All Chapters of Aku Bukan Pembunuh!: Chapter 21 - Chapter 30
36 Chapters
B21. Minta Maaf
"Jangan meminta maaf padaku, tapi minta lah maaf pada Kayana." Setelah melontarkan kalimat tersebut Evan pergi meninggalkan Sarah. Sarah diam mematung menatap kepergian Evan. Dia sama sekali tidak berpikir ke arah sana. Memang benar seharusnya dia meminta maaf pada Kayana bukan pada Evan."Lalu apakah aku harus melakukan hal itu?" ucapnya lirih.***Flashback satu hari sebelumnya.Sarah tampak duduk sendirian menikmati cuaca syahdu pada sore hari disebuah kafe. Rintik hujan yang turun pada saat itu menambah tenangnya suasana hati disertai sebuah alunan musik dari grup nomor satu di Korea, siapa lagi jika buka BTS. Di depan Sarah bertengger sebuah cangkir berisi Red Velvet serta sepiring puding mangga."Ah, sungguh nikmatnya sore hari ini. Hmm ... aku sangat menikmati kesendirianku tanpa mereka berdua." Sarah menarik piring berisi puding dan memakannya sedikit demi sedikit.Tiba-tiba Sarah dikejutkan oleh seseorang yang langsung begitu saja duduk di depan Sarah. Sarah hampir saja ma
Read more
B22. Pengakuan
Sarah dan Freya selalu teringat kata-kata Bima. Belum lagi ancaman dari Evan. Maka dari itu Freya lah yang aktif sekali mendekati Kayana. Namun, tidak untuk Sarah. Sarah tampaknya masih bimbang untuk mengakuinya. Padahal sebenarnya Jehan juga sudah jujur soal kejadian itu.Freya selalu mengurungkan niatnya untuk mendekati Kayana saat ada Sarah. Bukan karena takut, tapi Freya tidak ingin jika nanti Kayana menjadi bulan-bulanan Sarah dan yang lainnya.Jam istirahat telah berbunyi sebanyak tiga kali. Semua anak-anak keluar dari dalam kelas kecuali Kayana dan Freya. Gadis itu duduk di bangkunya dengan sebuah buku di tangannya. "Kay, kau tidak ingin pergi ke kantin?" Freya tiba-tiba mendekati Kayana. Kayana menggelengkan kepala. Gadis itu tidak berani menatap Freya. "Ayo ke kantin. Aku traktir," sambung Freya.Sekali lagi permintaan Freya ditolak oleh Kayana. Padahal itu kesempatan baik Freya untuk meminta maaf pada Kayana. Namun, karena Kayana tidak ingin membuat kesalahan yang berakhir
Read more
B23. Permainan Dimulai
"Lihat saja permainan akan segera aku mulai." Sorot tajam mata itu tertuju pada satu obyek di depan sana.***Ancam demi ancaman diterima oleh Sarah. Siapa yang mengancam Sarah?Memang tidak ada yang mengancam Sarah. Hanya sebuah mimpi yang selalu datang setiap malam menghantui Sarah dikala dirinya terlelap tidur. Mimpi di mana Sarah selalu didatangi oleh Adelia. Adelia yang masih meminta Sarah untuk mengakui semua perbuatannya sebelum semuanya terlambat."Sarah, kau masih punya waktu untuk memperbaiki semuanya demi masa depanmu. Tentunya kau tidak ingin kan jika masa depanmu hancur hanya karena ego dan ketamakan mu itu." Wajah cantik itu memang tidak menakutkan. Tidak ada darah, tidak ada mata menyala merah, tidak ada kuku panjang atau pun sebagainya. Tapi hanya saja Sarah yang terlihat ketakutan sendiri. Sarah pun langsung terbangun dari tidurnya. Tubuhnya basah oleh keringatnya dan bahu itu bergejolak naik turun. Sarah menarik selimutnya dan mengusap wajahnya dengan selimut terse
Read more
B24. Menutupi
Setelah terjadi adu mulut antara Kayana dan Sarah. Pada akhirnya adu tangan pun terjadi. Mereka berdua saling tarik menarik. Sarah menarik tangan Kayana yang hendak melangkah menaiki tangga berikutnya. Sedangkan Kayana berusaha melepaskan diri dari pegangan tangan Sarah."Lepaskan aku," seru Kayana."Kay, tunggu dulu. Dengarkan aku sebentar," jelas Sarah. Suaranya seperti orang sedang memohon pada Kayana. Mendengar hal itu Kayana diam dan menatap Sarah. Tidak seperti biasanya nada bicara Sarah seperti itu.Kayana menatap Sarah dengan tatapan datar. "Apa kau sedang mencoba mempermainkan ku? Kau tidak seperti biasanya.""Kay, kenapa kau bicara seperti itu? Aku serius dengan ucapan ku," tukas Sarah mencoba meyakinkan Kayana."Sudahlah!" Kayana kembali menaiki anak tangga. Namun, tas punggung Kayana ditarik oleh Sarah. Hal itu membuat Kayana kesal dan marah. Kayana langsung menghempaskan tangan Sarah dan tidak sengaja Sarah kehilangan keseimbangan tubuhnya. Hingga kakinya tidak sempurna m
Read more
B25. Melindungi Kayana
Kayana tersentak kaget mendengarkan hal itu. Kayana menatap Evan dengan tatapan tanpa berkedip. Justru pemuda yang dia tatap terlihat sangat santai. Dia seperti tidak memiliki beban karena melindungi dirinya. Padahal hal yang sedang Evan tutupi itu sangatlah berat."Evan. Apa maksudmu itu? Dari mana kau tahu?" cerca Kayana."Apa kau tidak sadar jika aku selalu ada di belakangmu.""Jadi kau mengetahuinya?" tanya Kayana. Evan menganggukkan kepalanya. "Lalu bagai----""Sudah ku bilang kau tidak perlu khawatir. Tugasmu hanya satu belajar yang giat agar di ujian nanti kau lulus dengan nilai yang cukup bagus," potong Evan tersenyum pada Kayana.Kayana jadi merasa bersalah akan hal itu. "Tapi Van, aku ...." Kayana menggantungkan kalimatnya.Evan melangkah mendekati Kayana dan memeluk gadis itu. Pelukan Evan membuat Kayana menjadi tenang dan damai. "Berjanjilah padaku kau harus lulus dengan nilai yang tinggi."***Sarah menghilang begitu saja. Semua orang terdekat Sarah berpikir jika Sarah te
Read more
B26. Alibi Penculikan
Evan sudah memikirkan dengan matang apa yang akan terjadi jika rencana yang dia susun gagal. Tentunya jeruji besi yang akan menjadi tempat terakhir bagi Evan.Hal itu tentunya memang tidak mudah, tapi demi seseorang yang dia sukai Evan berani berkorban. Berita penculikan dan pembunuhan yang tengah ramai pada saat itu dijadikan Evan sebagai alibi untuk melindungi Kayana.Polisi masih mencari keberadaan Sarah yang telah dilaporkan hilang. Polisi berharap Sarah masih hidup saat ditemukan. Penculikan dan pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini benar-benar sangat merisaukan para orang tua, terutama anak-anak yang masih duduk di bangku SMA. Tugas Bima semakin bertambah berat. Kini Bima harus fokus pada kasus penculikan tersebut. Bima duduk di depan komputer menatap sebuah foto tentang penemuan mayat perempuan di sebuah lapangan. Dia begitu tertarik dengan kasus yang sedang ramai pada saat itu. Bima memegang mouse laptop dan memperbesar gambar tersebut."Kenapa mereka memilih perempuan untu
Read more
B27. Berpura-pura
Evan menarik kasar tangan Kayana dan mendorongnya sampai jatuh. Layanan berteriak kesakitan. Rintihan dan erangan yang keluar dari mulut Kayana sama sekali tidak dihiraukan oleh Evan. Pemuda itu benar-benar terlihat liar. Sekarang Evan sungguh berubah. Dia bukan lagi Evan yang dikenal sangat melindungi dan menghormati Kayana.Buliran bening lolos dari pucuk mata Kayana saat Evan merobek lengan bajunya. Sekuat apapun Kayana melawan, tapi Kayana tidak mampu melawan kekuatan Evan yang jauh lebih besar dari Kayana. Kayana mulai memberontak, akan tetapi Evan semakin tidak bisa mengontrolnya. Isak tangis bercampur jeritan mewarnai tempat itu. Evan mengangkat tangan kanannya ke atas dan dia meregangkan jari jemarinya."Hentikan. Angkat tangan atau kami akan menembak mu!" teriak seseorang. "Berdiri dan segera menjauh dari gadis itu!" lanjutnya berteriak.Evan langsung menghentikan aktivitasnya dan mengangkat kedua tangannya. Bima berlari mendekati Kayana dan segera membantu Kayana berdiri da
Read more
B28. Tahanan Luar
Bima memang tidak percaya pada penjelasan dari Kayana atau pun Evan. Bima masih terus menggali dan mencari bukti agar dia tidak salah melangkah dalam mengambil keputusan. Fokus Bima masih pada Kayana sehingga menjadikan Kayana sebagai tahanan luar. Kayana yang masuk sekolah sampai pulang sekolah selalu mendapat pengawasan dari pihak polisi."Ah, kenapa jadi banyak CCTV," gerutu Kayana yang baru saja keluar dari gerbang sekolah dan disambut dengan sebuah pemandangan seseorang berdiri diseberang jalan. Siapa lagi jika bukan Bima. Tentu saja hal itu membuat Kayana merasa tidak nyaman. Ruang geraknya menjadi sangat sempit. "Apa aku ini seperti penjahat?" geram Kayana pada saat itu. Tapi pada kenyataannya Kayana memang bersalah.Cuaca sore itu terlihat sangat tidak baik. Langit diwarnai dengan awan hitam yang bergulung-gulung semacam ombak laut yang saling berebut. Begitu pula dengan angin yang bertiup kencang dan hendak ingin menerbangkan siapa saja. Kayana mempercepat langkahnya agar ce
Read more
B29. Janji Kayana
Apa yang sebenarnya telah Bima lihat sehingga Bima berani menduga-duga?Hanya Bima dan authornya yang bisa menjawabnya. Bima terus memperhatikan Kayana dari kejauhan. Walaupun Bima sudah yakin, tapi Bima tidak ingin langsung bergerak. Bima ingin melihat keberhasilan Kayana dalam mendapatkan nilai yang sempurna.Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Saatnya bagi Kayana untuk bertarung mendapatkan nilai yang bagus. Kayana melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang ujian. Dia mendapatkan tempat duduk di baris ke empat. Kayana begitu tenang duduk di sana. Padahal yang lainnya tengah sibuk sendiri. Ada yang meminta tolong untuk diberi contekan jawaban, ada yang sibuk menyembunyikan contekan dan sebagainya.'Huh, kenapa mereka berisik sekali. Sudah tahu akan menghadapi ujian akhir sekolah, tapi kenapa mereka tidak mau belajar," batin Kayana. Memang benar sih apa yang dikatakan Kayana. Kenapa mereka justru malah berisik meminta contekan."Kay ... nanti bagi kunci jawabannya, ya," teriak seseo
Read more
B30. Hukuman Mati
Kayana memotong rambut panjangnya dan sekarang dia berpenampilan layaknya seorang cowok. Binar kebahagiaan terpancar dari raut wajah Kayana. Begitu pula dengan sang ibu. Bu Laras mendekati Kayana yang sedang duduk di kursi dan memegang hasil ujian. Bu Laras memeluk Kayana dari belakang."Selamat sayang, nilai mu benar-benar sempurna. Kau sudah menunjukkan pada ibumu ini jika kau bisa melakukannya. Ibu yakin kau bisa masuk ke perguruan tinggi favoritmu." Pelukan Bu Laras semakin kencang. Kayana pun meneteskan air mata. Tidak dipungkiri jika Kayana bahagia. Namun, dari senyum Kayana tersembunyi rasa bersalahnya pada Evan. Seharusnya Evan juga merasakan kebahagiaan ini.Bu Laras melepaskan pelukannya di tubuh Kayana saat gadis itu memutarkan badannya ke belakang. Kayana menatap mata sang ibu dengan seksama."Apakah Ibu yakin jika aku bisa meraih cita-cita ku?""Tentu saja." Bu Laras meyakinkan putri semata wayangnya. Keduanya pun tersenyum. Kayana kembali melihat nilai-nilai yang terter
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status