All Chapters of Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang: Chapter 41 - Chapter 50
66 Chapters
Makan Bersama~
Tatapan Sandi masih terpaku pada cincin yang ada di genggaman tangan istrinya. Bagaimana dia akan menjawab pertanyaan Almira mengenai cincin tersebut? Bagaimana caranya agar Almira tidak curiga jika dia mengatakan yang sebenarnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus berputar di kepala Sandi. Mulutnya seakan sangat berat hanya sekadar untuk mengucap. Sampai pada akhirnya, Almira kembali menegur Sandi. "Mas? Mas Sandi?" Almira mengguncang lengan Sandi yang sontak terhenyak, dan mengerjap bingung. "I-iya, Al?" Barulah tatapan Sandi beralih pada sang istri yang berdiri di sisi ranjang. Keningnya mengerut dalam, mendapati raut Almira yang penasaran. "Mas malah ngelamun." Bibir Almira mengerucut seraya menarik tangannya, dan ikut duduk di tepi ranjang. Almira menghela napas panjang, kemudian berkata lagi, "Kayaknya Mas syok liat cincin ini. Apa mungkin ..." "Al." Sandi buru-buru memotong ucapan Almira, yang dia yakini jika istrinya itu tengah menaruh curiga. Dia lantas bangkit, dan du
Read more
Kekesalan Sandi~
Hari ini Almira sengaja mengosongkan jadwalnya karena ingin memberi kejutan untuk suaminya— Sandi. Rencananya, dia akan berkunjung ke kantor suaminya itu tanpa memberitahu terlebih dahulu. Sekali-kali memberi kejutan tidak masalah, bukan? pikir Almira. Sebelum ke kantor Sandi, Almira juga sudah memasak menu makan siang. Dua menu yang baru saja dia pelajari dari channel You-Toube, dan ingin Sandi yang mencicipi. Selesai masak dan menyiapkan segala sesuatunya, Almira bergegas mandi. Memakai pakaian terbaiknya serta berdandan cantik.Bila diingat-ingat lagi, Almira jarang sekali datang ke perusahaan sang suami. Mungkin bisa dihitung dengan jari. Kesibukanlah yang membuat Almira tak pernah menyempatkan waktu ke sana. "Mas Sandi pasti kaget karena aku tiba-tiba dateng ke kantornya." Lipstik warna nude pink telah terpulas sempurna di bibir Almira. Selanjutnya, blush on warna peach dia bubuhkan di tulang pipi kanan dan kiri menggunakan kuas. Almira terlihat sangat cantik, mengenakan denim
Read more
Godaan mantan~
Almira langsung turun dari mobil yang dia bawa sendiri—dari rumah ke kantor Sandi, dan sekarang sudah tiba di rumah lagi. Entah ada hal penting apa yang ingin disampaikan asisten rumahnya, karena memintanya pulang dengan segera."Mbak. Mbak Salma," panggil Almira begitu masuk ke dalam rumah, pada sang asisten yang meneleponnya. "Iya, Bu." Mbak Salma menyahut sambil tergopoh-gopoh menghampiri Almira yang sudah duduk di sofa ruang tamu. Dia baru saja selesai membereskan kamar yang selama ini ditempati oleh Sandra. Almira meletakkan tasnya di meja, "Ada apa, Mbak? Mbak tadi nyuruh saya cepet-cepet pulang. Ada hal penting, ya?" tanyanya. Perempuan kisaran usia empat puluh tahunan itu menatap sang majikan dengan raut gelisah. "Hmm ... Anu, Bu. Hmm ...." Mulutnya seolah berat untuk menjawab pertanyaan Almira. "Anu apa, Mbak. Ngomong aja. Gak usah sungkan sama saya." Almira mengikat rambutnya asal, dan mengambil bantal sofa lalu mendekapnya.Dari gelagat yang ditunjukkan Mbak Salma, enta
Read more
Tak bisa tidur~
"Mas!" Almira tersentak, sepasang maniknya sontak terbuka sempurna. Sejenak dia memindai keberadaannya saat ini. "Ini ... bukan kamarku," gumamnya seraya bangkit dan terduduk di atas ranjang yang bukan miliknya. Almira menghela panjang napasnya dan mengusap wajah. "Aku ketiduran di sini," desahnya. Dia baru ingat kalau sedang berada di kamar tamu dan sampai ketiduran di sana. "Jam berapa sekarang?" Almira lantas mencari-cari ponselnya, tetapi tidak menemukan benda tersebut. Pandangan pun terarah pada jam dinding yang ada di atas kepala. Keningnya mengernyit sangat dalam saat melihat jarum jam yang menunjukkan pukul sembilan malam. "Aku ketiduran lama kayaknya. Udah jam sembilan malem. Mas Sandi ....?" Buru-buru Almira beranjak dari kasur, dan melangkah keluar kamar. Bersamaan dengan Bi Sumi yang melintas hendak membereskan meja makan. "Bi." Almira melangkah ke ruang makan. Bi Sumi menatap sang majikan dengan raut terheran-heran. Dia tahu apa yang hendak dikatakan Almira padanya.
Read more
Sidak mendadak~
"Ini ... lingerie yang aku beliin di Bali 'kan, Al?" Sandi menatap kain berbahan Lace yang sudah tak berbentuk lagi dari tangan sang istri. Pagi ini Almira berniat memberitahu Sandi perihal perbuatan Sandra. "Iya, Mas." Tatapan Almira nampak datar. Sandi kemudian mengernyit dalam. "Tapi, ini? Bukannya kamu bilang waktu itu ilang, ya? Terus, kok, ini bisa kayak gini bentuknya? Kamu nemuinnya di mana?" Almira menghela panjang. Rautnya semakin kesal. "Waktu itu emang ilang, Mas. Terus, itu yang nemuin Bi Salma." Kaki Almira melangkah ke meja rias, dan mengambil dasi yang sudah dia persiapkan untuk Sandi. "Nemuin di mana?" Sandi meletakkan lingerie itu di atas ranjang, kemudian melangkah mendekati Almira yang akan membantunya memasangkan dasi. Dasi di tangan dililitkan ke kerah kemeja Sandi, Almira lantas menjawab dengan raut yang belum berubah. Dan Sandi bisa melihatnya dengan jelas. "Mas pasti kaget dan gak percaya kalo lingerie itu ada di kamar tamu. Di bawah tempat tidur." Jemari
Read more
Kenyataan~
Apa yang dilihatnya memang benar adanya. Mobil yang terparkir rapi di halaman rumah Sandra adalah milik sang suami. Benak Almira pun jadi bertanya-tanya sendiri, dan merasa penasaran. "Harusnya Mas Sandi udah sampe ke kantor dari tadi," gumam Almira, mengira-ngira perkiraan waktu yang ditempuh Sandi. "Apa ada urusan mendadak, jadi Mas Sandi ke sini?" Keinginan untuk mencari tahu pun makin menjadi. Almira memutuskan masuk diam-diam dan sangat kebetulan sekali pagarnya tidak dikunci. Kesempatan baginya melihat sendiri apa yang dilakukan Sandi di sini.Menutup kembali pagar yang tidak terlalu tinggi itu dengan sangat pelan, Almira lantas melangkah. "Duh, ini kenapa malah makin kenceng debarannya." Telapak tangannya mengusap dada yang sejak tadi terus berdebar. Ketika melintasi mobil Sandi, langkah Almira terhenti. Penasaran yang kian tinggi, menuntun perempuan mungil itu mengintip kaca jendela mobil yang gelap. "Kok, aku baru tau, ya, kalo kacanya diganti yang gelap." Karena merasa u
Read more
Berubah~
Meski sepasang kaki itu bergetar hebat, dan langkahnya mengayun perlahan, tetapi Almira tetap mencoba menghampiri sang suami, yang rautnya pucat pasi bagai mayat hidup. Pria yang biasa terlihat berwibawa di hadapan mata Almira, kini tak ubahnya mirip maling yang terpegok. Di sisi Sandi, Sandra justru terlihat santai, seakan-akan hal seperti ini sudah dia nanti-nanti sejak lama..'Hmm bagus. Rupanya dia udah tau sendiri, tanpa aku capek-capek ngasih tau.' Benak Sandra menyeru senang, sambil menaikkan satu sudut bibirnya yang berlapis lipstik warna merah. Hal tersebut menambah gemuruh di dada Almira yang panas. Langkahnya berhenti tepat di depan dua manusia munafik itu. Manik Almira yang memerah menyorot Sandi, kemudian Sandra. Dengan berani dia pun berkata, "Kalian ... selama ini bohongin aku? Kalian ... ternyata pernah punya hubungan di masa lalu? Selamat! Kalian pantes dapet penghargaan sebagai manusia termunafik!" Satu sudut bibir Almira naik, tak ada raut sedih sedikit pun di waj
Read more
Berkah dibalik masalah~
Bruakk!Almira langsung masuk ke dalam rumah begitu turun dari mobil sang suami. Sedikit tergesa-gesa dia melangkah menuju tangga, sampai-sampai mengabaikan sapaan para asisten rumah. "Almira! Al!" Sandi menyusul istrinya yang terus melangkah masuk dan menaiki anak tangga. Langkahnya dipercepat karena takut apabila Almira masuk ke kamar mereka dan mengunci pintunya dari dalam. Kegaduhan di rumah itu tentu menarik perhatian para pekerja yang bekerja di sana, sebab mereka tak pernah sekalipun mendengar atau melihat sang pemilik rumah ribut-ribut. "Pak Sandi sama Bu Almira kenapa, ya? Tumbenan mereka kayak gitu?" Mbak Salma berbisik-bisik pada Bi Sumi di bawah tangga, sambil menatap pintu kamar pasangan suami istri itu yang tertutup rapat. Entah apa yang terjadi di dalam sana, karena dari bawah tidak mendengar suara apa pun lagi selain pintu kamar yang dibanting. "Kok, kamu tanya saya? La saya tanya siapa?" Bi Sumi menjawab pertanyaan mbak Salma dengan sedikit ketus. "Udah! Mending
Read more
Mundur~
Bagi sebagian perempuan apalagi seorang istri, kabar kehamilan merupakan kabar yang paling dinantikan. Baik itu pengantin baru maupun pasangan yang sudah lama berumah tangga. Kehadiran anak adalah sebuah anugerah dari Yang Maha Kuasa. Lantas, mengapa Almira terlihat tidak bahagia dengan kabar kehamilannya ini? Bukankah dulu dia sangat menantikan kehadiran buah hati dari Sandi? Padahal semua orang yang berada di ruang rawat tersebut terlihat sangat bahagia serta tak berhenti mengucap syukur atas kabar itu. Orang tua Sandi dan orang tua Almira sengaja datang jauh-jauh hanya untuk bisa mengucapkan 'selamat' secara langsung.Namun, raut Almira sama sekali tak menunjukkan jika dia sedang dalam keadaan berbahagia. Bagaimana mungkin, dia bisa berpura-pura merasa bahagia, sementara hatinya saat ini sedang hancur berkeping-keping. Ada luka yang menganga yang tak semua orang tahu. Akan tetapi, demi menjaga nama baik sang suami, Almira tetap harus memainkan perannya sebaik mungkin. Dan supaya,
Read more
Ancaman.
Beberapa Minggu setelah kabar kehamilan, Almira yang diminta oleh kedua belah pihak keluarga agar istirahat total, mau tak mau harus menurut. Demi janin yang tumbuh di rahimnya saat ini, perempuan berkulit sawo matang itu rela fakum dari dunia model yang selama ini menjadi rutinitasnya.Padahal, kehamilannya saat ini terbilang cukup tidak merepotkan. Biasanya, pada trimester pertama kehamilan, calon ibu akan dilanda mual dan muntah. Namun, sampai menginjak trimester kedua, Almira tak merasakan hal-hal yang biasa dialami ibu-ibu hamil pada umumnya. Semuanya lancar-lancar saja sampai sekarang.Almira pastinya merasa sangat bersyukur dengan kondisinya, sebab dirinya memang tidak boleh lemah saat ini. Dia yakin, jika bisa melewati kehamilannya sendiri tanpa Sandi. Dia sudah tak berharap pada pernikahan yang sebentar lagi akan selesai dalam hitungan bulan.Tak ada lagi komunikasi seperti hari-hari lalu. Bahkan, kamar mereka pun kini terpisah. Sandi tidur di lantai atas, sementara Almira ti
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status