All Chapters of Aku Bukan Pembunuh!: Chapter 11 - Chapter 20
36 Chapters
B11. Gara-Gara Ponsel
Kayana merebut ponsel dari tangan Evan. Ponsel yang sudah benar-benar mati total itu adalah satu-satunya barang berharga yang dimiliki Kayana. Antara marah dan bingung, Kayana terlihat sangat kecewa sekaligus kesal karena dia sendiri tidak punya uang. "Berikan ponselmu padaku. Aku akan bertanggung jawab memperbaiki ponselmu itu," kata Evan.Bimbang yang dirasakan Kayana. Gadis itu tidak langsung merespons Evan. Netra hitam Kayana fokus menatap benda pipih yang sedang dia pegang. Evan pun kembali merebut ponsel dari tangan Kayana. "Berikan padaku!""Tidak per———""Sst ... jangan protes!" potong Evan tegas. "Aku janji ponsel ini akan kembali normal. Setelah itu aku akan langsung memberikan benda ini padamu. Paham," tegas Evan, lalu dia memasukkan ponselnya itu ke dalam saku celananya.***Setelah kejadian itu Kayana sering merenung sendiri dan untungnya besok adalah hari minggu jadi Kayana merasa lega akan keselamatan dirinya sendiri. Dia memikirkan tentang dirinya jika nanti bertemu
Read more
B12. Tanggung Jawab Evan
Kayana tersentak saat Evan tiba-tiba berhenti di depannya. Pemuda itu langsung memberi kode dengan menggerakkan kepalanya yang memakai helm. Kayana yang tidak peka hanya diam mematung, lalu Evan membuka kaca helmnya dan barulah Kayana paham siapa pemuda yang ada di depannya itu."Naiklah," kata Evan memberi perintah pada Kayana. Kayana sempat mengalihkan pandangannya dan tertuju pada Sarah, Jehan, dan juga Freya. Dengan buru-buru Kayana langsung naik ke bagian belakang motor milik Evan."Pegangan!" perintah Evan."A-apa? Pe-pegangan?" kata Kayana sedikit gugup.Lantas Evan kembali membuka helmnya dan menengok ke belakang. "Jika kau tidak pegangan. Kau akan jatuh," lanjutnya."Ah, i-iya." Kedua tangan Kayana mencubit jaket hitam yang dikenakan oleh Evan, tapi pemuda itu tidak menyadarinya. Dia langsung tancap gas motornya dan hampir saja membuat Kayana terjungkal ke belakang. Untungnya Kayana dengan reflek melingkarkan kedua tangannya di pinggang Evan.Tindakan Kayana membuat Evan kag
Read more
B13. Masker Wajah Palsu
Detak jantung Kayana berdegup tidak beraturan. Kedua kakinya tampak gemetaran. Namun, Kayana berusaha untuk mengendalikannya. Walaupun begitu bahasa tubuh Kayana tidak bisa berbohong.Bingung, itulah yang dirasakan oleh Kayana. Kedua kakinya sungguh tidak bisa digerakkan. Kaki itu terasa sangat kaku dan berat untuk diayunkan ke depan. Padahal hanya empat kali langkah lagi menuju kelas Kayana.Kayana sendiri sebenarnya sudah siap dengan apa yang akan terjadi pada dirinya. Dia tahu dan paham jika dia pasti akan kena bully Sarah dan kawan-kawan. Kayana menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan. "Aku harus bersikap tenang. Aku harus kuat dan tidak boleh lemah," bisik Kayana pada dirinya sendiri.Perlahan, tapi pasti Kayana mulai melangkahkan kakinya menuju ruang kelas. Namun, apa yang terjadi? Tafsiran Kayana salah besar. Ternyata semua aman, tidak terjadi apa-apa saat keduanya saling bertemu. Sarah terlihat biasa saja ketika berpapasan dengan Kayana. Hal ini yang membuat Kayana se
Read more
B14. Sebuah Tawaran
Evan hanya berdiri melihat Kayana berlalu pergi dari hadapannya. Lantas dia membalikkan badannya dan mendapatkan sebuah remasan kertas di bawah sana, tepat di samping sepatunya. Evan membungkuk dan mengambil gulungan kertas yang sudah kusut.Mata Evan mengikuti tiap baris rangkaian kata yang ada di sana. Mata Evan menatap jauh ke depan. Tangannya meremas selembaran yang ada di tangannya, lalu Evan membuang remasan kertas itu.Evan melangkah hendak menyusul Kayana, akan tetapi Evan ketinggalan jejak. Kayana sudah hilang dari pandangan Evan."Sial!" umpat Evan sambil menyepak angin di atas jalan yang terbuat dari semen.Sementara itu di lain tempat, seorang wanita tengah bingung dan cemas. Dia berjalan mondar-mandir di ruang tengah dengan membawa sebuah ponsel di tangan kanannya."Bagaimana bisa ketahuan? Kenapa aku benar-benar sial," umpatnya.Laras kembali berjalan mondar-mandir sambil menggigit kuku. Sampai-sampai Laras tidak sadar jika pintu utama terbuka. Dari balik pintu muncullah
Read more
B15. Sang Pelindung
Netra hitam Evan menatap dalam kedua bola mata Kayana. Lama mereka berdua saling pandang dalam keheningan suasana sekitar. Semilir angin sore itu menerbangkan anak rambut Kayana. Mereka berdua berdiri dengan radius yang cukup dekat."Kenapa kau berada di sini?" tanya Kayana."Aku tidak sengaja lewat jalan ini dan melihatmu sedang kebingungan," jelas Evan berbohong.Evan memang sengaja berada dilingkungan itu karena dia tahu Kayana pasti akan lewat di sana. Evan mundur dua langkah agar keduanya berdiri tidak begitu dekat."Maaf," kata Evan. Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Hmm, Evan ...." Kayana menggantungkan kalimatnya."Ada apa?" Evan membalikkan badannya. Lantas pemuda itu menatap gadis yang ada di depannya. "Kau ingin bicara apa?""Aku ...." Kayana berhenti sejenak. Jari jemarinya saling memainkan dan meremas jarinya sendiri. Evan jadi merasa heran melihat Kayana yang tampak bingung."Sebenarnya kau ingin bicara apa, Kay?""Ah, tidak. Tidak ada apa-apa," elak Kaya
Read more
B16. Menerima Tawaran
Kayana memejamkan matanya dan menutup rapat mulutnya sendiri. Dia terlihat pasrah jika memang Sarah dan yang lainnya akan menemukan dirinya yang sedang bersembunyi di dalam tempat sampah.Di saat keadaan Kayana sedang terjepit. Tiba-tiba ponsel Kayana bergetar kuat hingga getaran itu menimbulkan pantulan yang dahsyat di dalam kotak tong sampah itu.Antara bingung dan ketakutan, Kayana berusaha membuat ponsel miliknya diam. Pada saat itu Kayana pun pasrah."Apakah ini akhir dari semuanya?" bisiknya pelan.Kayana pasrah saat itu dan tiba-tiba tutup kotak sampah terbuka. Kayana terkejut. Dia takut untuk menoleh ke atas."Kay," panggil seseorang pada saat itu dan barulah Kayana berani menoleh ke atas. Kayana tidak bisa menahan air matanya saat mengetahui yang datang adalah Evan."E-Evan ... hiks." Kayana langsung berdiri dan meraih uluran tangan Evan."Kau tidak apa-apa?" tanya Evan. Kayana pun menggelengkan kepalanya. Evan menarik Kayana ke atas hingga keluar dari kotak sampah itu. "Kay,
Read more
B17. Penyelidikan
Satu hari yang lalu,Bima mengerutkan kedua alisnya saat membaca layar ponselnya. Bima pun menggerakkan jempolnya di atas layar dan menempelkan benda pipih itu pada telinganya.Tidak ada jawaban dari seberang sana.Bima memasukkan benda pipihnya ke dalam saku jaketnya, lalu Bima mengambil topi hitamnya dan memakainya.Freya mendekati Jehan dan menatap tajam ke dua mata Jehan. "Apa ada yang kau sembunyikan dari kami semua?" tanyanya."Ti-tidak ada. Ke-kenapa memangnya?" ucap Jehan terlihat terbata-bata, akan tetapi tenang.Freya tersenyum smirk, "Aku tahu jika kau mengetahui di mana Kayana bersembunyi.""Ka-Kayana. Tidak ... aku tidak melihatnya," elak Jehan."Benarkah?" ucap Freya. Gadis itu melangkah ke salah satu kotak sampah. Sarah yang berdiri tidak jauh dari Jehan hanya melirik sekilas ke arah Jehan."Sebenarnya apa yang sedang kalian bahas?" tanya Sarah."Tidak ada. Aku tadi lihat Kayanya lari ke arah sana," kata Jehan langsung menyambar saat Freya akan membuka mulutnya.Sarah t
Read more
B18. Diperhentikan
Bima memang sudah bisa menebak, tapi dia tidak bisa langsung bertindak begitu saja tanpa bukti yang jelas dan akurat. Kasus itu bukan kasus yang biasa saja.Bima mengendarai mobilnya dengan sangat cepat. Entah dia hendak pergi ke mana.Bukan karena kasus yang rumit atau susah dipecahkan, tapi terkadang ada pihak dari sekolah yang menutupinya sehingga membuat proses penyelidikan tidak berjalan lancar.Suatu hari Bima menerima sepucuk surat yang tergeletak di atas meja kerjanya. Bima pun membaca surat tersebut dengan kerutan yang menyatukan kedua alisnya.Bima berdiri dan bergegas melangkahkan kakinya dengan cepat. Tanpa basa-basi Bima membuka pintu dengan kasar.BRAAKK!"Apa kau tidak tahu cara sopan masuk ke dalam ruangan ku?" protes Pak Andi."Ma-maaf, Pak. Saya hanya———""Tidak perlu kau teruskan lagi. Kasus itu resmi ditutup," potong Pak Andi."Ta-tapi kenapa, Pak? Bukankah Anda pernah bilang ingin sekali memecahkan kasus ini? Kenapa semua kasus yang terjadi di SMA HARAPAN tidak sa
Read more
B19. Ancaman
Bima menghempaskan tubuhnya. Dia menatap langit-langit kamarnya dan dia teringat ucapan wanita itu. Bima menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Tubuh Bima bergerak ke sana kemarin mencari tempat yang nyaman.Bima berdecak, "Ck, aku harus bagaimana?" Bima mengelus kepalanya sendiri. Dia belum bicara jujur tentang pemberhentian dia dari kasus Adelia. Sebenarnya Bima ingin sekali menuntaskan kasus Adelia sampai selesai, tapi entah kenapa atasannya justru mengeluarkan surat yang isinya kasus ditutup. "Apakah dia disuap?" pikir Bima menebak. "Ah, aku tidak boleh suuzan," lanjutnya.Bima bangun dari rebahannya. Dia berjalan menuju jendela dan membukanya. Angin meraba masuk menerpa kulit wajah Bima. Seolah angin itu membawa sebuah ide."Aku harus mencari titik terang."Bima kembali menutup jendela dan melangkah menuju meja kerjanya. Bima membuka laptop yang ad di atas meja. Bima mulai bermain di atas keyboard. Mencari tahu info detail kejadian-kejadian yang pernah terjadi sebelum
Read more
B20. Ternyata Kau ....
Langkah kaki Sarah, Freya, dan Jehan terhenti saat sebuah motor tiba-tiba menghadang mereka. Seorang pemuda turun dari motor tersebut dan membuka helm. Sarah menelan saliva nya sendiri saat melihat itu. Sorot mata elang yang begitu tajam menatap Sarah tanpa berkedip sedikit pun.Sarah mundur beberapa langkah ke belakang menarik lengan Freya dan juga Jehan. "Kau kenapa, Sar?" bisik Freya.Pemuda itu adalah Evan, dia melangkahkan kakinya satu langkah ke depan. "Sudah aku katakan padamu untuk tidak mengganggu Kayanya." Evan menunjuk Sarah. Terlihat Sarah kembali menelan air ludahnya sendiri. "Jika kau masih keras kepala. Aku pastikan hidupmu tidak akan nyaman," ancam Evan.Tanpa basa-basi Evan segera pergi dari sana. Dia tidak perlu menunggu jawaban dari Sarah, karena Evan sudah bisa menangkap bahasa tubuh Sarah.***Jehan berjalan mondar-mandir seperti sebuah setrika. Tangannya meremas baju yang dia kenakan. Terlihat raut wajah khawatir dan ketakutan tergambar begitu jelas. Kadang dia
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status