Semua Bab TARGETKU BOS MAFIA: Bab 31 - Bab 40
180 Bab
BAB 31. Datang ke Pesta
“Tunggu dulu! Aku memintamu untuk menceritakan tentang masa-masa kau bekerja di sana, bukan waktu kau remaja,” kata Florence. Callista menatap wanita itu.“Aku harus menceritakan bagaimana mulanya aku menjadi seperti ini. Lagi pula aku rasa kau juga baru mengetahuinya karena raut wajahmu menunjukkan keterkejutan ketika aku bercerita tentang pengorbanan Sergio,” balas Callista membuat Florence mengangkat kedua alisnya.“Ya, aku memang terkejut karena selama ini kau tidak pernah memberi tahu aku.” Perkataan Florence membuat Callista terdiam. Benar juga, katanya dalam hati. Dia tidak pernah menceritakan tentang masa lalunya kepada Florence. Wanita itu memang pernah menjadi saksi perjalanan hidup Callista, tapi tak semua tentangnya diceritakan. Wajar kalau Florence memasang ekspresi terkejut.“Sudahlah! Aku tak mau membahasnya lagi. Lebih baik kau pulang. Aku akan mengunjungimu lagi Minggu depan,” lanjut Callista sebelum Florence kembali mengatakan sesuatu. Dia tahu kalau wanita ini tak a
Baca selengkapnya
BAB 32. Ketakutan Justin
Justin yang takut dan tak bisa berbuat apapun hanya mengangguk kecil. Dirinya tidak berani untuk menoleh atau melihat siapa yang sudah mengancamnya seperti itu. Setelah dirasa benda tersebut tak lagi menyentuhnya, Justin membuang napas lega. Secara perlahan dirinya sedikit menoleh untuk memastikan, dari sudut matanya dia melihat seseorang bersetelan jas baru saja menjauhinya. Kini dia yakin kalau orang tadi adalah suruhan Bos ValHolitz.“Hei, kenapa wajahmu pucat? Apakah kau sakit?” Justin sempat terperanjat karena pertanyaan Callista. Wanita itu terheran-heran dengan reaksi Justin yang tak bisa.“A-aku tidak apa-apa, hanya saja ini kali pertamaku datang ke pesta,” jawabnya dengan suara bergetar.“Oh ya? Ku kira kau sedang ketakutan,” sindir Callista sekaligus mengejek.“Tentu saja tidak,” balasnya. Meski berbohong, Callista tahu apa yang sedang dirasakan pria di sampingnya itu, tapi dia tak mau memaksa Justin untuk berkata jujur. Wajar saja hal tersebut terjadi karena pesta ini cukup
Baca selengkapnya
BAB 33. Kekacauan
“Masuklah!” Tiba-tiba saja Richard datang seraya menyuruh Callista dan Justin masuk kembali ke dalam ruangan itu. Richard pun menutup pintu lalu membuang napasnya.“Apa yang terjadi? Kenapa mereka berhamburan?” tanya Callista penasaran.“Beberapa menit setelah kalian masuk ke sini, seorang pria melemparkan gelas berisi alkohol ke salah satu tamu. Entah apa masalah di antara mereka sampai berkelahi, membuat semua orang takut dan berhamburan, termasuk para perempuan. Sebagian pria mencoba memisahkan mereka, tapi mereka malah terkena serangan yang akhirnya membuat semuanya menjadi kacau,” jelas Richard. Terlihat jelas bagaimana raut wajah paniknya. Hal ini membuktikan kalau dia tidak sedang berbohong.“Bagaimana bisa hal ini terjadi? Apakah penjaga tidak bisa meleraikan mereka?” tanyanya lagi.Richard menggelengkan kepala lalu menjawab, “Alih-alih melerai, para penjaga malah terbawa emosi yang mengakibatkan kekacauan semakin meluas. Ditambah akses masuk kita terhalangi oleh mereka, mau t
Baca selengkapnya
BAB 34. Ketidakpercayaan
Callista sudah tidak familiar lagi dengan suara itu. Dia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu. Dirinya bertanya, “Untuk apa kau kemari? Apakah kau ingin membuktikan bahwa kau salah karena sudah menuduh temanku?”“Teman? Padahal kau tidak begitu mengenalnya dan baru melakukan pertemuan beberapa kali, sekarang kau sudah anggap dia teman dan menjadikan aku musuh karena sudah menuduh dia? Yang benar saja!” sindirnya. Callista membalikkan badan. Benar saja, suara itu milik Fritz Ryker.“Aku tidak menjadikanmu musuh, hanya sedikit menjaga jarak agar kau tidak salah paham lagi. Aku juga tidak begitu dekat dengannya dan kau benar, aku tidak mengenalnya dengan baik, tapi dia sudah menyelamatkan aku, bahkan merelakan waktu sibuknya demi membantuku. Masa iya orang seperti itu seorang mafia? Tidak mungkin, kan?” balas Callista membuat Fritz tertawa pelan. Tawanya seperti sedang mengejek.“Apa yang menurutmu tidak mungkin, bisa saja jadi mungkin karena kau tidak mengetahuinya. Coba saja kau ta
Baca selengkapnya
BAB 35. Sang Bos dan Asisten
“Arrghh!!!” erangnya kesakitan. Ya, yang menembak bukanlah wanita itu, justru dialah yang tertembak. Oscar melepaskan peluru dari pistol yang dia pegang tepat di kaki wanita itu sampai terjatuh. Oscar tidak terima sang bos diancam seperti itu, apalagi oleh seorang wanita. Dengan terpaksa peluru pun ditembakkan.“Dengan beraninya kau mengancam aku,” ucap Richard seraya merampas pistol yang dipegang oleh wanita tersebut. Kini giliran dia yang menempelkan ujung pistol ke dahi si wanita. Jelas saja hal ini mengejutkan semua orang, termasuk para pemberontak.“Maka kesempatanmu untuk bertemu putrimu sudah hilang.”DOR!Semua wanita berteriak karena Richard menembakkan pelurunya tepat di dahi wanita yang tadi mengancam dia. Seketika wanita itu terjatuh dengan mata yang membelalak dan dahi yang sudah berdarah. Richard melihat ke arah para pemberontak lalu berkata, “Apakah kalian ingin menjadi yang selanjutnya? Jika kalian ingin, silakan maju! Aku tak akan segan melubangi kepala kalian itu!”T
Baca selengkapnya
BAB 36. Penyusup
Ya, pria yang menodongkan pistol tepat di belakang kepala Richard adalah Fritz Ryker, anggota dari kelompok Forezsther. Kehadirannya di mobil bos mafia ini mengejutkan semua orang, tapi tidak dengan sang supir yang tampak ketakutan. Rupanya supir Richard sudah tahu akan kehadiran Fritz, hanya saja dia memilih bungkam karena sebelumnya sudah diancam.“Bagaimana kau bisa masuk?” tanya Oscar tanpa menurunkan todongan senjata kepada Fritz.“Seharusnya kau melatih supir lemahmu itu agar bisa melawan orang sepertiku. Setidaknya dia bisa melawan, tapi karena dia lemah, dengan mudah aku bisa masuk tanpa perlawanan. Beruntung dia bisa diajak bekerja sama, kalau tidak, kepalanya akan aku pecahkan,” jawab Fritz. Terdengar suara tawa dari Richard. Hal ini membuat pria itu keheranan.“Kau berani sekali! Ku tebak kalau dirimu mengikuti kami dari Napoli sampai ke Napoli lagi, iya, kan?” tebak Richard.“Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan bagaimana bisa aku masuk ke sini. Kau lebih tahu,” balasnya
Baca selengkapnya
BAB 37. Kenapa Harus Dia?
Dua anak buah ValHolitz membawa Fritz ke dalam sebuah ruangan lalu mengikatnya. Kini mereka sudah ada di markas besar ValHolitz. Oscar juga ada di ruangan ini, dia sedang memantau para anak buah yang mengikat Fritz. Seusai membuat pingsan pria itu, asisten Richard ini segera membawanya kemari. Sementara sang bos sudah ada di ruangannya dan tengah bersantai.Beberapa menit kemudian, Fritz terbangun dari pingsan. Dia sadar dirinya berada di tempat berbeda dan langsung memberontak serta berteriak meminta dilepaskan. Oscar yang masih ada di sana pun menghampiri lalu berkata, “Meski kau diberikan kebebasan dan hidup, tapi aku harus menyelesaikan tugasku.”“LEPASKAN AKU!” teriak Fritz tanpa ingin mendengarkan perkataan Oscar. Dirinya melanjutkan, “Bukankah kita sudah sepakat? Bosmu itu akan membebaskanku kalau aku bisa bekerja sama dengannya dan ku sepakati hal itu, tapi kenapa aku malah dikurung di sini?”“Sebenarnya keberadaanmu di sini bukanlah keinginan bosku. Ini inisiatif dariku sendi
Baca selengkapnya
BAB 38. Beri Tahu Aku!
Fritz tidak bisa menjawab pertanyaan, pria itu hanya menangis tanpa suara dan kesakitan. Justin mengusulkan Lionello dan Callista membawanya ke mobil agar Federico yang sudah ada di kendaraan itu membawanya ke rumah sakit. Dia dan yang lainnya akan menjalani misi. Callista dan Lionello pun menganggukkan kepala. Keduanya mengangkat tubuh Fritz dengan hati-hati lalu membawanya ke mobil Federico. Sebelumnya Justin sudah memberi tahu sang cracker itu agar membantu melalui alat komunikasi. Setelah itu barulah dia dan anggota yang lain melanjutkan misi. Dua orang ini memasukkan Fritz ke dalam mobil dan sempat dibantu oleh Federico. Mobil pun melaju dengan cepat menuju ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di sana, Fritz langsung ditangani oleh seorang dokter dan perawat. “Lebih baik kalian kembali ke lokasi misi, aku akan menjaga temanku. Justin akan kesulitan kalau kalian tidak ada,” suruh Callista. “Apakah kau tidak apa-apa sendirian di sini?” tanya Lionello. “Aku sudah terbiasa sendir
Baca selengkapnya
BAB 39. Kita Kerja Sama!
“Apakah maksudmu Richard pelakunya?” tanya Callista. Fritz menganggukkan kepalanya. Hal ini membuat Callista membelalakkan mata. Entah kenapa dia malah teringat dengan Richard, pria yang pernah dia temui itu.“Richard mana? Apakah bos mafia dari ValHolitz itu?” Kini giliran Justin yang bertanya. Fritz menolehkan kepala. Lagi-lagi dia memberikan jawaban dengan anggukkan.“Kenapa dia melakukan hal ini kepadamu? Apakah kau bermasalah dengannya?” tanya Vittoria penasaran. Alih-alih membalas, Fritz malah mengalihkan pandangannya ke arah lain, seakan-akan enggan untuk membahasnya. Mengerti akan reaksi itu, Vittoria tidak mengulangi pertanyaannya.“Ehm … akan lebih baik kalau kita beri Fritz waktu untuk menenangkan diri dan jangan mengajukan banyak pertanyaan. Aku akan kembali ke markas pusat untuk melaporkan misi kita sekaligus memberi tahu bos,” usul Justin dan diangguki semuanya. Mereka pun berpamitan dengan Fritz kecuali Letizia dan Callista. Fritz hanya mengangguk saja. Tak lama mereka
Baca selengkapnya
BAB 40. Tekad Balas Dendam
Letizia tampak kesenangan mendengar keputusan Callista. Awalnya dia sudah menyerah karena wanita ini sulit untuk ditaklukkan, tapi hari ini dirinya begitu kesenangan sampai-sampai berteriak dan terkena teguran. Dengan begitu dirinya bisa mencari tahu tentang pelaku yang sudah membunuh kakaknya bersama dengan Callista. Letizia cukup yakin kalau mereka bekerja sama, maka balas dendam akan tertuntaskan dalam waktu cepat.Sayangnya Callista tidak akan membantu banyak karena dia harus menjalankan masa percobaannya dengan tim Chasseurs dan untuk sekarang dia akan fokus dengan masalah Fritz. Memaklumi hal tersebut, Letizia berkata kalau dia akan menunggu sampai semua permasalahan Callista selesai. Ditambah dia juga akan mencari lebih banyak informasi kepada orang lain.Di sisi lain, Callista terpaksa menjalin kerja sama dengan Letizia hanya untuk mendapatkan cara masuk ke markas pusat ValHolitz. Entah kenapa dia begitu penasaran dan ingin melihat secara langsung bagaimana rupa bos dari kelom
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status