All Chapters of Bukan Cinta Duda Biasa: Chapter 11 - Chapter 20
126 Chapters
SEANDAINYA BISA
"Segitu ngeganggunya ya gue, Kak?"Pertanyaan itu berhasil membuat Lian menatap sedih adiknya."Lo boleh temui Ruby, kapanpun lo mau. Tapi, please. Kasih gue dan Ruby space, Sam. Dia anak gue. Gue pengen nge-didik dia dengan cara gue. Kak Davino juga pengen banget ngabisin banyak waktu sama anaknya satu itu.""Ruby, gue angkat anak ya Kak. Biar dia ikut gue," mohon Sam."Gak, Sam. Gue masih sanggup dan lebih dari mampu untuk ngurus dia sendiri. Gimana pun dia anak gue dan gue sayang banget sama dia. Gue gak bisa kalau harus pisah dari dia. Jangan egois Sam," ucap Lian dengan tenang walaupun kesedihan mulai menyusup di hatinya."Lo sedih jauh dari Ruby, apa kabar suami gue? Dia selalu ngalah buat apapun demi lo, karena buat dia, elo itu adik kesayangannya. Gue tau semuanya berat buat lo, tapi please, ngerti juga keadaannya.""Hidup gue sepi Kak, kalau gak ada Ruby," ucap Samudera sambil menunduk, menyembunyikan wajah sendunya."Itu kenapa Mama minta lo nikah, Sam. Sekarang ataupun nant
Read more
TENTANG DIANI
*Diani Pov*Aku beranjak dari tempat dudukku, menatap lelah tumpukan pekerjaan yang rasanya tak ada habisnya. Mati satu, tumbuh seribu. Begitu istilahnya.Setelah kepulanganku dari Bali, pertengkaranku dengan Kak Riani kembali terjadi. Aku kira keinginannya untuk mengakhiri hidupnya telah sirna. Karena selama aku di Bali, tak kudengar kabar dia mengeluhkan keadaannya. Ternyata, aku salah.Kini tak hanya keinginan menyudahi hidupnya, ia malah sibuk mencari laki-laki kurang ajar yang menelantarkan dirinya sendirian setelah kecelakaan yang turut melibatkan manusia terkutuk itu. Sampai sekarang, aku tak habis pikir. Kenapa Kak Riani masih mencari laki-laki brengsek itu? Laki-laki yang beruntung hanya karena truk yang menabrak mobil mereka ikut bersalah. Seandainya itu kecelakaan tunggal. Sudah ku tuntut pria itu, tak peduli berapapun uang yang akan aku keluarkan.Ego prianya yang menjijikkan membuat Kakakku kehilangan dunianya. Tak lagi bisa menapakkan kakinya, bahkan untuk sekedar duduk
Read more
DIANI DAN DIRINYA
*DIANI POV*Hari itu adalah kali terakhir aku bertemu Reval. Tak pernah lagi aku mendengar kabarnya, aku pun tak mau tahu bagaimana kabarnya setelah membuat Kakakku hidup dalam neraka yang ia buat. Enyah dari hidup kami, adalah keputusan terbaik yang pernah dia buat.Mungkin itulah alasannya tak ada perpisahan untuk Kak Riani. Tapi, laki-laki tak tahu malu itu benar-benar keterlaluan. Hingga kini ia pun tak pernah mengucapkan kata perpisahan untuk Kak Riani. Laki-laki pengecut! Bagaimana bisa ada manusia tanpa empati sepertinya? Ya Tuhan, aku benar-benar mengutuk perbuatannya.Mataku kini beralih menatap ke dalam sebuah foto. Foto Keluarga yang berisi ayah, ibu, dan dua anak perempuannya. Senyum mereka tulus. Pasti tak akan ada pikiran, bahwa bertahun-tahun setelahnya, keluarga itu hancur karena ego seorang laki-laki yang hanya mementing
Read more
BERTAHAN HIDUP
Drrttt.. drrttt..Getaran dari saku Diani membuat gadis itu terbangun. Badannya terasa remuk redam akibat tidur dalam posisi duduk. Ia mencoba untuk meregangkan otot-otot tubuhnya sambil mengerjapkan matanya berharap kesadarannya segera berkumpul.Diani baru mengambil ponselnya setelah getarannya terhenti. Ia melihat pada waktu yang tertera di ponselnya. Pukul tujuh pagi dan nama bos besar pemilik perusahaannya sudah nampak di menu panggilan tak terjawab.Diani hanya menghembuskan nafasnya lelah. Dia menoleh ke arah Kakaknya. Merapikan anak-anak rambut yang dirasa mengganggu wajah Riani. Senyuman tipis menghiasi wajah putih bersih Diani melihat Kakaknya tidur dengan damai.Diani bergegas mandi dan bersiap untuk bekerja lagi. Hari ini ada proyek penting yang haru
Read more
RIANI DAN KEBAHAGIAANNYA
Drrt.. Drrt.. Diani baru saja meletakkan pantatnya saat ponselnya kembali bergetar. Emosinya kini memuncak. Baru saja ia selesai melakukan meeting untuk pematangan konsep hingga melupakan jam makan siangnya. Kini telepon masuk kembali terdengar dari ponselnya. Ia sudah bersumpah serapah jika itu bosnya. Berdoa agar bosnya terkena tipes karena sangat gila kerja. Baru saja ia akan mengumpat, namun wajahnya berubah panik ketika melihat nama Grace yang terpampang disana. “Halo Kak Grace? Ada apa Kak?” tanya Diani dengan wajah panik sambil menggigit kuku ibu jarinya. Diani akan selalu begitu jika dia sedang cemas. “Hai, sore Di. Maaf ya, gue ganggu. Lo sore ini ke rumah sakit?” ucap Grace dari ujung sana terdengar tenang. “Iya, habis ini Diani kesana. Ada sesuatu Kak?” tanya Diani masih panik dengan tubuh menegang. “Gak ada apa-apa. Kakak lo nanya aja. Yaudah, kalau gitu nanti gue sampein.” “Beneran gak ada apa-apa? Kak Riani kemana? Kenapa Kakak yang telepon? Biasanya kan Kak Rian
Read more
SUDUT PANDANG BERBEDA
*Diani POV* “Hai, Kak!” sapaku pelan saat menemukan kak Riani sedang memakai kacamata baca dengan posisi ranjang rumah sakit setengah terduduk.  Hebatnya lagi, satu tangan kanannya yang tergolek lemas di ranjang sedang dengan posisi memegang mouse. memang tangan Kak Riani tak sepenuhnya lumpuh, tapi aku tetap takjub karena dia bisa menggunakan telapak tangannya dan jarinya untuk memijit dan menggulir mouse yang terhubung dengan laptop dihadapannya. “Diani, pulang sore? Tumben?” tanya Kak Riani terdengar heran. “Iya, kebetulan kerjaan udah selesai semua Kak. Jadi aku minta balik cepet. Kakak lagi apa sih? Kayaknya sibuk? Ini laptop siapa?” tanyaku yang tak suka melihat kak Riani terlihat lelah denga
Read more
RIANI DAN SAMUDERA
*Riani POV* “Kenapa? Apa ruangannya terlalu panas? Mau dinaikin suhunya?” tanya Samudera polos. Dasar pria bodoh dan tidak peka’! Dia masih sama saja. Membuatku jadi tertawa geli. Inilah yang membuatku selalu gagal terbawa perasaan dengan Samudera. Sepertinya, satu-satunya hal yang mudah dia pahami adalah perasaan mantan istrinya. “Malah ketawa lo! Serem ih,” ucapnya sambil bergidik ngeri. Tawaku malah semakin menjadi melihat wajah takutnya. Samudera dengan badan kekarnya masih tak berubah. Laki-laki yang selalu takut dengan sesuatu yang mistis. Aneh sekali. Muka dengan keberaniannya soal hal-hal gaib berbanding terbalik. “Udah ah. Banyak drama, sini! Gue harus apa?” Samudera kembali mendekat ke
Read more
USAPAN SAMUDERA
*Samudera POV* "Udah, jangan diliatin mulu adek gue. Gimana? Cantik kan? Gemesin," ucap Riani bersemangat. Sial! Aku tertangkap basah memperhatikan Diani. "Adek lo beneran umur dua puluh sembilan tahun? Gue kira udah berubah, ternyata ngambekannya masih sama," timpalku sambil tertawa geli yang sebenarnya ku buat-buat. Aku berniat pulang karena tak enak hati dengan Diani. Mungkin Diani hanya ingin bersama kakaknya dan aku mengganggu mereka. tapi, Riani melarangku.  Tak berapa lama setelah itu, Diani keluar dari kamar mandi. Aku memang merasa diperhatikan sejak ia melangkah menuju sofa dibelakangku. Aku berpura-pura menyamankan diriku sekedar untuk bisa mencuri pandang pada Diani. Aku tahu beb
Read more
KESENDIRIAN DIANI
Diani memasuki ruang rawat Kakaknya dengan menggerutu lirih."Mana ada tampang bule gitu minta dipanggil, Mas. Ih, bikin geli. Apa-apan sih dia. Sok akrab.""Kamu kenapa dek?" tanya Riani dengan senyum teduhnya. Sebenarnya ia dapat mendengar dengan jelas dumelan Diani. Tapi, jika sedang berdua seperti ini Riani memang tak lagi seheboh ketika ada Samudera. Ia terlihat lebih tenang."Gak apa-apa kok. Kakak udah makan?" tanya Diani mengalihkan pembicaraan.Ia berjalan mendekat ke arah dimana ia menyimpan roti. Mengambil beberapa lembar roti lalu mengoles dengan selai nanas kesukaannya. Tak lupa selai kacang untuk Kakaknya walaupun tampaknya tak ada jawaban dari pertanyaannya tadi."Samudera gak menua ya, Di. Dia masih aja ganten
Read more
PENGALAMAN HIDUP
Samudera membolak-balikkan dokumen sebelum akhirnya ia mengarahkan pandangannya pada sekretarisnya, Aleya. "Jadwal untuk rapat hari ini jam berapa, Aleya?" tanya Samudera sambil melonggarkan dasinya yang terasa mencekik lehernya."Lepas makan siang, Pak. Sekitar pukul dua siang. Saya sudah konfirmasi ke perusahaan rekanan."Samudera hanya mengangguk lalu memberikan kode agar sekretarisnya meninggalkan ruangannya. Aleya yang sudah bertahun-tahun bekerja untuk Samudera pun menganggukkan kepalanya, tanpa kata lain yang terucap, dia meninggalkan ruangan itu dalam keheningan.Samudera menikmati secangkir kopinya sambil menikmati hiruk pikuk ibukota. Banyak pikiran berkelebat dalam otaknya. Hal-hal yang selama ini selalu mampu ia tutupi selama kesibukannya. Semua pemikir
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status