All Chapters of Sang Primadona Rumah Bordil: Chapter 41 - Chapter 50
117 Chapters
Panggilan Papa Mertua
Natasya menarik nafas panjang sebelum memasuki sebuah restoran yang ia tuju. Sedari Apartemen Gaza jantungnya tidak mau berdetak pelan. Orang yang akan ia temui adalah satu-satunya orang yang amat ia segani dan hormati. Adalah papa Gaza, beliau tiba-tiba menghubunginya entah mendapatkan nomornya dari mana dan memintanya bertemu untuk mengobrol.“Selamat siang, Om,” sapa Natasya.“Iya siang Diwang, silakan duduk. Mau pesan apa?” Papa Gaza menerima salam dari Natasya.“Om sendiri sudah pesan? Saya pesan minum saja,” jawab Natasya.“Sudah, pesan kopi tadi. Silakan pesan dulu.” Papa Gaza mempersilakan Natasya memesan terlebih dahulu sebelum mereka berbicara, keduanya hanya memesan minuman karena merasa tidak akan bisa makan dengan apa yang akan mereka bicarakan.“Langsung saja ya Diwang, kamu teman sekolah Gaza di Semarang benar? kata Valen seperti itu.” Papa Gaza mulai bersuara.Natasya mengangguk kecil. “Benar Om, saya satu sekolah bahkan satu meja dengan Gaza saat SMA. Saya juga
Read more
Gaza Syok
Natasya menginjak pedal gas mobilnya dengan kuat, tidak memedulikan klakson dari pengendara lain yang kaget karena kecepatannya mengemudi. Tujuannya satu, kantor Gaza. Akan tetapi saat Natasya sampai di kantor sang suami, Gaza sedang berada di luar kantor.“Halo Di ... katanya tadi kamu ke kantor? Ada apa? kamu posisi di mana?” Gaza memberondong pertanyaan begitu Natasya mengangkat panggilannya.“Di rumah, katanya kamu sedang di luar kantor.” Natasya menjawab dengan nada malas.“Iya ada pertemuan dengan klien, Apartemen maksud kamu?” Gaza menegaskan kembali ucapan Hera.“Rumah ... rumah aku. Kamu pukul berapa pulang?” Suara Natasya semakin terdengar malas menjawab.“Kemungkinan agak terlambat, ada beberapa kendala di kantor. Tapi aku usahakan langsung pulang begitu selesai ya. Mau aku jemput nanti di rumah kamu?” Gaza mengendus ada yang sedang Natasya tutupi dari cara dia menjawab.“Enggak usah, kamu kabari saja kalau sudah pulang. Nanti aku ke Apartemen, matikan Ga aku mengant
Read more
Berterus Terang Dalam Remang
“Tidak perlu bangun.” Natasya mendorong kembali dada Gaza yang hendak bangun dari posisi terlentangnya.Selimut yang menutupi tubuh Natasya menjadi tersingkap karena gerak bangun Gaza. Natasya menarik ke atas kembali karena suhu ruangan terasa dingin menggigit lapisan kulitnya“Sebentar aku naikkan suhu ruangan dulu.” Gaza kembali bangun dan turun dari ranjang masih dengan tanpa busana.“Astaga Gaza! pakai baju!” seru Natasya.“Buat apa?” Dengan songongnya Gaza menjawab demikian.“Yang lihat kamu doang, bagian mana lagi yang enggak kamu lihat dari badan aku.” Gaza menambahkan setelah kembali menaiki ranjang dengan penerangan temaram.Natasya berdecap dengan tangan merapikan helai rambut berantakannya di kening.“Bicara,” pinta Gaza setelah nyaman berbaring miring menatap wajah wanitanya yang tetap terlihat cantik walau gurah lelah terlihat di sana karena aktivitas mereka.“Papa kamu meminta kita bertemu. Tunggu sebentar, aku cerita seperti ini bukan karena aku ingin mengadu s
Read more
Iblis Kembali
“Aku bilang jangan ya, Gaza.” Natasya menegaskan kembali pada Gaza yang berkata akan ke rumah papanya untuk berbicara.“Aku enggak akan bicara masalah kamu, Diwang. Hanya akan membicarakan kantor, kamu kok curiga saja sih sama aku.” Gaza memberikan dasi pada Natasya untuk memakaikannya.Natasya memiliki rutinitas baru berupa memakaikan dasi suaminya dan menyiapkan semua pakaian walau Gaza sudah bilang ia bisa melakukannya sendiri. Namun menyenangkan rasanya mengurusi dan mengatur pakaian Gaza yang hanya suka warna gelap. “Benar ya, aku nanti semakin tidak enak sama papa kamu. Aku akan memikirkan cara lain untuk merebut hatinya.” Natasya mengedipkan sebelah matanya.Gaza tersenyum kecil menundukkan kepala dan mendaratkan kecupan lembut pada bibir polos Natasya. Menarik pinggang istrinya agar menempeli ia dengan pandangan terpesona.“Iya, bawel ya kamu. Tidak berubah sedari dulu, apa kamu masih suka jajan bakso enggak pakai kuah?” tanya Gaza penuh senyuman teringat kenangan masa
Read more
Gemetar Hebat
“Pulang? kenapa? loe sakit? pucat sekali Sya.” Leana kaget Natasya datang dengan wajah pucat dan badan bergetar hebat mengatakan akan pulang terlebih dahulu padahal perbincangan mereka belum selesai.Natasya tidak mampu menjawab, ia bahkan menyenggol gelas Gabriel. Leana langsung bisa mengendus ada yang tidak beres.“Ada yang melecehkan elu Sya di kamar mandi?” Leana bertanya dengan memegangi tangan bergetar hebat Natasya.Natasya menggeleng pelan tanpa dapat bersuara. “Gua antar, mana kuncinya. Rel elu sama Lea coba cari tahu dan bilang sama Manajer minta putarkan cctv.” Gabriel meraih tas Natasya dan mencari kunci mobilnya sebelum memegang bahunya untuk ia papah keluar.Sepanjang perjalanan tidak sepatah katapun keluar dari mulut Natasya, ia hanya mengatakan alamat Apartemen Gaza. Hanya memejamkan mata dengan kedua tangan mengepal kuat, keringat dingin mulai bermunculan.“Sya boleh gua telepon laki elu? Elu enggak bisa sendirian dengan kondisi seperti ini,” tutur Gabriel set
Read more
Wajah Marah
“Mau ke mana?” Natasya bertanya kala Gaza bangun dari ranjang di samping ia berbaring.“Ambil ponsel di luar, sebentar ya.” Gaza segera keluar untuk mengambil ponselnya, kembali masuk dengan menghubungi Olan.“Iya iya buset bawel amat. Bulan depan gua kasih cuti satu minggu,” kekeh Gaza.“Thanks bro. Iya pesanlah tiket astaga, jangan hubungi gua dulu. Iyalah jelas gua honey moon tiap hari.” Gaza mengakhiri panggilannya, menatap Natasya yang sedari ia duduk sudah memandangnya tanpa jeda.“So?” tanya Gaza.“So what?” Natasya mengulang pertanyaan Gaza.Gaza memberikan tatap dalam tanpa menjawab pertanyaan wanitanya.“Aku bertemu seseorang, bukan orang lebih tepatnya iblis.” Natasya berhenti sejenak memilin telunjuk Gaza yang duduk di sampingnya berbaring. Natasya tidak menyadari jika wajah Gaza sudah berubah merah menahan amarah. Natasya kembali melanjutkan setelah jeda lumayan lama untuk ia terdiam.“Aku baru keluar kamar mandi saat ... tahu-tahu didorong bahu aku membentur t
Read more
Gunarto Kritis
Natasya mengerutkan kening saat membaca pesan dari Gaza yang menyatakan ia kan menginap di Bandung untuk keperluan pekerjaannya. Semenjak Natasya menceritakan mengenai sang paman yang membuatnya sampai jatuh sakit, Gaza tidak lagi membahas sedikitpun perihal itu. Gaza hanya meminta Natasya tetap di rumah sebelum ia pulang.“Gaza ke mana Sya? sorry aku menghubungi kamu karena nomor Gaza tidak bisa dihubungi.” Valen, kembaran Gaza menghubungi Natasya yang sedang membuat puding di dapur.“Katanya sedang di Bandung, Gaza dari kemarin di sana belum pulang,” jawab Natasya.“Bandung? Waduh, kapan kira-kira pulangnya Sya? kok sedang kerja ponsel malah tidak aktif terus.” Valen kembali bertanya.“Kurang tahu Val, hanya bilang itu. Nanti aku coba hubungi lagi,” tutur Natasya.“Ok Sya thanks ya.” Valen mengakhiri panggilan dan meninggalkan tanya semakin besar dalam benak Natasya.Natasya menghubungi Gaza langsung, benar tidak aktif. Meninggalkan pesan untuk segera menghubunginya setelah p
Read more
Gunarto Meninggal
“Kamu yakin sanggup? Yang kemarin saja kamu sampai sakit Diwang.” Gaza menahan lengan Natasya saat di depan ruang ICU. Natasya terlihat tidak yakin karena hanya diam membisu, Gaza mendesah kecil sebelum bersuara pelan. “Biar aku yang masuk dan foto untuk kamu lihat, bagaimana?” Menawarkan opsi lain, Gaza membelai telapak tangan dingin Natasya. Setelah Natasya mengangguk, Gaza masuk ke dalam ruangan di mana Gunarto dirawat. Natasya sendiri duduk di ruang tunggu bersisihan dengan sang bibi yang terus menangis. “Paman dan Bibi ke Jakarta satu tahun lalu Diwang, rumah peninggalan orang tua kamu sudah dijual sama paman kamu. Rumah kami sendiri sudah di sita pihak Bank karena banyak hutang. Bibi memutuskan untuk bekerja menjadi pembantu rumah tangga yang sangat jauh dari sana. Bibi sangat malu sama seluruh warga desa yang menginginkan paman kamu segera pindah. Paman kamu karena tidak punya siapa-siapa dan tidak
Read more
Jalan-jalan Berujung Panas
“Kamu kapan bisa libur agak panjang? Tiga hari mungkin?” Natasya bertanya saat Gaza tengah duduk di depan meja kerja di dalam kamarnya dengan kaca mata dan celana pendek. “Kenapa?” Gaza balik bertanya. “Ingin jalan-jalan saja, kalau kamu sibuk, aku bisa sih jalan sendiri sih.” Natasya membelai bahu Gaza sebelum menaiki ranjang untuk beristirahat. “Bosan ya? kalau satu minggu ini sepertinya aku enggak bisa. Karena beberapa yang kemarin di cancel aku masukan minggu ini semua. Kamu jalan-jalan sendiri enggak apa-apa? jangan jauh-jauh tapi ya. Atau ke vila aku saja bagaimana?” Gaza memberikan penawaran alternatif. “Aku ingin lihat pantai Ga, ingin bermalam tepi pantai. Aku ke Sumbawa ya,” usul Natasya. “Apa? jauh sekali Di, kalau mau ke sana sama aku. Jangan sendiri awas kamu,” ancaman Gaza membuat Natasya cemberut. “Ya makanya aku tanya kapan kamu bisa libur agak lama.” Natasya
Read more
Kamu Ingin Anak?
“Kamu tidak tahu kalau aku sedang datang bulan?” Pertanyaan Natasya bagai siraman air dingin di kepala Gaza yang mendidih. “Demi Tuhan, Diwang,” seru Gaza frustasi. Natasya tertawa lebar dan puas sekali, Gaza yang tengah mencumbunya langsung berhenti seketika dengan kepala terkulai di dada terbukanya. Natasya menarik kepala sang suami untuk ia cium dalam. Memberikan apa yang Gaza inginkan sebagai imbalan untuknya yang sudah memenuhi keinginan berlibur mendadaknya. “Are you kidding?” geram Gaza setelah Natasya melepas bibirnya. “Bercanda, aku sepenuhnya milik kamu,” bisik Natasya dengan nada mendayu lembut. “Diwangkari,” geram Gaza untuk kedua kalinya. Tawa Natasya terbungkam langsung oleh ciuman dalam Gaza, ciuman yang menjadikan Natasya melambung tinggi hanya dengan permainan bibir dan lidah suaminya. Ia ternyata sangat merindukan Gaza bukan hanya sosoknya, melainkan juga s
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status