Semua Bab Sang Primadona Rumah Bordil: Bab 21 - Bab 30
117 Bab
Manhattan 205
Natasya menelisik raut wajah damai Gaza saat terlelap, mereka akhirnya menginap dengan Gaza yang meminjamkan pakaiannya untuk ganti dirinya. Wajah itu wajah yang tidak banyak berubah dari masa remaja, hanya jauh lebih dewasa.“Aku tidak tahu kamu bodoh atau terlalu baik. Sudahlah bodoh saja aku sebutnya. Gaza ... Gaza.” Natasya berkata pelan dengan jari telunjuk menyusuri garis alis tebal sang laki-laki.“Tidur Diwang ... kamu tahu akibatnya kalau terus bicara sendiri saat aku merem.” Gaza bergumam pelan namun masih terdengar jelas oleh Natasya yang tidak kaget lagi saat Gaza memergokinya bicara sendirian ketika Gaza tertidur.“Aku sebetulnya kurang cocok sama dataran tinggi dan cuaca dingin Ga, jadi besok mari balik Jakarta. Pekerjaan kamu kata Olan banyak tahu.” Natasya menarik selimut lebih tinggi.“Enggak suka dingin kok punya mimpi tinggal di kutub utara, baru kena uap dinginnya sudah beku.” Dengan mata terpejam Gaza menarik tubuh Natasya ke pelukan.Mendengar hal tersebut
Baca selengkapnya
Penyiksaan
“Bajingan! Sialan!” Gaza terus memaki dengan tangan tidak berhenti mendaratkan pukulan pada laki-laki yang mengerang kesakitan dan memohon ampunan akan tetapi tidak di indahkan oleh Gaza yang sudah lepas kontrol.“Gaza!” jerit Natasya dari atas ranjang dengan selimut putih yang terdapat bercak darah.“Aku bersumpah akan membunuh kamu brengsek!” Gaza tidak mengindahkan seruan Natasya.“Gaza! aku mohon sudah! Kamu bisa jadi pembunuh. Tolong lepaskan aku dulu.” Natasya menjerit kencang sekali karena Gaza masih kesetanan memukuli tamu Natasya.Gaza bagai tersiram air dingin mendengar kata lepaskan aku, seketika kepalanya berputar ke belakang untuk melihat Natasya. Ternyata yang ia lihat tadi hanya sekilas punggung terbuka sang wanita, tidak melihat kedua kaki dan tangannya terikat dengan tali.“Biadap!” Pukulan pamungkas Gaza layangkan pada laki-laki yang sudah babak belur hingga jatuh pingsan.Secepat kilat Gaza melepaskan empat ikatan di sana, memaksa matanya agar tidak melihat p
Baca selengkapnya
Air Mata
“Ini hasil Visum untuk bukti, jerat dengan hukuman mati kalau bisa.” Gaza berkata pelan pada Olan dengan melirik sekali Natasya yang terlelap di atas bangkar.“Tersangkanya kritis Ga,” bisik Olan.“Buat mati kalau bisa, dia hampir membunuh Diwang asal kamu tahu.” Gaza mengeratkan rahang saat ingat bagaimana keadaan Natasya saat ia menemukannya, bukan manusia laki-laki itu memperlakukan seorang manusia dengan mengikat tangan dan kaki Natasya agar tidak melawan.“Jangan gegabah ok, elu jaga Natasya saja. Yang ini biar gua urus, gua akan jadikan dia menerima balasan paling berat. Gila Ga, elu enggak menangis pas lihat Natasya pertama kali? kok elu bisa langsung tahu dia dalam bahaya hanya dari sebuah pesan nomor kamar hotel.” Olan ikut menatap Natasya yang tidur miring dengan tertutup selimut.“Feeling Lan, kalau gua nangis bagaimana gua bisa bawa Diwang kemari dengan pendarahan hebat. Tolong ya Bro, buat di brengsek itu merasakan neraka.” Gaza menatap nanar wajah pucat Natasya.Ol
Baca selengkapnya
Menepi
Natasya memejamkan mata menahan perih saat Dokter mengecek luka punggungnya dengan mengganti perban luka jahitnya. Ia tidak memberitahukan siapapn mengenai keadaannya. Ia hanya sekali menerima panggilan Mami yang panik menanyakan kabarnya dan ingin melihat keadaannya. Namun Natasya menolak dengan dalih sedang menenangkan diri, ia tahu persis jika Mami akan berkata dengan banyak bualan untuk membujuknya mencabut laporan karena pasti rumah Mami Grace akan terbawa.“Sudah lebih baik Bu, mulai kering sedikit-sedikit. Luka jahitnya juga bagus. Sementara bersabar dulu ya Bu, pasti sangat susah tidurnya.” Dokter menarik selimut kembali untuk menutupi punggung terbuka Natasya setelah memeriksanya.“Terima kasih Dok,” jawab Natasya pelan.Dokter mengangguk menatap wajah datar Natasya sebelum kembali bersuara.“Ibu Diwangkari apa merasa lebih baik?” tanya Dokter hati-hati.Natasya memandang sesaat wajah Dokter yang menanganinya sedari awal. Mengangguk kecil tanpa bersuara.“Ibu ... mau s
Baca selengkapnya
Sunyi Malam
“Maaf Mami aku butuh menenangkan diri, aku tidak tahu sudah sampai mana. Semuanya yang mengurus Gaza, mami lihat sendiri bagaimana parahnya kondisi aku. Sampai saat ini aku belum bisa tidur terlentang karena lukanya memang separah itu.” Natasya menunduk memijat keningnya dengan menyandarkan sebelah bahu pada kepala ranjang besar milik Gaza.“Aku paham, nanti aku tanyakan sama Gaza Mi.” Usai mengakhiri panggilan dari mami Grace, Natasya menonaktifkan kembali ponselnya. Menenggelamkan wajah pada bantal putih, Natasya menelungkup. Punggungnya sungguh belum bisa untuk tidur terlentang karena masih terasa sakit dan perih. Emosinya seketika menanjak karena permintaan Mami untuk mencabut tuntutannya pada tersangka yang sedang di ICU sampai saat ini. Natasya tidak habis pikir, apakah Mami sudah tidak memiliki hati nurani. Ia baru saja mengalami penyiksaan yang sangat membuat mentalnya down. Dengan tidak berperasaannya Mami justru meminta hal yang tidak akan pernah ia lakukan. Dari sekia
Baca selengkapnya
kekonyolan Dini Hari
“Apa aku harus membalas perasaan kamu karena kamu sudah menolong dan menyukai aku Ga?” Natasya bertanya dengan kepala masih bersandar pada bahu bidang Gaza.“Tentu saja enggak, masalah perasaan aku adalah urusan aku. Kamu tidak ada tanggung jawab apapun untuk membalasnya. Aku hanya minta kamu berhenti Diwang, bukan meminta kamu juga memiliki perasaan yang sama.”“Aku bisa berhenti minum, tapi tidak bisa berhenti merokok Ga,” kilah Natasya.Gaza berdecap kesal dan tidak menimpali lagi perkataan Natasya yang jelas enggan membahas pekerjaannya sebagai wanita malam.“Ga ... kamu bisa baca rasi bintang?” Natasya memecah sunyi yang kembali membentang diantara mereka berdua.“Enggak bisa, dan enggak tertarik. Aku tahu kamu paling suka di romantisi, tapi maaf aku tidak bisa memberikan itu. Jadi selamat gigit jari jika berharap aku menjadi romantis.” Gaza bersungut-sungut saat mengingat bagaimana Natasya sangat tergila-gila dengan laki-laki yang memberikannya puisi dan menyanyikan lagu d
Baca selengkapnya
Cantik Jelita
Natasya mengenakan kaca mata hitam dengan mengikat rambutnya tinggi. Melenggangkan kaki tenang menuju rumah Mami Grace. Pandangan beberapa kawan Natasya lainnya tertuju pada Natasya yang sudah sekian lama tidak terlihat dan tiba-tiba menggemparkan rumah Bordil yang menaungi para pekerja malam.“Sya ... are you ok?” seorang kawan berparas oriental menyapa Natasya dengan menyentuh lengannya pelan. “Tentu saja tidak ok, aku harus jalani rekonstruksi punggung.” Natasya menjawab dengan berlebihan.“Astaga Sya kamu serius?” Hellen melebarkan mata mendengarnya“Mami ada ‘kan?” tanya Natasya ringan tanpa menjawab pertanyaan Hellen“Ada Sya, tapi sepertinya sedang istirahat. Beberapa hari ini pusing katanya,” jawab Hellen masih penasaran dengan kondisi punggung teman sejawat yang menjadi primadona di rumah Mami Grace.Natasya mengangguk kecil melanjutkan langkah kakinya melewati undakan kecil menuju ruangan tengah tempat ia dan yang lainnya bersantai kala tidak ada job. Di sudut ruanga
Baca selengkapnya
Kunjungan Ke Kantor Gaza
“Dimana Ga?” Natasya bertanya saat menghubungi Gaza di dalam taksi yang membawanya pergi dari rumah Mami Grace.“Kantor, kenapa?” Gaza menjawab singkat tanpa Natasya tahu jika Gaza sedang menandatangani banyak berkas yang tertunda karena insiden kamar Hotel Natsya.“Aku baru saja memutus kerja sama dengan Mami, ada yang mau aku bicarakan sama kamu. Aku harus tunggu kamu pulang atau aku boleh ke kantor kamu? atau tidak boleh?” Natasya memberondong dengan pertanyaan pada Gaza.“Iya datanglah,” jawab Gaza.“Aku pakai celana pendek tapi.” Natasya meledek dengan menahan tawa.“Nanti aku papas di depan dan bawakan sarung buat kamu pakai.” Gaza menjawab asal dan membuat Natasya yang mendengarnya tertawa berderai-derai di dalam taksi dan membuat sang driver melirik sekilas pada penumpangnya.Dalam waktu sekejap mood Natasya berubah drastis, ia keluar dari rumah Mami Grace dengan emosi membuncah serasa ingin memakan orang. Akan tetapi setelah Natasya mendengar ucapan asal Gaza di balik
Baca selengkapnya
Wanita di Restoran
“Diwang,” geram Gaza tertahan.“Ucapan terima kasih karena sudah menangisi aku semalaman saat aku sekarat.” Natasya menyeringai lebar setelah mendengar geraman Gaza.“Ucapkan saat di Apartemen,” dengus Gaza yang menjadikan Natasya tertawa lebar melipat kedua tangannya di dada.Gaza kembali menenggak minuman kalengnya, melonggarkan dasi dan kancing pada leher kemeja yang tiba-tiba terasa mencekik. Memandang Natasya dengan menyilangkan kaki dan menyandarkan punggungnya pada sofa.“Mau diam sampai kapan Diwang? Kamu datang kemari mau cerita bukan?” tanya Gaza begitu melihat Natasya hanya diam saja memandangnya.“Kamu sedang bad mood sepertinya, aku jadi malas cerita.” Natasya memilih membatalkan ceritanya.Gaza melepas ikatan dasi dan meletakannya di meja, menautkan kedua tangannya dengan menumpukan siku pada kedua lutut.“Sidang akan segera di gelar, kamu akan dipertemukan dengan tersangka. Apa kamu siap bertemu dengan dia? kalau kamu enggak sanggup, aku akan minta kamu tidak pe
Baca selengkapnya
Awan Hitam
“Diwang .... “Suara itu, wajah itu, sosok itu membuat Natasya bergetar seluruh tubuhnya. Ia langsung bangun dan memundurkan kursi dengan kasar sampai kursinya terjatuh berdebam mengundang perhatian para tamu yang sedang makan lainnya.“Anda siapa?” Gaza langsung menarik tangan Natasya dan membawanya ke belakang tubuh.Menyaksikan bagaimana ketakutannya Natasya di balik punggungnya yang berusaha melepas genggaman tangan karena ingin segera meninggalkan meja tersebut“Kamu siapa? dia keponakan saya, Diwang ... bisa kita bicara? Bibi mencari kamu kemana-mana bertahun-tahun ini Diwang,” pinta sang wanita paruh baya tidak memedulikan Gaza yang menghalaunya menyentuh bagian tubuh Natasya.Mendengar kata bibi, insting Gaza langsung bekerja. Masih menggenggam pergelangan tangan wanitanya, Gaza memberikan tatap penuh ancaman pada wanita di depan mereka.“Jangan pernah berani menemui Diwang lagi.” Gaza mengatakannya dengan serius, menarik bahu Natasya untuk secepatnya keluar dari restora
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status