All Chapters of Bukan Cinta Duda Biasa: Chapter 51 - Chapter 60
126 Chapters
IDE GILA
*Diani POV*Aku bersyukur hari ini tak perlu berangkat ke kantor dan hanya perlu menuju tempat pembangunan gedung yang juga ku tangani. Aku melakukan beberapa pengecekan proyek antara aku, penanggung jawab sipil, dan mandor tentang kesesuaian pembangunan.Sepanjang perjalanan membawa mobil, beberapa kali aku tak fokus untuk menyetir. Daripada terjadi sesuatu karena jalanan yang begitu padat dan aku tak bisa berkonsentrasi. Aku akhirnya memutuskan untuk mampir di sebuah restoran siap saji dan memesan satu porsi pancake juga segelas kopi.Aku memakan pesananku sambil menikmati suasana pagi Jakarta yang selalu ramai dengan hiruk pikuk kendaraan. Tiba-tiba aku terpikirkan bagaimana besok aku akan masuk ke kantor. Aku yakin suasananya pasti chaos walaupun k
Read more
TAMPAN SAJA TAK CUKUP
Gede hanya tertawa kecil saat mendengar pertanyaan dengan nada serius Diani. Matanya kini ikut menatap Diani yang juga lekat memandangnya. “Lo jangan mikir aneh-aneh pake otak lo yang mungil itu. Cukup lo pake buat mikir gimana caranya bikin bangunan masterpiece lainnya karya Diani,” ucap Gede dengan senyuman manisnya. Gede menggelang tak percaya dengan ide Diani. “De, kalo lo suka sama gue. Kenapa lo gak nembak gue dari dulu?”  “Emangnya bakalan diterima? Lo aja ketusnya minta ampun,” ucap Gede sambil menyeruput minuman di hadapannya. “De, gue serius!” “Gue juga serius. Mana mungkin gue saingan sama Samudera Adnan. Gila kali. Gue
Read more
CIUMAN PERTAMA
Samudera melangkahkan kakinya meninggalkan Diani. wanita itu tak melakukan protes apapun kecuali mengikuti langkah kaki Samudera. Namun langkahnya memelan saat Samudera ternyata membawa Diani ke arah dimana mobil Samudera terparkir. “Katanya mau lihat proyek, kenapa kemari Pak?” tanya Diani yang kini sudah berhenti beberapa meter dari Samudera. Membuat Samudera berhenti dan membalikkan tubuhnya. Ia melihat wajah Diani yang sudah tak ramah menatapnya dengan penuh ketidaksukaan. “Di, aku mau minta maaf. Aku gak sengaja ngomong kasar ke kamu soal – ya, itu. Aku gak maksud–” Samudera tak sanggup meneruskan kata-katanya. Bahkan jika diulangi, kata itu menyakiti hatinya. Tapi, begitu marahnya ia kemarin hingga mengatakan hal yang kurang pantas pada DIani. “Kalau ini bukan masalah pekerjaan, saya balik dulu, Pak.”
Read more
TEMPAT PULANG YANG NYAMAN
Diani menerka-nerka kemana mobil ini membawanya. Walaupun begitu penasaran, tak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya sekedar untuk menanyakan kemana tujuan mereka. Sesekali ia mencuri pandang pada Samudera lewat ekor matanya. Keduanya tak ada yang bersuara, Samudera sendiri sedang dalam pergulatan batin. Ia sendiri masih tak menyangka bahwa tubuhnya akan bereaksi sedemikian rupa kepada Diani. Sekian banyak wanita yang mencoba mendekatinya, ternyata akalnya tak bisa berfungsi jika bersama Diani. Ia benar-benar tak menyangka hal itu. Mereka berdua tak menyadari bahwa wajah keduanya bersemu merah dan telinga mereka tak kalah menampakkan warna merah padam saat mengingat kejadian yang baru saja terjadi diantara mereka.  Walaupun menyetir, tapi pikiran Samudera sering tak fokus dan mengingat kejadian tadi. A
Read more
KETAKUTAN DIANI
Diani menghentikan langkahnya saat ia tahu bahwa mereka menuju sebuah toko perhiasan.“Kita mau ngapain Mas?” tanya Diani yang masih berdiri ditempat yang sama saat Samudera sudah berjalan beberapa langkah di depannya.“Cari cincin nikah, ayo!”  ucap Samudera yang kembali berjalan ke arah Diani sebelum akhirnya menggenggam telapak tangan Diani dan menarik gadis itu agar mengikuti langkahnya.Diani hanya bisa pasrah mengikuti langkah Samudera. Jantungnya tiba-tiba berdegup tak nyaman setelah ia melihat jajaran etalase perhiasan. Ia mengamati setiap sudut ruangan itu dengan seksama.Setiap kenangan di toko ini terasa nyata bagi Diani. Ingatannya memutar pada kejadian Dimana Diani ikut bersama Riani dan Reval untuk memesan cincin pernikahan. Tak
Read more
JENGAH
*Diani POV*Pikiranku melayang entah kemana. Kenangan dimana aku kehilangan mama dan kecelakaan Kak Riani terus saja bergantian melintas di otakku setelah beberapa hari lalu aku mengunjungi toko perhiasan itu. Bahkan saat aku akan memejamkan mataku, kejadian manis yang berubah menjadi tawa mengerikan masuk ke dalam telingaku. Saat aku membenarkan letak tidurku di sofa rumah sakit yang baru beberapa waktu lalu dibelikan oleh Samudera, mataku tak sengaja bersinggungan dengan Kak Riani yang ternyata tak tidur dan sedang memandangku. Sepertinya sudah sedari tadi Kak Riani melakukannya tapi aku tak menyadarinya.Aku menatapnya lekat dengan perasaan campur aduk. Senyum tipis tiba-tiba mengembang dari wajahnya.“Kenapa? Gak bisa tidur ya? Kalau kamu capek, kamu tidur aja di rumah,”
Read more
LULUH
Aku memejamkan mataku dengan tubuh terduduk di kursi taman. Musim kemarau panjang ini membuat taman rumah sakit benar-benar enak untuk dijadikan tempat istirahat, apalagi malam ini. Ya, meskipun hawa malam hari tidak baik untuk kesehatan, namun aku rasa tempat ini cukup enak untuk menyendiri dan melepas lelah. Angin yang bertepuk dengan suara gemericik air di salah satu sudut taman benar-benar membuatku lupa bahwa aku sedang berada di tengah kota jakarta dengan segala hiruk pikuknya.  Aku masih setia menghirup udara segar ini dengan mata tertutup, hingga akhirnya aku terkejut saat merasakan benda dingin menyentuh pipiku. Cepat-cepat aku terbangun dan menoleh ke samping.  Seperti mimpi, aku melihat Samudera tengah mengangkat satu cup
Read more
PERASAAN DIANI
Setelah dua tahun lebih meninggali ruangan dekat nurse station. Akhirnya Riani dipindah ke ruangan VIP. Awalnya keluarga Samudera sudah akan memboyong Diani ke rumah keluarga Adnan untuk mendapatkan perawatan dari rumah. Namun pihak rumah sakit menolak usulan tersebut dengan dalih Riani masih harus di pantau sampai beberapa minggu kedepan.Kini ruang rawat itu sudah disulap menjadi ruangan yang didekorasi cantik untuk acara makan malam. Semua keluarga sudah berkumpul lengkap disana. Ada Embun, gavin, Davino, Lian serta anak-anaknya. Tak Ketinggalan Sita dan anak semata wayangnya.Bibir Riani tak berhenti tersenyum melihat semua orang berkumpul. Mereka tampak akrab bercengkrama. Bahkan calon pengantin yang beberapa waktu lalu terlihat murung. Kini keduanya tampak kompak dalam
Read more
SECEPAT YANG AKU BISA
Diani sedang mempersiapkan penampilan Riani saat Samudera datang. Diani bahkan sibuk memasukkan ini dan itu ke dalam tas yang akan dibawanya saat pergi keluar dari rumah sakit nanti.Pihak rumah sakit hanya memberi waktu lima jam untuk bisa duduk di kursi roda sebagai awal permulaan. Mereka mengkhawatirkan bahwa tulang punggung Riani tak bisa terlalu lama menopang berat tubuhnya saat duduk. Selain itu dokter juga menyarankan banyak hal saat perjalanan keluar dari rumah sakit nanti. Hal itu membuat Diani cukup kewalahan mempersiapkan segala sesuatunya. Diani bahkan melupakan dirinya sendiri yang perlu untuk bersiap.“Udah siap?” ucap Samudera dengan senyuman manisnya yang membuat siapa saja melihatnya bisa terkena diabetes.“Udah. Gimana, gue udah cantik belum buat ketemu Mama sama Papa?” tany
Read more
KAMU YANG TERAKHIR
*Diani POV*Dekapan hangat Samudera masih saja bisa aku rasakan meskipun waktu sudah seminggu berlalu. Kecupan hangat di puncak kepalaku juga masih terasa hangat seolah baru saja terjadi. Juga kata-kata menenangkan yang tak pernah aku dapatkan dari seorang laki-laki seolah menari-nari di kepalaku.“Semuanya bakalan baik-baik aja, Di. Kita harus kuat apapun yang terjadi nanti,” ucap Samudera kala itu di makam kedua orang tuaku.Meskipun semuanya sederhana, tapi sungguh kata-kata itu menguatkanku. Aku merasa memiliki sandaran hidup. Selama ini aku melakukan semuanya sendiri. Jujur saja aku lelah. Tapi, bersandar pun tak menjamin bahwa hidupku akan lebih baik. Bisa jadi semuanya makin hancur dan berantakan. Namun entah mengapa, be
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status