All Chapters of Perawan Rasa Janda: Chapter 41 - Chapter 50
124 Chapters
41. Kekagetan Jason
“Katakan padaku apa yang sudah kamu rencanakan hingga kamu merebut Gamal dariku?”Nita menuduhku dengan sangat keras mengabaikan tajam Gamal yang begitu tak suka aku terus diusik.Aku bergeming enggan menanggapi cecarannya yang sangat emosional.Kembali aku mendapatkan pembelaan dari atasanku yang mengajakku bersandiwara tanpa ada kompromi sebelumnya ini.“Sudah aku katakan, Mala tak pernah merencanakan apapun, satu lagi yang harus aku tekankan di sini, bahwa Mala tak pernah merebut aku dari siapapun karena memang aku bukan miliki siapapun sebelum ini.”Nita langsung menyergap Gamal dengan tatapannya yang tajam penuh aura kecewa.“Lalu kamu anggap aku ini apa Mas selama ini? Bukankah orang tua kita sudah saling sepakat tentang hubungan kita ini. Bahkan mereka sudah mulai membicarakan hubungan kita ke jenjang yang lebih serius.”“Ingat Nita aku tak pernah menjanjikan apapun padamu sebelumnya, kamu saja bersama mama kamu itu terus saja berusaha mendekati keluargaku. Umi tidak akan mungk
Read more
42. Ajakan Menikah
POV Gamal Aku bisa merasakan Jason sedang menatapku dengan matanya yang mengintimidasi. Tapi aku berusaha menanggapinya dengan tenang. “Katakan padaku Gamal apa maksud semua ini? Kenapa kamu mengakui Mala sebagai calon istri kamu?” Aku tak langsung menjawab. Sementara wanita berpakaian kurang bahan yang sejak tadi menempel pada Jason itu langsung mengunggah sikap tegasnya. “Sayang, kenapa kamu malah senewen gini? Biarin lha janda gatel itu punya pasangan, kamu nggak usah ikut campur kenapa?” Jason malah menatap tajam pada Vania yang tampak sedang cemburu. “Kamu jangan sebut Mala janda, dia bukan janda, dan dia nggak gatel kayak kamu.” Jason malah membentak pada Vania. Wanita yang sok cantik itu langsung memerah mukanya. 
Read more
43. Penolakan Mala
“Hey kenapa kamu malah bengong? Ayo cepetan jawab?!” Aku mulai mendesak gadis itu untuk menjawab pertanyaanku. Sekarang Mala tampak kelabakan mulai bergerak dengan gusar. “Ingat aku hanya sekali memberikan penawaran ini. Aku tidak akan mengulanginya lagi.” Aku mulai memberikan ancamanku. Mala mengernyit semakin resah. Wanita yang biasanya cerewet dan suka membantah itu sekarang hanya bisa terpekur gamang di depanku. Aku bisa membaca keraguannya yang langsung aku jadikan kesempatan untuk terus memprovokasinya. “Apa kamu benar-benar tak tertarik dengan penawaranku? Ingat dengan menjadi istriku kamu akan memilliki kesempatan untuk membalas dendam pada ayah kamu yang sudah membuang kamu itu, juga pada saudara tiri dan pelakor itu. Aku akan membuat mereka iri dengan apa yang sudah kamu miliki.
Read more
44. Menguak Fakta Tentang Nita
“Apa benar kalau kamu sudah memiliki calon istri yang lain?” tanya Abi dengan gurat keseriusan di wajahnya, membuat aku harus mengalihkan perhatian pada ayahku itu, sejenak meletakkan pisau dan garpu yang aku pegang.Aku menjawab dengan sebuah anggukan pelan, tapi menyiratkan sebuah kesungguhan, meski kemudian aku bisa merasakan tatapan tajam dari Tante Firna yang sekarang telah ada bersama anaknya yang selalu tidak tahu malu dengan tak pernah berhenti mengejarku.Abi melekatkan tatapannya padaku. Tak ada penghakiman yang terlalu frontal dengan sebuah tuntutan yang memaksa.Untunglah aku memiliki seorang ayah yang sangat bijak. Walau beliau telah memiliki pandangan tentang calon pendampingku tapi dia akan selalu menghargai keputusanku sendiri.“Bukankah kita sudah membicarakan semua ini Al, bahwa kita akan menjodohkan anak-anak kita, tapi sekarang Gamal malah mengatakan sudah memiliki pilihan sendiri. Bahkan pilihannya sama sekali tak sebanding dengan anakku Nita.”Tante Firna langsun
Read more
45. Membatalkan Perjodohan
“Mala ...!”Tanpa menunggu lama aku langsung menghampiri gadis itu yang malam ini malah memakai pakaian pelayan.Sejenak aku abaikan tatapan abi dan umi yang ikut mengalihkan perhatian pada Mala yang saat ini tampak sibuk meminta maaf pada kakak tiriku, yang sekarang aku lihat malah memindai dengan sangat lekat pada gadis incaranku itu.Ada sekelebat cemburu yang langsung melanda, membuatku tak bisa menahan diri lagi untuk langsung menghampiri asisten pribadiku itu.“Apa yang kamu lakukan di sini?!” sergahku tegas, hingga tatapan Mala langsung beralih padaku.“Pak Gamal?”Gadis itu terbeliak kaget menatapku.Aku mendengus kecewa.“Jangan katakan kalau kamu bekerja di restoran ini?”Aku menyergah jengah.Mala malah tampak menanggapiku dengan santai.Tapi sebelum gadis itu mengeluarkan bantahannya seperti biasanya mendadak, kakak tiriku itu langsung menyela.“Oh jadi kamu kenal dengan dia Gamal?”Aku bergeming diam. Selalu aku malas menjalin interaksi dengan satu-satunya saudara yang ak
Read more
46. Simbiosis Mutualisme
Aku menunggu jawaban kedua orang tuaku sembari menahan tangan Mala ada dalam genggamanku. Memaksa gadis itu untuk menuruti kehendakku, meski di bawah meja tangan kami saat ini saling beradu kekuatan. Nyatanya memang tidak mudah untuk menaklukkan Mala yang masih saja tak bisa menerima apa yang sedang aku rencanakan ini. Sementara sekarang kedua orang tuaku saling menatap gusar. “Semua ini masih terlalu cepat dibicarakan, bagaimana kalau kita nikmati saja makan malam ini? Bukankah hari ini adalah anniversary hari pernikahannya abi dan umi?” Umi langsung menyela sembari melirik pada Abi yang saat ini masih saja bungkam. Aku sedikit kecewa karena umi lebih memilih untuk tak membahas tentang keputusanku yang ingin memperistri Mala. Tapi umi kemudian malah memandang ke arah Tony yang selalu saja menanggapi tatapan umi dengan datar. 
Read more
47. Meminta Tolong Satpol PP
“Sebenarnya apa sih maksud Bapak?”Mala masih bertanya dengan jengkel. Tampak jelas gadis itu menjadi gusar sekarang. Aku tahu kalau dia tidak sepenuhnya tidak mengerti.Mala tahu apa yang aku maksud tapi gadis itu seperti enggan untuk memahami.“Aku sudah menjelaskannya sama kamu sebelumnya, tidak akan ada siaran ulang.”“Kemarin juga aku sudah memutuskan untuk menolak karena aku akan membalas dendam dengan caraku sendiri. Lagipula Bapak itu bukan tipe suami idaman untuk aku.”Kini ganti aku yang kesal atas penolakan Mala yang sama sekali tak aku mengerti.Segera aku menepikan mobil yang aku kendarai, langsung memusatkan perhatian pada gadis berambut panjang yang kini dikuncir rapi ke belakang itu.“Pak, kenapa kita berhenti di sini?”“Tadi kan kamu sendiri yang minta agar kita bicara, jadi aku akan meladeni kamu untuk membicarakan segala hal tentang kita.”Mala langsung mengernyit lugas.“Kita? Maksud Bapak apa? Belum ada kita Pak saat ini, yang ada aku sama kamu.”“Sebentar lagi ak
Read more
48. Dipaksa Menikah
“Katakan saja bantuan seperti apa yang Bapak butuhkan?” Aku mengulum senyumku dan langsung menjelaskan dengan sangat terang. Sejurus kemudian mereka langsung memberikan persetujuannya. “Terima kasih Pak atas kerjasamanya. Setelah ini aku benar-benar tidak akan melupakan jasa Bapak-bapak jika kami nantinya sampai menikah.” “Baik serahkan saja pada kami Mas.” Mereka tampak sangat senang membantu, menjadi bersikap akrab denganku bahkan merubah panggilannya menjadi Mas. Segera mereka lalu mengetuk kaca jendela mobil lagi dan memaksa Mala untuk ikut keluar. Mala langsung keluar dengan memasang wajah tegang penuh kecemasan. “Ada apa ini Pak?” tanya Mala khawatir yang sekarang malah menempelkan tubuhnya padaku meminta perlindungan. Aku ikut berpura-pura teg
Read more
49. Melamar
“Kalau boleh aku tahu katakan padaku apa yang membuat Abi tak merestui hubunganku dengan Mala?”Aku menegaskan pertanyaanku ada abi.Pria yang selama ini selalu memberikan dukungan atas apapun langkah yang aku buat itu kemudian malah menatapku dengan lugas.“Kamu belum mengenal gadis itu lama. Banyak sekali perbedaan di antara kalian, dan kamu akan bekerja keras untuk bisa menyamakan misi dengan wanita seperti dia.”Aku menjadi tersengat kecewa ketika abi mengatakan kalimat itu.“Wanita seperti dia, apa maksudnya Bi, apa karena dia bukan dari golongan orang kaya? Bukankah Nita yang sebelumnya ingin dijodohkan denganku itu juga bukan orang kaya dan bukan dari keluarga golongan pebisnis bahkan Nita adalah putri seorang janda? Kenapa sekarang urusannya menjadi lain saat aku menjatuhkan pilihan pada Mala?”Abi masih saja menatapku dengan lugas.“Aku hanya tidak ingin kamu menyesal.”“Aku yakin tidak akan menyesal, karena aku sudah menyelidiki latar belakang Mala sebelumnya.”Aku mengungka
Read more
50. Momen Lamaran Memilukan
“Mala ...!”Aku langsung dibuat spot jantung saat melihat gadis itu berada di atas genting dengan entengnya menata deretan genting di atas rumahnya.“Turun Mala ...!” sergahku dipenuhi kecemasan.Abi dan umi yang melihat itu juga ikut menjadi miris.“Ya Allah, kenapa dia manjat di atas genting Mal?” Umi memekik tertahan.Aku terpekur kelu mendapati gadis yang akan kulamar kulihat sedang dalam fragmen yang buruk. Bagaimana mungkin seorang wanita membetulkan genting rumah sendiri.Sementara abi sekarang hanya bisa melongo melihat calon mantunya melakukan sesuatu yang sangat tak biasa.“Mala, turun sekarang, ini perintah ...!” Aku membentak lebih keras, bahkan bersikap seperti saat aku berada di kantor dengan memberikan perintah yang tegas.Mala kemudian menoleh malah menyengir tipis.“Slow Pak, nggak usah ngegas, nanggung nih bentar lagi selesai.”Gadis itu membalas teriakanku dengan suaranya yang lantang.Abi dan umi langsung berpandangan.Hatiku sekarang yang menjadi ketar-ketir. Jika
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status