All Chapters of Cinta Untuk Sang Pendosa : Chapter 41 - Chapter 50
101 Chapters
BAB 41 Satu Malam Yang Hancur
Rekam medik atas nama pasien Ileanna Hanicha tergeletak begitu saja di atas meja, tak jauh dari sana juga masih tersimpan dengan rapi undangan dengan nama yang sama. Undangan tersebut agak kusut, mungkin karena sudah beberapa jam terus saja dipegang oleh lelaki itu.Sisa 2 hari lagi, maka semuanya akan selesai.Jika Nicha sudah menjadi istri orang lain, lebih baik Gilang benar-benar pergi dari hidup wanita itu. Semua demi kesembuhannya sendiri.“Saat aku membantumu untuk sembuh, kau malah membuat luka untukku.”Ia mengakui ketidakprofesionalnya, tapi ini tidaklah disengaja, cinta itu datang sendiri.Mungkin ucapan Henry benar tempo hari. Bahwasanya, Gilang tidak pernah menganggap Nicha sebagai pasien, namun Gilang sedari dulu menganggap Nicha adalah seorang teman lama yang telah kembali.Otaknya mencari alasan untuk membenarkan perasaannya sekarang ini, tapi itu semua tak ada gunanya karena bagaimana pun juga, Nicha akan tetap memilih orang lain.Laki-laki itu menjadikan lengan kiriny
Read more
BAB 42 Pengakuan Dan Pernikahan
BAB 42Mata gadis berambut panjang bergelombang itu sayu. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya pada objek lain selain punggung seorang lelaki yang membelakanginya.laki-laki itu terus terdiam, tak mampu untuk berbicara.“Jangan diam saja, aku tahu kakak sudah lama tahu tentang perasaanku, tapi kenapa... kenapa kakak selalu saja berpura-pura bodoh dan tidak tahu apapun. Aku benci dengan keadaan itu!”“Maafkan aku Zia, banyak hal yang tidak bisa aku beritahu.”“Kakak mencintai wanita lain, kan?”Zia menggoyang-goyangkan lengan Gilang dengan pelan. tenaganya terasa berkurang karena hal ini. “Aku tidak percaya dengan ucapan kak Henry, aku ingin dengar dari kak Gilang,” lanjut Zia.“Jangan diam saja, jika kakak takut menyakitiku, tidak apa, bilang saja agar semua selesai.” Air matanya terus berjatuhan, Zia tak dapat membendungnya lagi, seolah dunianya runtuh seketika saat Gilang berbalik dan melihat wajah lembabnya.“Aku mencintai Nicha.”Zia menggelengkan kepalanya tak percaya, firasat
Read more
BAB 43 Gilang Adriano, Aku Mencintaimu
Henry masih tidak percaya dengan keadaan saat ini, saat suara Gilang menghilang begitu saja di telepon, Henry panik sekali. Dipikirannya saat itu adalah mungkin saja sahabat terbaiknya itu telah meninggal dunia.Apalagi saat ia sampai di tempat kejadian dan melihat Gilang penuh darah di kepalanya, nyawanya juga hampir melayang saking syoknya.Untung saja, ada mobil yang lewat dan berhenti. Henry bersyukur bertemu orang baik dan mereka langsung ke rumah sakit saat itu juga.Sudah sejam terlewati dan ia bernapas legah karena Gilang sudah siuman. Ia masih memperhatikan Gilang yang berbaring dikasur rumah sakit.Seorang dokter datang dan menanyakan keadaan Gilang. “Bagaimana keadaanmu, apa yang kau rasakan?” tanya Izzam selaku dokter yang menangani Gilang saat kecelakaan.Gilang menjawab seadanya. “Hanya pusing sedikit.” Zia yang duduk disebelah Gilang menatap kakaknya.“Kak, dia bisa cepat pulih, kan?” tanyanya dengan wajah khawatir.Dokter Izzam dengan santainya menjawab. “Ini tidak par
Read more
BAB 44 Awal Mula Kehidupan Baru
“Gilang Adriano, aku mencintaimu.” Yeri dan Henry melongo dan mata mereka sama-sama membulat sempurna. Sedangkan untuk orang yang dituju hanya diam saja tanpa ekspresi sedikit pun. Gilang menyimpan tangannya di kedua saku celananya lalu kembali berjalan seperti tidak pernah terjadi apapun. Ia melewati Zia begitu saja. Sikapnya membuat Zia begitu kesal penuh dengan emosi, tangan wanita dengan dress hitam itu mengepal dengan keras hingga terlihat jelas buku-buku tangannya. Napasnya memburu menahan emosi yang ingin meledak. Bukan cuma itu namun juga ia menahan malu didepan Henry dan kekasihnya. “Kau tidak dengar!” Zia berbalik melihatnya. Gilang berhenti melangkah. Bukan karena ucapan dari Zia namun karena dokter Izzam kini berada dihadapannya. Mata mereka bertemu. Izzam tersenyum miring, apalagi saat melihat adiknya sedang mengemis cinta dari lelaki didepannya. “Besok-besok kau tak usah ke sini lagi kalau pemandangannya seperti ini, bikin sakit mata saja,” ujarnya sambil memegang
Read more
BAB 45 Seperti Bukan Dia
“Nicha, karena aku sudah punya tanggungan sekarang, jadi aku tidak boleh membiarkan kulkas kosong, makanya aku akan memberikanmu uang untuk keperluan sehari-hari.” Laki-laki dengan kaos orange itu mengeluarkan dompetnya.Nicha dapat melihat dompet yang cukup tebal dengan isi uang dan beberapa kartu kredit didalamnya. Mungkin ekspektasinya terlalu tinggi ketika ia malah membayangkan jika setengah uang tersebut akan diberikan padanya.“Ini untuk belanja bahan makanan hari ini.” Rangga memberikan Nicha uang seratus ribu rupiah.Nicha tentu keberatan, ia mulai mengemukakan pendapatnya. “Ini hanya untuk hari ini?” tanyanya yang langsung diangguki Rangga.“Bagaimana jika berikan aku uang untuk seminggu, maksudku kita harus mengisi kulkas itu sampai penuh agar aku tidak usah setiap hari keluar rumah untuk belanja di pasar.”Nicha berpikir akan lebih baik begitu, ia tidak akan lelah dan juga repot.“Sayang, apa sih susahnya ke pasar, lagian itu kan tugasmu.” Rangga tersenyum lalu duduk di sofa
Read more
BAB 44 Awal Mula Kehidupan Baru
BAB 44“Gilang Adriano, aku mencintaimu.”Yeri dan Henry melongo dan mata mereka sama-sama membulat sempurna. Sedangkan untuk orang yang dituju hanya diam saja tanpa ekspresi sedikit pun.Gilang menyimpan tangannya di kedua saku celananya lalu kembali berjalan seperti tidak pernah terjadi apapun. Ia melewati Zia begitu saja.Sikapnya membuat Zia begitu kesal penuh dengan emosi, tangan wanita dengan dress hitam itu mengepal dengan keras hingga terlihat jelas buku-buku tangannya.Napasnya memburu menahan emosi yang ingin meledak. Bukan cuma itu namun juga ia menahan malu didepan Henry dan kekasihnya.“Kau tidak dengar!” Zia berbalik melihatnya.Gilang berhenti melangkah. Bukan karena ucapan dari Zia namun karena dokter Izzam kini berada dihadapannya.Mata mereka bertemu. Izzam tersenyum miring, apalagi saat melihat adiknya sedang mengemis cinta dari lelaki didepannya. “Besok-besok kau tak usah ke sini lagi kalau pemandangannya seperti ini, bikin sakit mata saja,” ujarnya sambil memegang
Read more
BAB 46 Siapa Kau Sebenarnya
Bulan-bulan telah terlewati, pernikahan yang dijalani Nicha mungkin lebih hambar dari pada sebuah sayur yang lupa digarami. Tidak ada rasa manis sama sekali, hingga membuat Nicha bertanya-tanya, apa sebenarnya Rangga tidak pernah mencintainya.Hidup yang ia jalani hanya membersihkan rumah setiap hari, menyiapkan makanan, dan mencoba mencari hobi yang dapat membuatnya tidak bosan. Ia selalu bertanya, apakah kehidupan seorang istri seperti ini?Tentu saja tidak, karena ia bahkan tidak pernah disentuh oleh suaminya sendiri.Hal yang membuat Nicha sangat berubah adalah ketika belum menikah, ia bisa marah dan kesal pada Rangga tapi setelah menikah, Rangga menjadi sangat dominan dari padanya, apapun yang Rangga katakan meski Nicha sebenarnya keberatan, wanita itu akan menurutinya.Semua pertanyaan yang ingin Nicha sampaikan hanya bisa terpendam begitu saja, Rangga selalu memberikan ucapan manis yang dapat membuat hatinya luluh tapi Rangga tidak pernah membuktikan apapun padanya.Sungguh per
Read more
BAB 47 Ada Rahasia
“Aku –“Gilang menatap lawan bicaranya dengan tajam.Rangga menyerigai. “Sebegitu curiganya kah kau denganku. Kau harus tahu, jika aku suka bermain-main, contohnya mempermainkanmu dengan Nicha haha.”Gilang mengepalkan tangannya dengan keras. Ia menatapnya dengan tidak percaya. “Hidup bukan permainan Rangga, kau telah menikahi seorang perempuan yang sangat disayangi oleh kedua orang tuanya, ayahnya sudah mempercayakan dia padamu. Aku tidak apa-apa kau sakiti, tapi jangan dia,” jelas Gilang.Rangga menepuk tangannya dan tertawa keras mendengar ucapan Gilang. “Nicha adalah tanggung jawabku sekarang, apa hakmu mengatakan itu, karena kau mencintainya!?”“Ya! aku mencintainya!” Gilang spontan mengatakan hal tersebut dengan emosi.Rangga terdiam mematung. “Sayangnya dia milikku sekarang,” katanya dengan senyuman puas. Pria berjas hitam tersebut mengelus bahu Gilang sebelum meninggalkan tempat itu.Bodoh sekali. Pria itu hanya berniat memanas-manasi dirinya tapi kenapa ia malah terbawa suasa
Read more
BAB 48 Lukisan Bunga Daisy
“Nicha!!!”Wanita itu segera berdiri setelah mendengar namanya disebut dengan lantang. Adrenalinnya meningkat, jantungnya berdebar sangat cepat, seolah ia telah tertangkap basah.Nicha menunduk dan terdiam seperti patung, tangannya ia genggam sendiri setelah rasa takut menghantuinya. Kenapa ia jadi seperti ini, setelah tinggal beberapa bulan dengan Rangga ia jadi sangat penakut.Di depannya kini berdiri laki-laki besar yang menatapnya dengan tajam. “Apa yang kau lakukan, sudah ku bilang jangan sekali-kali mendekat di kamar ini!” bentak Rangga yang baru saja pulang kantor.“Kau masih ku diamkan ya. Jika aku bertindak, kau akan tahu akibatnya sendiri,” ancam Rangga.“Lihat aku!” Nicha masih menunduk karena ketakutan yang semakin menghantuinya.Tangan besar Rangga langsung memegang dagu Nicha dengan kasar agar wanita itu mau melihatnya. Nicha membulatkan matanya saat mata mereka bertemu, mata Rangga sangat menakutkan, seakan ia mengintimidasi Nicha dengan sangat keras.“Aku beritahu seka
Read more
BAB 49 Tujuan Terselubung
Suara melengking dari kereta api terdengar cukup keras di stasiun kereta api Yogyakarta. Stasiun utama kota Yogyakarta tersebut dekat dengan objek wisata serta pusat perbelanjaan kawasan Malioboro.Itulah mengapa tempat tersebut tidak pernah tidak ramai dikunjungi apalagi malam hari seperti ini. Sekitar pukul sembilan malam, kereta yang ditumpangi oleh Gilang sampai dengan selamat.Gilang baru saja pulang dari Jakarta menghadiri sebuah pertemuan dan pelatihan selama seminggu. Gilang berjalan melewati beberapa orang di stasiun itu, tangannya ia simpan di saku celana jeansnya lalu dengan santainya ia mendengarkan musik dengan earphone yang melekat di telinganya.Di gedung putih bertuliskan stasiun Yogyakarta bercahaya terang itu. Gilang berhenti sejenak setelah ia melihat seorang wanita telah berdiri tersenyum melihatnya sembari melambaikan sebelah tangannya.Wanita itu menghampiri Gilang. “Kau menungguku, Zia?” tanya pria itu.Zia mengangguk. “Tentu, aku sudah sejam lebih di sini,” jaw
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status