All Chapters of Atasanku, Suami Keduaku: Chapter 51 - Chapter 60
188 Chapters
ASK-051
Meski Alif sudah masuk ke ruang rawat dan tidur mapan di ranjangnya, Indah belum bisa meluruskan kaki karena barang bawaan yang harus ia bereskan. Setelah menyusun botol susu Alif ke mini bar, Indah duduk menunggu Bu Anum yang tadi pamit turun. Sepuluh menit mengusap-usap tangan Alif, suara pintu diketuk membuat Indah menegakkan tubuh. “Permisi …,” ucap Bu Anum, menyusul ketukannya tadi. Wanita itu mengulum senyum karena Indah memandang tentengan di tangannya dengan penasaran. “Penasaran, ya? Bisa tebak ini apa?” Bu Anum meletakkan semua bawaannya di meja ruang tamu. “Bu Anum ke bawah ngambil itu semua? Siapa yang kasih?” Indah berdiri menghampiri dan duduk di sofa. Ikut menunggui Bu Anum yang mengeluarkan satu persatu isi bungkusan super besar. Bu Anum mengangkat tas pakaian besar dan menyodorkannya pada Indah. “Ini pakaian ganti buat Mbak Indah selama di sini. Juga ada tiga set pakaian kantor kalau mau masuk kerja dari sini. Tapi Pak Abang ngomong kalau Mbak Indah sebaiknya nggak
Read more
ASK-052
Indah dan Arsya duduk nyaris bersebelahan. Melirik diam-diam pasti akan mudah terlihat. Apalagi kalau hal itu dilakukan terang-terangan. Indah setengah bengong dan tanpa sadar ketika meneliti penampilan Arsya. Pria itu baru saja mengatakan bahwa ia boleh bertanya. Bukankah sebaiknya ia tidak bertanya apa pun? Cukup menjalani apa yang sudah diatur Arsya untuknya, kan? Bukankah pria itu memintanya untuk percaya saja?“Penampilan kayak begini … Abang dari mana?” Indah diam beberapa detik mencerna ucapannya sendiri. Lalu Indah tak perlu waktu lama untuk menyesali pertanyaan itu. Rasanya takut sekali kalau Arsya merasa diusili.“Kayak begini?” Arsya ikut melihat penampilannya sendiri. “Memangnya kenapa dengan begini?” Arsya tidak merasa ada yang aneh atau berlebihan dengan penampilannya. Di luar jam kantor ia kebanyakan berpenampilan seperti itu untuk keluar rumah. Memangnya harus berpenampilan seperti apa lagi?“Iya, ya. Memang nggak kenapa-napa, sih. Aku aja yang baru tahu kalau penampil
Read more
ASK-053
Usul Fanny memang tidak langsung diterima terang-terangan oleh Arsya. Tidak juga ditolak mentah-mentah. Karena tangan Fanny sudah menyusup cukup dalam ke kemeja Arsya dan pria itu membiarkannya.Gairah yang penasaran seiring kematangan usia kadang membuat Arsya kewalahan. Ia membiarkan tangan Fanny menggaruk dan membelai perutnya. Lalu membuka sisa kancing kemeja kantor yang sejak tadi sebenarnya masih sangat rapi.“Sepertinya kita harus bersabar sampai sah menjadi suami istri.” Arsya memejamkan mata saat bibir Fanny mengecup lehernya berpindah-pindah. Hangat napas Fanny sudah terasa menghantam kulitnya dengan terburu-buru. “Aku harus pulang …,” bisik Arsya, meraup tubuh Fanny dalam pelukan, lalu membuka mata dan menangkup wajah untuk melumat bibir wanita itu.Gumaman dan erangan tidak jelas terdengar dari sela-sela bibir keduanya. Saling menyesap dan melumat. Sampai Arsya menekan tubuh Fanny ke pintu dan membuat tubuh mereka hanya terhalang selembar kain.“Asa … malam ini nggak usah
Read more
ASK-054
Melihat Fanny menangis, Riri langsung diam. Ketegangan di wajahnya mengendur dan ia memungut pakaian yang tadi dicampakkan adiknya. “Udah…udah. Jangan nangis.” Riri maju memeluk Fanny. Mengusap dan menepuk-nepuk punggung adiknya sebentar. “Sebaik apa pun kita menutupi kebenaran, kebenaran akan selalu menemukan caranya untuk muncul. Cepat atau lambat. Dan solusi dari semua ini cuma berkata jujur, Fan. Kalau Arsya sayang ke kamu, dia pasti bakal tetap menerima.”“Apa harus jujur sementara aku sendiri nggak yakin apa yang dilakukan Om Tio dulu? Kayaknya nggak sampai sebegitunya.” Suara Fanny lirih meyakinkan kakak kembarnya.Riri melepaskan pelukannya. “Kalau kamu yakin, ayo periksa ke dokter. Bakal lebih nggak baik kalau kamu bohong. Andai dulu kamu nggak terlalu ramah meladeni Om Tio sebagai ayah sebenarnya.” Riri terduduk lemas. “Kalau kamu nggak bisa ngomong ke Arsya, biar aku yang ngomong. Dia laki-laki baik yang berhak tahu kebenaran.”“Kamu benar-benar mau ngomong ke Arsya? Apa ngg
Read more
ASK-055
Sesaat sebelum Fanny diserempet mobil sampai menghantam aspal hujan memang tidak henti dari sore. Gerimis, lalu deras, lalu kembali gerimis yang cukup deras saat malam hari. Panca dan Mayang baru saja keluar dari night club selesai menjamu tamu atasan Panca dari luar negeri. Karena Panca setengah mabuk, Mayang menyeretnya masuk ke mobil dan memintanya untuk beristirahat sebentar sebelum mereka pulang. “Yang … kita ke hotel aja. Aku mau ini. Kamu yang nyetir. Ayo, kita switch kursi.” Tangan kiri Panca menyusup ke dalam rok pendek yang dikenakan Mayang. Dengan mata terpejam dan kepala bersandar ke jok, jemarinya dengan mudah menemukan celah kenikmatan yang dicarinya. Tertutup dengan selembar pakaian dalam dari lace yang tipis. “Kamu mabuk, aku juga masih pusing meski minum dikit. Lain kali kalau mau nyenengin atasan kamu, aku enggak mau ikut, Ca. Capek,” omel Mayang, ikut menyandarkan punggungnya di jok dan memejamkan mata. “Tapi aku mau …,” lirih Panca, telunjuknya sudah menekan tit
Read more
ASK-056
“Nggak usah gila, Yang! Udah berapa kali, sih, aku bilang kalau Indah itu perempuan nggak neko-neko. Aku nggak tahu apa yang dia rasain ke aku di malam pertama. Kaku kayak dipaksa. Kayak nggak tahu mau ngapain aja. Enggak ada inisiatif apa-apa. Udah, deh, nggak usah ngomongin itu. Dia nggak pernah kenal laki-laki lain selain aku. Malam ini kamu pulang ke rumah kamu aja.” Menceritakan soal malam pertama bersama Indah membuat hasrat kecil tiba-tiba memercik dalam diri Panca. Ia membayangkan Indah yang amat jarang disentuhnya sejak menikah karena bayangan hubungan ranjang bersama Mayang. Kuduknya meremang. Tiba-tiba ia menginginkan kepolosan Indah di ranjang. “Aku antar kamu,” tukas Panca. “Enggak! Aku mau ke rumah kamu. Aku nggak mau pulang!" teriak Mayang, memukul lengan Panca. “Mayang! Kita lagi di—” BRAKK “Apa itu? Apa itu? Kamu barusan nabrak orang, Ca. Nabrak!” pekik Mayang, menoleh ke belakang. “Kita dikejar…kita dikejar!” Mayang kini mencengkeram lengan Panca. “Kamu diam!” te
Read more
ASK-057
Memutuskan bekerja pagi itu dan meninggalkan Alif bukan dilakukan Indah dengan asal-asalan. Bukan juga kemaruk karena Arsya sudah mengizinkannya tidak masuk tapi ia sok-sokan tetap muncul di kantor. Sepanjang malam kemarin Indah tidak bisa tidur. Karena sempat tidur sebentar lalu makan bersama Arsya di jam yang cukup larut membuat kantuknya hilang. Setelah kepergian Arsya, Indah termangu-mangu. Pembicaraannya bersama pria itu kembali terngiang. Arsya terlihat sewot sekali saat ia menyebut Panca dengan ‘Mas’. Dua bagian hati Indah terasa tidak nyaman. Padahal tidak ada maksud apa-apa. Di satu sisi Indah tidak ingin membuat Arsya yang selama ini sudah begitu baik dan banyak membantu malah kecewa karena ia yang terlalu ‘mengasihi’ keluarga Panca. Di sisi lain, ia memang tidak tega melihat video mantan papa mertuanya digelandang polisi. Sudah tua. Kalau dipenjara pasti bisa sakit-sakitan, pikirnya. Indah lalu tertidur dan terbangun di pagi yang masih gelap. “Sesudah tidur pun masih
Read more
ASK-058
Ponsel di tangan Indah masih menampilkan pesan Panca. Beberapa saat lamanya ia tertegun, lalu membaca kembali pesan itu. Apa ia akan berubah menjadi orang yang tidak punya belas kasih demi membalaskan sakit hatinya untuk pengkhianatan Panca?Indah menutup pesan dan menyingkirkan ponsel ke dalam tas lalu melanjutkan pekerjaan. Selesai merapikan notulen rapat dan mengarsipkannya, Indah menghela napas panjang dan berat. Waktu menunjukkan bahwa ia sudah bisa meninggalkan kantor. Tapi ia kembali mengingat pesan dari Panca.Indah kembali melirik jam di mejanya. “Sebenarnya aku bisa menjenguk. Tapi aku harus izin sama dia,” gumam Indah, mengeluarkan ponsel bermaksud menghubungi Arsya untuk meminta izin. “Minta izin … memang seharusnya aku minta izin ke dia. Bagaimana pun dia suamiku sekarang. Tapi … gimana kalau belum apa-apa malah diomelin?” Setelah berkasak-kusuk sendiri dari tadi, akhirnya Indah menyimpan ponsel dan meninggalkan lantai itu.‘Aku udah pulang dari kantor dan bisa jenguk Pa
Read more
ASK-059
Papa Panca yang biasa dipanggil Indah dengan sebutan Papa Fuad urung mendekat. Tangan Arsya terulur padanya namun pria tua itu malah terlihat sedikit mundur.“Ini suami Indah? Akhirnya saya bisa ketemu juga. PresDir SB Industrial, ya? Berarti anaknya Pak Ari Subianto. Indah sangat beruntung mendapat mertua yang bisa memberikan segala kecukupan buat dirinya dan Alif.” Pak Fuad bicara pada Arsya. Bermaksud ramah untuk menghibur dirinya sendiri dari sorot mata Arsya yang cukup mengintimidasi. Bukannya malah bertambah ramah, Arsya malah tertawa kecil ketika mendengar ucapan Pak Fuad. “Kenapa mertua yang bisa memberikan segalanya? Saya suaminya. Itu tugas suami, Pak. Bukan tugas mertua.”“Maaf kalau kata-kata saya tidak sesuai. Kadang apa yang terlihat memang tidak sama dengan apa yang kita pikirkan,” tambah Pak Fuad lagi.Sebelum melepaskan tangan Pak Fuad, Arsya membalas ucapan itu dengan, “Tapi yang terjadi pada Indah dan semua yang disebabkan putra Bapak malah tidak perlu dipikir lagi
Read more
ASK-060
“Sebaiknya Abang tunggu di sana,” Arsya menunjuk satu set sofa yang menghadap sebuah televisi besar.“Sebaiknya memang begitu,” sahut Indah dengan sangat cepat. Ia melirik Alif yang menyusu dengan mata terpejam. Terbukti kalau bayi mungil itu memang sudah mengantuk. Arsya kembali memandang Alif. Yah, setidaknya itu yang ingin ia percayai. Arsya hanya memandang wajah Alif, bukan dadanya yang sedang tumpah ruah.“Oke.” Arsya berbalik, lalu iateringat sesuatu. “Oh, ini ada tirainya.” Arsya berjalan ke dekat nakas dan menarik tirai yang mengelilingi ranjang dengan senyum tertahan. Arsya baru tersadar dari kebodohan beberapa saat yang lalu. “Kita makan malam sama-sama,” ujarnya lagi. Saat duduk menghempaskan tubuh di sofa, ia meraba jantungnya yang berdebar tak nyaman. Dasar gila, pikirnya. Hal sepele seperti itu harusnya tidak membuatnya salah tingkah. “Alif mulai nyenyak. Kita makan malam sebentar lagi,” sahut Indah. Tak ada yang bisa dilakukannya Indah selain bersikap seperti biasa. M
Read more
PREV
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status