bangkit dari tidurnya.“Nggak tahu,” jawab Nova.“Aku lihat dulu.” Chandra mengenakan pakaiannya dan berjalan keluar kamar menuju ruang tamu.Di ruang tamu sudah tampak seorang lelaki paruh baya berusia 60 tahunan dengan mengenakan kemeja berwarna cokelat. Rambutnya pendek dengan dagu yang dipenuhi janggut dan tubuh sedikit gemuk.Chandra berjalan mendekat dengan bingung dan bertanya, “Kamu siapa?”Orang yang duduk di sofa seketika bangkit berdiri. Dia tersenyum dan berkata, “Jenderal Langit, aku utusan kiri dari Langit Mistika. Namaku Bahri, dan teman-teman biasanya memanggilku Raj
Read more
Bab 1474
Tiga ribu murid Langit Mistika. Mendengar jumlah orangnya saja sudah membuat Chandra tersenyum lebar. Dengan adanya tiga ribu orang tersebut, dia tidak perlu mengkhawatirkan segalanya lagi.Sesaat kemudian, dia menatap Bahri dan bertanya, “Kenapa Langit Mistika mau membantuku?”Bahri terkekeh dan berkata, “Munculnya Langit Mistika untuk menegakkan keadilan. Meski kami rata-rata orang yang melarikan diri. Tapi dalam hati kami memiliki rasa keadilan.”“Iya, masuk akal,” ujar Chandra menyetujui. Selanjutnya dia berbincang cukup panjang dengan Bahri. Hingga satu jam kemudian, Bahri akhirnya pergi dari sana. Sedangkan Chandra menghela napas lega.Dia menatap Nova yang ada di sisinya dan sambil tersenyum berkata, “Dengan adanya bantuan Langit Mistika ditambah dengan Kelompok Gunung Langit, maka semuanya akan menjadi sangat lancar. Aku mau lihat siapa yang berani menghalangiku.”Melihat senyuman Chandra yang begitu merekah. Nova juga merasa sangat puas. Saat ini dia merasakan kalau usahanya b
Read more
Bab 1475
“Bu Yuli, Pak Sandi, kalian tahu sendiri keadaan Diwangsa saat ini. Situasinya sangat kacau dan beberapa kelompok juga ada yang mulai bergerak. Beberapa kelompok keluarga dan prajurit kuno juga sudah memihak pada sebuah kelompok.”Yuli menatap Sonia dan berkata dengan suara lembut, “Tujuan Bu Sonia memanggil kamu karena ingin kami juga memilih kelompok? Aku dengar, kamu mencari Raja demi naik jabatan. Kamu menggunakan kekuatan Raja untuk membantu kamu bisa menduduki posisi kepala keluarga Atmaja dengan aman?”“Cih! Raja?”Sonia terkekeh dan berkata, “Raja yang sekarang hanya merupakan sebuah boneka saja. Meski selama dia menjabat sudah banyak membangun kelompok kekuatannya sendiri, dia nggak memiliki kemampuan untuk membuat posisiku sebagai kepala keluarga Atmaja tetap stabil. Ada orang lain yang membantuku.”“Siapa?” tanya Yuli dan Sandi secara bersamaan.“Langit Mistika,” ujar Sonia dengan datar.Kedua orang tersebut bangkit berdiri dan berseru, “Langit Mistika?”“Iya.” Sonia tidak b
Read more
Bab 1476
Beberapa waktu terakhir, Sonia dan beberapa kepala keluarga lainnya memang sering berinteraksi. Saat ini, Empat Keluarga Kuno hanya tersisa Atmaja, Luandi dan Iskandar saja yang lebih hebat. Sedangkan keluarga Nantaboga sendiri, semenjak Yayang dibunuh oleh Chandra, kekuatan mereka mengalami dampak yang besar.Ditambah lagi ketika Nova membunuh keluarga Nantaboga, Karim hingga membuat mereka semua merasa takut. Akhir-akhir ini keluarga Nantaboga bersikap lebih hati-hati.Sonia juga tahu kalau Raja tidak akan bisa menghasut keluarga Nantaboga sehingga dia tidak repot-repot mengurus hal itu. Yang bisa dia lakukan sekarang adalah mencoba menarik keluarga Luandi dan Iskandar. Dia sudah berbicara cukup panjang.“Aku sudah bicara cukup banyak, coba kalian pikirkan saja.”Yuli bangkit duluan dan berkata, “Aku akan memikirkannya dengan baik-baik. Aku pamit undur diri dulu.”  Sandi juga ikut bangkit dan berkata, “Sampai jumpa lagi.”Keduanya pergi secara bersamaan. Di jalan, Sandi bertanya, “B
Read more
Bab 1477
“Tapi, aku merasa ada yang salah.”“Ada kah?”“Memangnya nggak ada? Kenapa Langit Mistika mau membantuku? Ini nggak masuk akal sama sekali. Aku curiga kalau Ketua Langit Mistika adalah orang yang kukenal.”“Mungkin kakekmu,” ujar Sonia sambil terkekeh.“Kakek Robi sangat misterius. Dia membuat sebuah Istana Raja Langit. Nggak heran jika dia buat sebuah Langit Mistika lagi. Benar, Nova?”“Iya,” jawab Nova sambil mengangguk. “Ada kemungkinan seperti itu. Aku juga merasa ketua dari Langit Mistika adalah Kakek. Meski bukan Kakek, dia pasti orangnya Kakek. Jika nggak, kenapa dia mau membantu Chandra tanpa alasan?”Keduanya kompak hingga membuat Chandra sedikit percaya.“Kalau begitu, aku nggak perlu merasa khawatir lagi. Oh iya, dulu aku bertemu dengan keluarga Luandi dan Iskandar di depan kediaman Atmaja. Apa yang terjadi?”Sonia menjelaskan, “Bukan masalah apa pun. Aku sedang mencari mereka untuk mengobrol dan meminta mereka mendukung Kak Chandra.”“Terima kasih.”“Sesama keluarga nggak p
Read more
Bab 1478
Tidak bisa mundur lagi. Kali ini Chandra tidak bisa mundur. Demi orang-orang yang mendukungnya, dia harus terus menjalani jalan ini.Chandra mengangguk dan berjanji, “Aku nggak akan buat kalian kecewa.”Maggie merasa tenang dengan adanya kalimat Chandra. Keduanya makan sejenak, setelah itu Chandra bergegas pergi untuk ke markas Pasukan Api Merah.Chandra, Paul dan Nanda sudah berada di ruang kerja Jenderal Langit. Chandra mengeluarkan daftar nama Pasukan Api Merah. Selain Paul dan Nanda, mereka semua ada masalah. Orang-orang ini berasal dari kelompok yang berbeda.Jika tidak berasal dari Kamar Dagang Timur Besar, maka Suku Dukun. Bahkan ada sebagian yang merupakan orang dari Raja. Chandra menatap daftar nama di tangannya. Di daftar nama, sudah terdapat dua orang jenderal bintang tiga.Salah satunya adalah Gangga yang menjadi wakil ketua dan seorang lagi adalah Malik yang mengurus Pasukan Api Merah ketika Teuku meninggal.“Bos, kapan mau beraksi?” tanya Paul dengan tidak sabar.Nanda me
Read more
Bab 1479
“Tapi ….”Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Shadow berjalan masuk ke ruangan.“Saya datang sebentar lagi,” ujar Shadow ketika melihat Mandy.“Katakan saja,” kata Raja menghentikan Shadow. Dia menatap Mandy dan berkaata, “Mandy, kamu keluar dulu. Papa ada urusan.”  “Oh.” Perempuan itu melirik Shadow sekilas sebelum berbalik pergi.“Sudah begitu larut, ada apa?” tanya Raja setelah Mandy keluar.Ekspresi Shadow tampak mengeras dan berkata, “Barusan dapat informasi yang mengatakan Pasukan Api Merah sudah bergerak.”“Apa? Pasukan Api Merah sudah bergerak?!” ulangnya sambil bangkit berdiri.“Benar,” jawab Shadow sambil mengangguk.“Seribu Pasukan Api Merah. Mereka dibawa oleh Chandra dari Gurun Selatan.”  Beberapa detik kemudian, Raja duduk dan bertanya, “Chandra mau menyerang siapa?”“Nggak tahu,” jawab Shadow sambil menggeleng.Raja berkata dengan perlahan, “Diwangsa di malam ini nggak akan tenang. Kamu tetap pantau. Kabari saya begitu ada informasi apa pun.”“Baik.” Shadow berbalik pergi.
Read more
Bab 1480
Gangga tidak berontak. Dia tahu jika dirinya berontak maka ada kemungkinan dihukum mati di tempat. Di tangan Chandra terdapat Pedang Penghakiman yang mempunyai kekuasaan untuk memberikan hukuman. Dia memilih untuk mengalah saja.Gangga yakin berita ini akan tersebar. Nanti akan ada orang yang menolongnya. Karena orang di belakangnya tidak mengizinkan Chandra merusak keseimbangan ini.Setelah Chandra menangkap orang, dia tidak memilih kembali ke pangkalan militer. Lelaki itu memilih untuk menuju ke Pengadilan. Dia ingin menginterogasi Gangga malam ini juga dan menentukan pilihan. Jika setelah hukuman diputuskan dan mendapat hukuman mati, maka lelaki itu akan dibunuh terlebih dahulu.Chandra ingin lihat apa keributan yang terjadi ketika Gangga meninggal nanti. Ketika Chandra hendak berangkat menuju ke pengadilan, di waktu yang sama di rumah tradisional di Diwangsa tampak Alden tengah duduk di sofa.Tempat tersebut dijaga dengan ketat. Di luar halaman terdapat prajurit berpakaian seragam
Read more
DMCA.com Protection Status