Semua Bab Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku: Bab 41 - Bab 50
86 Bab
41. Laferna
Sepulang dari makam, Mario mandi dan sepanjang sore itu ia hanya duduk di sofa yang ia duduki kemarin bersama Lisa sambil melamun. Ia memanggil tukang bersih-bersih dari sebuah penyedia jasa. Lima orang sekaligus ia panggil untuk menata barang-barang sekaligus membersihkan pecahan kaca meja yang semalam ia buat. Dan di antara lalu-lalang pekerja yang sibuk itu, Mario hanya duduk seperti patung, menatap kosong dengan pikiran entah melayang ke mana. Hingga akhirnya para pekerja itu selesai mengerjakan tugasnya dan pamit pergi, Mario yang sudah membayar mereka di muka itu hanya mengangguk pelan dan mempersilahkan mereka pergi. Tinggallah ia sendiri lagi di rumah barunya ini. Rumah yang belum pernah Risa tahu. Ia belum pernah menginjakkan kakinya di sini dan Mario merasa lega atas itu. Artinya ada satu tempat dimana Risa tak punya kenangan di sana. Damaikah ia? Ternyata tidak. Rumah ini aman dari kenangan Risa. Tapi isi kepalanya tidak. Isi kepalanya masih penuh oleh Risa, Risa, dan
Baca selengkapnya
42. Aryo atau Dimas?
Mario memarkirkan mobilnya di tempat parkir Laferna. Tempat ini terlihat belum terlalu ramai. Dilihatnya ada tulisan di depan bangunan tersembunyi itu. "Live music pukul 10 malam." Mario menatap jam digital di mobilnya. Sekarang baru pukul 8 malam. Orang macam apa yang datang ke club sore begini? Pasti hanya orang yang datang untuk minum-minum santai saja. Kalau untuk menikmati musik yang menghentak kencang, pasti orang-orang akan datang lebih malam lagi. "Aku ngapain sih ke sini? Cuma mau napak tilas dan melihat seperti apa tempat yang dulu didatangi istriku sama selingkuhannya? Dasar bodoh kamu Mario! Untuk apa kamu ke sini?" ucap Mario sambil menertawakan dirinya sendiri. Mario masih duduk di belakang kursi kemudi dan berniat hendak memutar mobilnya. Mungkin ia akan kembali ke rumah, atau sekedar menyetir asal saja keliling kota untuk menyegarkan pikirannya yang penat itu. Tapi baru saja mobilnya hendak berbelok, tiba-tiba sebuah motor melintas di depannya. Sosok penumpang mot
Baca selengkapnya
43. Tonjokan Mario
"Namanya Arkana Dimas. Tapi biasa dipanggil Aryo." Suara Lisa kembali terngiang di telinga Mario. Ya, ia ingat sekarang. Ketika ia nekat datang ke rumah kontrakan Lisa, Lisa memperkenalkan suaminya dengan nama itu, kan? Tunggu! Tunggu! Mata Mario langsung melotot. Ia baru menyadari, ketika menyebut nama Dimas, Lisa sering keceplosan dengan menyebut nama depannya Ar. Ya, beberapa kali ia sempat keceplosan begitu tapi Mario baru menyadari apa artinya sekarang Ar? Aryo? Arkana? Mungkinkah Dimas itu nama palsu? Dan nama aslinya adalah Aryo? Jadi pantas saja Lisa sering keceplosan. Aryo dan Dimas ini adalah orang yang sama. Mario menyimpulkan. Walaupun kondisinya remang-remang, tapi Mario yakin ia tidak salah lihat. Lelaki gemuk yang sedang duduk di belakangnya itu adalah orang yang sama dengan pria yang ia lihat malam itu hendak memukul kepala Lisa dengan pot. Sama juga dengan lelaki yang Lisa perkenalkan padanya sebagai suaminya. "Aduh, Mam. Mana berani aku main-main sama Mami. Ak
Baca selengkapnya
44. Menebus Lisa
"Saya Vina, yang dipercaya Tuan saya untuk mengelola tempat ini. Ada keributan atau apapun itu, saya yang bertanggung jawab. Jadi Anda ini siapa?" tanya perempuan bernama Vina itu sambil menghidupkan cerutunya lagi. Vina menatap Mario yang duduk di depannya dengan wajah kaku dan terlihat masih ingin mengamuk. "Saya kakak iparnya Lisa. Sebelumnya saya ingin tanya, kamu itu Dimas atau Aryo? Kamu tipu saya? Lisa juga? Jadi kamu bukan suaminya, kan? Lisa nggak pernah punya suami, kan? Dia dihamili pacarnya lalu pacarnya kabur seperti kamu bilang tadi? Jadi semua ini akal-akalan kamu apa Lisa? Siapa yang punya ide untuk berbohong?" tanya Mario ke arah Aryo tanpa menghiraukan Vina. Aryo diam saja dengan ketakutan. Bibirnya sobek. Mario yang tensinya belum turun itu kembali menggebrak meja untuk menekankan kalau ia punya kuasa dan tidak takut di sini. Padahal kalau tiga pria yang sedang mengawasi mereka di belakang pintu itu menghabisinya, Mario juga tidak bisa berbuat apa-apa. Aryo ta
Baca selengkapnya
45. Tidur di Luar
Akhirnya Mario keluar dari tempat terkutuk itu ketika lantai bawah sudah ramai oleh pengunjung. Aryo berjalan mengikutinya di belakang dengan kepala menunduk. Sampailah mereka di luar gedung. Setelah telinga mereka bebas dari suara berisik yang memuakkan itu, akhirnya Mario menghentikan langkahnya dan berbalik badan menatap Aryo. Sungguh pun tadi terbawa emosi, tapi melihat bibir Aryo yang sobek dan mukanya babak belur karena tonjokannya begini, membuatnya sedikit merasa bersalah juga. "Urusanmu sama Lisa sudah selesai, kan? Ada lagi? Hutangnya lunas. Bahkan kamu dapat lebih banyak dari yang kamu inginkan. Puas, kan? Jangan sentuh dia dan jangan ganggu dia! Kalau sampai aku tahu kamu macam-macam lagi, maka surat perjanjian yang kamu tanda tangani soal hutang, juga video yang kurekam saat kita membuat kesepakatan tadi, akan saya jadikan bukti ke kantor polisi," ucap Mario sambil berkacak pinggang. Aryo mengangguk-angguk pelan. Perbedaan sikapnya terlihat jelas sekali. Di sini ia b
Baca selengkapnya
46. Mimpi Buruk
Dini hari itu Lisa bangun dengan keringat membasahi sekujur tubuhnya. Kasur tipis yang ia gelar di lantai itu tampak meninggalkan roda keringat. Baru pertama kali ini Lisa mengalami mimpi seburuk ini. Tangannya bahkan masih gemetaran. Ia beringsut setengah merangkak, berusaha menggapai gelas minum yang ia taruh di atas meja. Lisa minum sampai tersedak. Ia lalu menaruh gelasnya dan menyeka keringatnya sendiri. Ia memimpikan Marsa. Dalam mimpinya, Marsa sudah besar. Ia memakai gaun putih dan rambutnya dikepang dua. Anak itu terlihat cantik. Sangat cantik. Dan, ya, wajahnya memang sekilas mirip seperti Daniel-ayah kandungnya. Lisa memakai gaun putih juga dan ia melambaikan tangan dari jauh untuk memanggil Marsa. Di taman yang indah itu, bahkan bau rumputnya seolah nyata tercium. Lisa merinding dibuatnya. Marsa berlari ke arahnya. Tapi tiba-tiba ada dua tangan besar yang muncul mencengkeram tangan kiri dan kanannya. Dua tangan itu milik orang yang berbeda. Yang satu tangan Daniel dan
Baca selengkapnya
47. Kamu Bohong!
"Lisa, kamu kenapa begini?" Wajah Mario terlihat serius. Dengan jarak sedekat ini, sentuhan seintens ini, Lisa merasa gugup juga. Apalagi mata Mario menatapnya dengan begitu dalam. "B--begini kenapa, Mas? Maksudnya apa?" Lisa menyahut pelan. Ia rasakan tangannya ikut dingin. Lisa masih menatap Mario dengan tatapan menebak-nebak. Ia bingung. Mario hanya berkata sepotong-sepotong. "Aku ke Laferna. Itu tempat yang dulu didatangi Risa sama Daniel. Aku tahu tempat itu dari riwayat chat kita yang iseng kebuka. Aku nggak bisa tidur, aku nggak bisa mikir. Lalu aku iseng menyetir ke sana semalam, sekedar untuk tahu tempatnya. Aku merasa bodoh lalu aku berencana ingin putar balik dan pulang. Tapi aku terkejut dengan apa yang kulihat di sana. Aku melihat Dimas," ucap Mario menggantung kalimatnya. Ia menekan ucapannya saat menyebut nama Dimas. Lisa langsung tersentak. Wajahnya berubah menjadi panik dan air mukanya langsung pucat. Tangannya dengan spontan ia tarik dari genggaman Mario. "Nam
Baca selengkapnya
48. Mulai Sekarang, Jangan Pergi!
Mendengar nominal yang barusan disebutkan Mario, Lisa langsung lemas. 200 juta? Berapa banyak uang itu? Pekerjaan apa yang menggajinya dengan uang sebanyak itu? Dari mana ia bisa mengganti rugi. Lisa tahu Aryo selalu berurusan dengan orang-orang berbahaya dan dia tidak ada kapok-kapoknya. Lisa merasa kesal dan ingin marah karena terlibat hal-hal begini. Tapi mau bagaimana lagi. Ketika ia sedang butuh uang untuk biaya berobat dan melahirkan bayinya dulu, hanya Aryo yang bisa membantunya. Aryo yang meminjaminya uang. "Aku bilang aku nggak akan biarin kamu melakukan pekerjaan kotor semacam itu. Aku nemu kamu. Aku bayar 200 juta dan mereka menandatangani surat kesepakatan. Kamu aman. Aku pastikan Aryo nggak akan ganggu-ganggu kamu lagi." Mario berkata pelan. Lisa mulai terisak lagi. Kali ini matanya menatap Mario dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mario tak tahan. Biarkan Lisa menolak, ia akan tetap memeluk. Lisa butuh ditenangkan. Dan benar saja. Ia membiar
Baca selengkapnya
49. Ayo Menikah
Mario dan Lisa duduk berdampingan. Mereka menyandarkan punggung mereka ke tembok lembab rumah kontrakan itu. Selimut menutupi kaki mereka karena cuaca dingin dan di luar mendadak hujan deras. Musim ini sungguh berlalu dengan genangan hujan siang malam, tanpa mengenal waktu atau permisi. Setelah pengakuan dan pelukan mengharu biru itu, mereka jadi agak canggung. Tapi keadaan memaksa mereka tetap bersama. Mereka menunggu Aryo datang. Ada masalah yang harus diselesaikan. Semua belum tuntas. Suara hujan disertai gemuruh memecah keheningan. "Aku mau bayar kamu pakai apa, Mas? 200 juta itu di luar jangkauanku. Bukannya aku nggak berterima kasih sama kamu. Tapi aku merasa terbebani dengan hutang budi ini," ucap Lisa. Mario menggeleng. Ia menatap ke arah pigura yang baru ia sadari kalau itu adalah foto Bisma yang sedang bermain gitar. Lisa rupanya belum sempat memasukkan foto itu ke dalam box berisi barang-barang Bisma yang ia kemas tadi. Mario menatap sinis. Setidaknya walau sekilas da
Baca selengkapnya
50. Haruskah Menikah?
Mario memotong ucapan Lisa. "Itu soal nanti, Lisa. Yang penting sekarang. Aku juga nggak akan merahasiakan ini seumur hidup kok dari dia. Tapi tunggu sampai dia dewasa. Aku ingin dia tetap aman bersama kita, walaupun entah apa aku bisa menyayanginya seperti dulu atau tidak. Karena begitu melihat wajah bayi polos itu, sekarang yang terbayang di kepalaku adalah wajah Daniel sialan itu. Aku sudah rusak parah, Lis. Mereka menyakitiku di belakang tanpa belas kasihan. Kenapa sekarang aku harus kasihan pada Daniel yang berpisah dengan anaknya? Memang aku tidak boleh jahat? Memang aku tidak boleh egois juga? Lis, kamu hutang budi kan padaku? 200 juta itu kamu bisa tebus nominal itu dengan uang. Tapi tolonglah kamu balik menolongku dengan mengabulkan permintaanku. Kalau sampai Marsa jatuh ke tangan Daniel, aku yang kalah. Aku yang paling hancur dan dirugikan. Aku nggak terima. Aku mau Marsa tetap sama kita. Kamu tante kandungnya, dia keponakan kandung kamu. Kalian ada hubungan darah. Kal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status