Semua Bab Kamar Dingin CEO: Bab 31 - Bab 40
60 Bab
Chapter 31 -tetap pada tujuan
"Ohh...begini tah tujuan mu." Seru Jenni saat memasuki kabin pesawat yang menuju Jepang.Sekitar jam 5 pagi kemarin mereka sampai di Taiwan. Dan mereka chek in hotel 2 hari. Jenni kira setelah itu semua mereka akan mencari rumah sewa, ternyata Savana kembali membawanya ke bandara.Dan pesawat yang mereka tumpangi sekarang benar-benar menuju Jepang. Jenni sekarang paham kenapa kemarin penerbangannya menuju Taiwan. Itu semua karena Savana ingin menghapus jejak. Ia tau Ben Aiden tak akan hanya duduk diam saja, mereka pasti akan melacaknya ke bandara dan mencari informasi penerbangan. Dan Savana sengaja mengambil penerbangan Taiwan agar mereka terkecoh. Mungkin sekitar sebulan mereka akan mencarinya di seluruh kota yang ada di Taiwan."Oh ya... sebelum rencana ku gagal oleh mu, aku sudah ada observasi rumah dan sudah ku sewa." Memang Jenni benar-benar merencanakannya dari jauh-jauh hari. "Aku tau." Jawab Savana santai dengan mata terpejam.Jenni terperangah dengan jawaban Savana, "kau st
Baca selengkapnya
Chapter 32 -janji
3 bulan kemudian~Tepat hari ini kehamilan Jenni menginjak 9 bulan. Tinggal menghitung hari ia akan melahirkan. Dan selama 3 bulan ini, Savana bekerja di toko roti yang dekat dengan rumah yang mereka sewa.Dan karena usia kehamilan Jenni, Savana setiap jam harus memeriksa keadaan temannya, ia benar-benar protektive terhadap temannya itu. Bahkan kalau Jenni ingin berpergian harus izin terlebih dahulu."Terimakasih bibi Rei... maafkan aku sekali lagi karena harus pulang cepat..." Savana menunduk kecil merasa tak enak, hari ini ia bekerja setengah hari.Dan untuk bibi Rei... dia blasteran Indo-Jepang, ia sudah lama tinggal di Jepang dan secara kebetulan mereka bertemu dengannya. Sangat keberuntungan sekali bagi Jenni dan Savana. Bibi Rei juga pemilik toko Roti tempat Savana bekerja.Rei' Bacery adalah salah satu toko roti internasional. Tentu saja itu menjadi point plus bagi Savana, karena ia belum terlalu lancar bahasa Jepang jadi ia di mudahkan karena kebanyakan memakai bahasa Inggris.
Baca selengkapnya
Chapter 33 -kelahirannya
"Zunayra... Camilla. Itu nama putri ku... " Lirih Jenni dengan kesadaran menipis."Ti-tidak! Kau tidak boleh seperti ini!! Itu anak mu!! AKU TAK AKAN MENGURUSNYA!!" pekik Savana kencang, air matanya sudah tak ia pedulikan. Mata Jenni terpejam bersamaan dengan teriakan Savana. "Selamatkan teman ku!! Aku mohon!!" Savana mengguncang-guncangkan suster di sampingnya."Ka-kami menyelamatkannya. Dia hanya pingsan sesaat." Ia seperti api yang di guyur air banyak seketika. Savana lega... temannya baik-baik saja."Maaf ini kali pertama ku melihat langsung seorang melahirkan, caesar pula. Aku tak mengerti apapun." Demi apapun, Savana benar-benar malu karena kebodohannya sendiri.Dokter dan suster yang lainnya hanya tersenyum memaklumi. Toh mereka tadi ingin menjelaskan tapi tak enak mengelak pembicaraan mereka."Bayinya perempuan.""Eung?" Savana linglung seperti kekurangan darah saat melihat bayi merah yang hanya terbungkus kain tipis."Anda menggendongnya?" Tanya suster itu.Dengan cepat Sava
Baca selengkapnya
Chapter 34 -Child-free
3 hari yang lalu, tepatnya saat Aiden ke rumah sakit tempat Jenni melahirkan, ia bahkan sampai datang ke ruangan mereka. Ia hanya mengintip lewat pintu yang ada kacanya. Mereka tampak bahagia dengan kehadiran anak mereka. Tawa mereka lepas seperti tak ada beban.Aiden mengurungkan niatnya yang akan menemui Savana malam itu juga. Jika ia masuk, sudah jelas akan merubah suasana suka cita itu dalam sekejap.Aiden menunggu waktu yang tepat, ia tak mau buru-buru dan malah membuat Savana semakin menjauh darinya.Drrttttt....Aiden mengambil ponselnya di nakas, terpapanglah nama kakaknya di layar ponsel miliknya. Semakin hari kakaknya ini semakin cerewet.Aiden menggeser icon hijau,'Kau pergi tanpa sepengetahuan ku hah!?' Aiden harus sedikit menjauhkan ponselnya jika ingin telinganya baik-baik saja.Aiden memilih men- loudspeker telfonnya dan menyimpannya di atas perutnya. Fyi, selama di Jepang ia tinggal di apartemen milik kakaknya. Dan setelah 3 hari kakaknya baru sadar."Apa itu penting?
Baca selengkapnya
Chapter 35 -behind the story
Ting!Savana tersentak dari lamunannya saat mendengar notifikasi ponselnya. Ia tengah menunggu kue yang sedang di oven. Savana tidak berniat untuk mengambil ponselnya, ia hanya menatap lewat lockscreen saja.E-mail :SavanaValerie@gmail.com,Pengingat,Seratus hari kepergian ayah...Savana menepuk kepalanya pelan, mengerang frustasi karena ia bodoh melupakan hari penting ini. Meskipun hari ini bukan hari H nya, tetap saja ia harus prepare dan kembali ke Indonesia. Dan itu bukan sesuatu hal mudah.Ia harus membicarakannya dengan Jenni, bukan itu sebenarnya hal yang mudah. Susahnya di buat oleh Savana sendiri. Ia masih belum siap untuk menjadi Savana Valerie Acrekama yang di kenal banyak orang.Ia nyaman seperti sekarang."Hah... maafkan aku Ayah..."*****Di ruang kerja dengan nuansa yang adem, dengan seorang pria yang tertidur di ruang kerjanya. Semalaman penuh ia hanya diam di ruangannya, ah ralat dia ruangan temannya yang sekarang tengah ia pinjam."Emnghh..." Ben terusik tidurnya o
Baca selengkapnya
Chapter 36 -kembalinya Savana
Setelah 3 bulan lebih, Savana meninggalkan Negara kelahirannya. Dan sekarang, ia menginjakan kembali kakinya di sana. Menghirup udara Indonesia yang saat ini masih segar dan terasa hawa dingin. Jelas begitu, karena Savana baru tiba di bandara jam 04:00.Savana tidak mengabari siapapun bahwa ia telah kembali. Ia akan pulang ke apartemen milik Jenni, karena takutnya ada orangng yang mengetahui keberadaannya.Ia belum sepenuhnya siap di kelilingi pertanyaan tentag bisinis, kematian ayahnya, apalagi tentang percintaannya. Itu benar-benar memalaskan.Dan untuk perusahaan ayahnya... Savana benar-benar ingin tak peduli. Tapi seseorang mengiriminya surel tentang data-data perusahaa ayahnya yang menurun drastis. Savana sedikit tergerak, tapi hanya membalas penolakan. Mau bagaiamana pun, keluarga pihak ayahnya yang membuatnya seperti ini. Menolak keberadaannya dan juga ibunya.Savana tidak sudi hanya sekedar menyebut nama mereka barang satu huruf pun. "Hah... pengacau." Gumam Savana saat seora
Baca selengkapnya
Chapter 37 -Silsilah keluarga Magareth
"Apa hubungannya dengan Clarissa?" Savana memang sengaja pura-pura tak mengetahuinya, barangkali cerita Anggun berbeda dari yang Jenni katakan."Renata, ada kaitannya dengan ibu mu." Anggun sedikit berhati-hati menyinggung mendiang ibu Savana. Kalau saja mood Savana sedang jelek atau tidak menyukai pembicaraan ini, Savana bisa mengguyurnya dengan Vanilla latte yang mengepul itu.Anggun masih ingin hidup sampai tua nanti. Ia harus waspada.Savana menaikan sebelah alisnya, "mengapa ibu ku di bawa-bawa?" Sejujurnya Savana sudah muak dengan wanita di depannya ini, apalagi saat mengucapkan nama mendiang ibunya.Anggun berusaha setenang mungkin. Ia harus menuntaskannya secepatnya. "Dahulu sekali, ibu mu berteman baik dengan Reonald, ayahnya Clarissa. Siapa sangka bahwa ibu mu itu tengah menyelidiki keluarga Magareth yang tak lain adalah keluarga Reon sendiri. Usut punya usut, keluarga Magareth itu memiliki perusahaan Narkoba yang turun temurun, kebetulan pada tahun itu Reon yang memimpinnya
Baca selengkapnya
Chapter 38- Kenangan
Hanya tidur beberapa jam, paginya Savana langsung bergegas menuju tempat peristirahatan mendiang ayahnya. Ia menggunakan stelan serba hitam, bahkan ia seperti artis papan atas yang akan kabur dari agensi. Sebab tidak hanya memakai baju serba hitam, Savana juga menambahkan masker dan topi senada. Tidak lupa kacamata."Terlalu lebay." Gumamnya saat melihat pantulan dirinya di cermin.Tapi tak apa, daripada ia harus di ketahui banyak orang, apalagi wartawan. Bahkan tujuannya berangkat pagi sekali, ia inging menghidari bertemu dengan keluarga Faeyza, mereka pasti akan mendatangi tempat yang Savana tuju. Dari info yang ia dapat, biasanya upacara penghormatan begini jam sembilanan maka dari itu Savana akan datang lebih awal, ia datang jam enam pagi, mungkin akan sampai disana sekitar jam tujuhan.Drttt....Savana mengambil ponselnya. Poto bocah kecil yang ia rindukan terpampang di layar ponselnya.Jenniznn is calling~~Langsung saja Savana menggeser icon hijau. Setelah itu munculah gambar
Baca selengkapnya
Chapter 39 -Psikolog
"Tolong jangan ganggu saya." Ucap Savana dingin. Setelah itu, tanpa melihat ke arah orang itu Savana langsung pergi begitu saja.Tak peduli juga. Entahlah... dari semua yang terjadi, rasanya semuanya tuh tabu. Ia merasa semuanya mempermainkannya. Dari takdir, kebetulan dan kebenaran yang entah yang mana.Dengan masker dan topi hitamnya, Savana terus berjalan tanpa menengok ke belakang. Dari kejauhan seorang pria menatapnya dengan kosong. Pria itu hanya bisa menatap saja tanpa bisa mengejar. Entahlah... katanya menunggu waktu yang tepat, nyatanya waktu itu tidak datang.Ia sudah menahannya sejak lama, untuk tidak mendekati Savana. Dan sekarang apa? kesabarannya memang sangat tipis, tapi entah kenapa, ia seperti hilang kendali saat melihat kondisinya seperti sekarang."Dia tidak baik-baik saja." Gumam Aiden. Jika saja Digo melihatnya, sudah pasti ia di ejekki habis-habissan.Bahkan Aiden sudah menciptakan waktu yang tepat menurut dirinya. Ia datang ketempat ini sejak kemarin, meminjam
Baca selengkapnya
Chapter 40 -cinta sesaat?
Setelah beberapa hari meliburkan diri, sekarang Clarissa sudah kembali bekerja. Sejak usianya belasan ia sudah memiliki penghasilan, meskipun sedikit tapi bisa mencukupi kehidupannya. Tepat ulang tahunnya yang ke- 17 ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan. Tapi Clarissa tidak percaya begitu saja, apalagi ia mengetahui latar belakang pekerjaan orang tuanya. Mau apapun kesalahan orang tuanya, tetap saja kepergian mereka menghancurkan hidupnya. Dari sisi egoisnya, mereka yang berbuat salah mengapa Clarissa yang menanggungnya.Karena usianya di bawah umur, kakaknya Theo yang bertanggung jawab atas masalah yang di sebabkan oleh orang tuanya. Saat itu, Clarissa remaja hanya terus menangis dengan perasaan takut merayapi fikirannya. Bahkan ia memutuskan kabur dari rumah dengan tujuan entah berantah.Berakhirlah, Clarissa bertemu seseorang wanita paruh baya dengan umur kisaran 40-an, wanita itu menolongnya yang tengah berjalan dengan tas ransel di punggung. Bahkan kala itu, ia tak memper
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status