Semua Bab Sang Primadona Rumah Bordil: Bab 31 - Bab 40
117 Bab
Suami?
“Terima Kasih Pak Dayat sudah membantu kami.” Gaza menyalami usai keduanya keluar dari rumah seorang pemuka agama di sekitar Vila Gaza.“Sama-sama Mas Gaza, saya senang bisa membantu. Ini langsung pulang ke Jakarta atau bagaimana?” Laki-laki paruh baya bernama Dayat tersebut melayangkan tanya pada anak muda yang mendatanginya lepas Adzan Maghrib membawa Natasya.“Menginap dulu di Vila Pak, saya sepertinya tidak sanggup menyetir balik ke Jakarta. Nanti saat kami menggelar acara datang ya Pak.” Gaza berucap sebelum meninggalkan rumah yang ada beberapa orang tua dan keluarganya yang akan melepas kepergian Gaza dan Natasya.“Insyaallah Mas Insyaallah. Kalau bapak saya ‘kan sudah sepuh, saya nanti yang datang sama istri anak. Salam untuk papanya Mas Gaza sama Mas Valen juga.” Ramah pak Dayat menepuk bahu Gaza yang tertutup baju koko putih.Gaza mengangguk dan meninggalkan rumah sederhana namun tenang tersebut dengan berjalan kaki yang jaraknya tidak lebih dari seratus meter dari Vilan
Baca selengkapnya
Serangan Sayang
“Gaza kamu gila mengerem mendadak? Astaga Gaza kamu bahayakan banyak orang.” Natasya memukul lengan Gaza setelah kekagetannya mereda.“Ke pinggir Ga, biar aku yang bawa mobil.” Natasya memberikan perintah dengan tegas. Gaza dengan bodohnya tertawa dan menyeringai secara bersamaan. Mulai kembali melajukan mobil perlahan setelah mengucapkan maaf pada wanita yang mengenakan kemeja kebesaran miliknya.“Baru dipanggil sayang, sudah membuat aku hampir mati. Apalagi aku sayang-sayang,” gerutu Natasya.“Mau kalau itu sih, di sayang-sayang sama orang tersayang. Bisa melayang aku, Di.” Gaza terkekeh pelan.Natasya berdecap enggan meladeni ucapan Gaza. Ia memilih menenggak minuman dan menyuap sarapan yang sisa beberapa suap saja.“Tadi kamu tidak sadar ya panggil Sayang? mana mau ‘kan kamu panggil begitu.” Gaza bertanya seraya menyugar rambutnya.“Masih mau di bahas?” tegas Natasya tampak malas.Gaza menggeleng, menyadari Natasya mulai malas dengan candaannya. Memilih menghubungi Olan
Baca selengkapnya
Malam Pertama
“Ga ... tadi papa kamu kemari.” Natasya berkata saat keluar dari kamar mandi berganti pakaian sebelum tidur.“Papa? mau apa? kamu ditanya macam-macam?” Gaza meletakan ponsel yang tadi ia pegang untuk memberikan perhatian penuh pada wanita di depannya.“Hanya minta di sampaikan sama kamu kalau kita diminta ke rumah besok pagi. Enggak bilang apa-apa lagi.” Natasya duduk di samping Gaza dan menaikkan kakinya untuk ia lipat.“Tidak tanya kenapa kamu ada di apartemen aku?” Gaza mengerutkan kening dalam.Natasya menggelengkan kepala. “Enggak, hanya bilang itu. Ga ... bagaimana jika Papa kamu tidak menyetujui pernikahan kita?” “Ya biarkan ... aku yang menjalani kok, orang tua tidak memiliki hak apa pun pada pilihan hidup anaknya.” Gaza menjelaskan dengan logis.Natasya terdiam beberapa lama di tempatnya duduk, membaringkan tubuh miring menghadap Gaza yang bersandar pada kepala ranjang besarnya.“Pikiran laki-laki dan wanita memang sangat jauh berbeda Ga. Kamu anak kandungnya, seburuk
Baca selengkapnya
Gaza Lepas Kendali
“Gaza ... stop aku bilang,” tegur Natasya pada sosok di belakang punggungnya.Kekeh teredam leher Natasya bagian belakang, rupanya sang wanita terbangun karena ulahnya.“It’s amazing right?” lirih Gaza tanpa menghentikan kegiatannya.“Never enough for you,” gerutu Natasya.“Gazalio. Aku mengantuk please.” Natasya menahan pergerakan tangan Gaza di dadanya dan dengan cepat memutar tubuh menghadap sang laki-laki.Dengan cepat Natasya meringsek memeluk Gaza agar tangannya tidak berkeliaran ke mana-mana.“Aduh kalau seperti ini malah lebih bahaya,” gusar Gaza pada Natasya yang enggan di lepaskannya.“Kamu itu maniak juga apa bagaimana sih? astaga baru sepuluh menit lalu kita selesai dan entah itu ke berapa kali Gaza.” Natasya mencubit keras pinggang Gaza saat merasakan di bawah sana mulai menggeliat.Gaza mengaduh kencang hingga melepas pelukan pada tubuh Natasya. Sang wanita tidak membuka matanya sedikitpun, justru memeluk selimut dengan rapat menutupi seluruh tubuhnya sampai bah
Baca selengkapnya
Konsultasi Berujung Pertengkaran    
“Siap?” tanya Gaza saat keduanya sudah berada di dalam mobil dan siap untuk menuju kediaman. Natasya menghela nafas panjang sebelum menoleh ke arah Gaza dan mengangguk dengan ringis kecil, ia tidak yakin siap sebenarnya mengingat bagaimana respon papa Gaza kemarin saat melihatnya di Apartemen sang putra. Bukan tatap benci, namun bukan juga tatap suka. Itu yang Natasya tangkap dari sana. “Papa tidak akan menyerang kamu Di, kalaupun mau mengamuk pasti sama aku. Jangan terlalu mencemaskan sesuatu yang belum terjadi dan buat kepala kamu berat. Kita akan hadapi apa pun yang terjadi nanti di rumah papa ya.” Gaza menggenggam tangan dingin Natasya. Mengangguk Natasya menyetujui perkataan Gaza, tahu jika mereka akan menghadapinya bersama-sama dan Gaza tidak akan membiarkannya dibantai sendirian jikapun papanya lepas kendali. “Kita sungguh tidak perlu beli apa pun Ga? masa datang ke tempat orang tua lenggang tangan?”
Baca selengkapnya
Sebuah Gosip
“Ke rumahnya?” tanya Natasya ketika mobil meninggalkan rumah Papa Gaza.“Rumah siapa?” Gaza bertanya balik.“Kembaran kamu,” jawab Natasya.Gaza berdecap dan menggeleng. “Mau apa ke rumahnya, kantornya saja. Lagian memang kita mau resepsi besok? Oh iya mengenai resepsi, kamu sungguh tidak keberatan? Kamu jangan hanya karena Papa yang bicara seperti itu terus langsung mau.”“Enggak apa-apa asal tidak sebesar punya kembaran kamu, aku ngeri kalau acaranya seperti itu. Aku bukan terpaksa Gaza, hanya salah satu usaha agar diterima baik dalam keluarga kamu. Ada satu hal yang ingin aku tanyakan sama kamu, tapi nanti saja kita bicarakan di rumah.” Natasya meraih selembar tisu dan menghapus jejak keringat di lehernya.“Apa itu? di sini saja, aku penasaran.” Gaza memutar kemudi menuju kantor Valen yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah orang tuanya.“Aku bilang di rumah.” Natasya tidak mau kalah dengan permintaan Gaza.“Dasar pemarah,” gerutu Gaza.“Kamu juga enggak bisa banget dib
Baca selengkapnya
Cemburunya Natasya
“Apa sih?” sergah Natasya kesal terus dipandang Gaza dengan senyuman di kulum.Mereka sudah berada di Apartemen Gaza dan Natasya tengah melepas anting serta hendak berganti pakaian formalnya.“Kenapa kamu mengurusi orang bergosip sampai Valen saja menyindir – bini lu cemburu sana pulang – padahal kamu tinggalkan saja kelar urusan.” Gaza sendiri di belakang Natasya tengah melepas pakaiannya, mereka berpandangan melalui cermin besar di depan Natasya.“Mereka bilang kamu tidak sekaya kembaran kamu, dan kamu hanya menjaga jodoh orang bertahun-tahun. Makanya itu perempuan lebih memilih Valen yang kaya tujuh turunan.” Dengan masih bernada tinggi Natasya memelotot pada Gaza melalui cermin.Gaza tersenyum mendengarnya, melempar kemeja ke atas ranjang. Mendekatkan diri pada Natasya dan memeluk pinggangnya dari belakang lembut. Mendaratkan kecupan pada leher jenjang sang istri.“Enggak usah cium-cium awas .... ““Tidak perlu marah suami kamu di jelek-jelekkan, Sayang. Aku tidak tersinggu
Baca selengkapnya
Bibi
“Bye, honey buny sweaty.” Gaza daratkan kecupan pada bibir polos Natasya.“Geli Ga astaga!” seru Natasya dengan mata melotot, namun tidak Gaza pedulikan.Setelah pemeriksaan terakhir Natasya, mereka mencari informasi sebanyak mungkin untuk pemilihan opsi lain dalam penyembuhan luka-luka di punggung Natasya. Sedangkan tersangka sendiri sudah di jatuhi hukuman berat, begitu juga dengan rumah bordil tempat sebelumnya ia bekerja. Pemeriksaan besar-besaran tersebut menimbulkan kegemparan pada semua pekerja. “Aku mulai bosan di Apartemen kamu, aku mau bekerja Ga.” Natasya mengutarakan keinginannya.“Iya jadi Asisten aku ya,” ledek Gaza.Natasya melotot kembali. “Aku serius, Gaza.”“Ok nanti aku pikirkan, kamu habiskan dulu uang aku itu. Aku berangkat dulu ya.” Gaza kembali mendaratkan kecupan pada bibir Natasya sebelum benar-benar berangkat.“Dasar orang kaya sombong. Aku saja enggak tahu harta kamu berapa,” gerutu Natasya sepeninggal Gaza yang membawa tas laptop hitam.Menghabiska
Baca selengkapnya
Ujung Jakarta
Natasya mengangkat kepala ketika jendela kaca mobilnya di ketuk dari luar, mendesah lega saat ternyata orang tersebut adalah Gaza. Tidak terasa hampir empat jam Natasya menunggu di dalam mobil, sudah lebih dari lima kali pintu mobilnya di ketuk dari luar oleh warga setempat atau orang yang lewat jalanan itu. Menanyakan apa mobilnya mengalami masalah karena berhenti terlalu lama di sana. Saat Natasya berkata akan ada yang menjemputnya, baru orang-orang tersebut meninggalkan Natasya sendirian.“Kamu tidur di mobil?” tanya Gaza melihat mata merah Natasya.“Enggak, aku menahan mengantuk menunggu kamu.” Natasya membuka pintu mobilnya dan keluar dari sana.Memandang penampilan Gaza yang masih lengkap dengan pakaian kerja bahkan dasinya. Seketika Natasya tersenyum hangat, Gaza sungguh menyusul dirinya dengan jarak tempuh empat jam menuju lokasinya.“Aku lapar sekali Ga, kamu melarang aku ke mana-mana dan aku benar-benar hanya di mobil menunggu kamu selama empat jam. Beri aku makan.” Nat
Baca selengkapnya
Hotel Minimalis
“Aku sudah pesan makanan, nanti diantar kemari kalau sudah datang. Kita terpaksa pakai pakaian yang sama sampai besok, Di.” Gaza membanting punggung di atas ranjang ukuran sedang.“Di bolehkan sama hotelnya?” tanya Natasya yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi usai membersihkan diri.“Boleh, ini kita menginap di hotel minimalis jadi boleh. Coba Aston, mana boleh. Aku mau tidur dulu sebentar ya, kamu yang tunggu makanan diantar kemari.” Suara Gaza mulai melemah karena mengantuk.Natasya mengangguk memilih duduk di tepi ranjang dan menepuk badan Gaza untuk geser ke tengah. Memandang wajah terlelap Gaza yang dalam hitungan menit sudah mendengkur pelan, Natasya tersenyum kecil. Ia daratkan kecupan kecil pada pipi Gaza dan memilih berbaring menyamping dengan tangan memainkan ponselnya.“Capek sekali bapak satu ini. Maaf ya sudah merepotkan kamu,” gumam Natasya sebelum fokus pada ponselnya yang ternyata banyak panggilan dan pesan.Gaza tertidur satu jam karena Natasya membangu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status