All Chapters of Satria Roh Suci: Chapter 41 - Chapter 50
260 Chapters
Hutang
Setelah mendapatkan pedangnya, Rawai Tingkis berniat meninggalkan tempat ini, tapi Senopati Kauman memberi perintah kepada seluruh pasukan untuk menghentikan remaja tersebut.“Hoi, apa yang kau lakukan? Kenapa menahanku?!” Rawai Tingkis kembali menatap Senopati Kauman, lalu menatap ratusan prajurit yang telah mengarahkan mata tombak ke arah dirinya. “Apa kau masih belum puas?! Jangan libatkan orang lain jika ingin bertarung, aku akan melayanimu.”“Kau berutang kepadaku,” ucap Senopati Kauman.“Hutang apa, aku tidak memiliki hutang apapun.”“Pertama, kau telah mencuri jagung warga, itu adalah tindakan kriminal, dan kau harus dihukum karena itu, ke dua, kau berhutang banyak makanan kepadaku. Jika aku tidak memberimu makanan, hari ini kau tidak akan sanggup memegang pedang itu lagi.”“Aku akan membayar hutang itu-““Tidak, setiap daging berharga 10 keping emas, dan kau menghabiskan 10 potong daging, belum lagi yang lain.”“Ahkkk, kau ingin memerasku?! Bagaimana bisa sepotong daging berha
Read more
Ruang Pertemuan
Rawai Tingkis tidak akan tunduk atau akan memberi hormat kepada siapapun, kecuali kepada Gurunya. Ini terkesan sedikit sombong, tapi iinilah Rawai Tingkis.Tunduk kepada orang yang tidak dikenal bena-benar membuatnya kesal, bahkan meskipun itu sekalipun adalah keluarga bangsawan dari sebuah kerajaan.Lalu inilah yang terjadi dengan dirinya.Pangeran yang dia tidak tahu bernama siapa itu, memberi perintah kepada beberapa prajurit untuk memukulinya.“Eh, kenapa menyerangku?” Rawai Tingkis menggaruk kepalanya beberapa kali, merasa jika dia tidak melakukan kesalahan apapun terhadap pangeran itu.Namun tentu saja para prajurit tidak akan mendengarkan ucapan dirinya, jadi mereka dengan serentak langsung menyerang Rawai Tingkis.“Hoi, kalian ini kenapa?” Rawai Tingkis masih bingung, seraya menghindari semua serangan lawan-lawannya. “Aku tidak mencuri makanan hari ini, kenapa menyerangku?”“Bocah ini pasti berada di desa tertinggal, dari penampilannya dan tingkah lakunya, dia bukan anak berpe
Read more
2 Raja Sesungguhnya
Rawai Tingkis menghentikan langkah kakinya, lalu kembali menatap Raja Indra Pura itu dalam-dalam.“Aku tidak pernah melihat dirimu sebelumnya, tapi kau sedikit mirip dengan orang itu.”“Apa yang kau katakana?”“Sekarang aku mengerti, situasi kalian,” ucap Rawai Tingkis, “Kerajaan ini akan menghadapi ancaman besar. Mesin pembunuh telah tercipta, mereka akan datang dari Pulau Tengkorak.”Setelah mendengar hal itu, semua orang langsung terkejut mendengar ucapan Rawai Tingkis. Tidak ada manusia biasa yang tahu menahu mengenai Pulau Tengkorak, bahkan tidak ada satupun pejabat tinggi yang pernah pergi ke tempat tersebut.Mereka kini mulai melihat Rawai Tingkis dari sudut pandang yang berbeda. Mereka yang tidak percaya, kini mulai memasang wajah serius.Namun ada dua orang Senopati yang malah langsung mencurigai Rawai Tingkis. Dia dianggap sebagai mata-mata.Patih Yuda yang sebelumnya tidak menganggap Rawai Tingkis sebagai sosok yang penting, kini langsung bertanya, “siapa dirimu? Kenapa kau
Read more
Bayangan Roh Suci
Di hari berikutnya, Rawai Tingkis masih belum tahu apa yang akan dia lakukan di kerajaan ini. Dia hanya melihat latihan semua prajurit setiap hari, yang terasa begitu membosankan.Beberapa senopati muda menanyakan kepada Senopati Kauman, mengenai perihal remaja tersebut. Kenapa dirinya tidak diberi tugas apapun bahkan Istana tampaknya tidak ingin mempekerjakan Rawai Tingkis.Namun Senopati Kauman hanya tersenyum mendengar pertanyaan tersebut dan menjawabnya dengan santai, “siapa yang akan mempekerjakan orang bodoh?”“Benar juga, orang bodoh seperti dirinya pasti tidak memiliki keahlian apapun.”“Ini membosankan,” ucap Rawai Tingkis.Dia pada akhirnya duduk di bawah pohon yang cukup rindang, lalu mulai menutup matanya. Kali ini bukan tidur, tapi dia mencoba memahami jurus-jurus yang telah diberikan oleh Guru Rabiah.Dia menyadari, jika jurus tebasan bulan sabit, merupakan satu dari dua jurus yang telah disempurnakan oleh bocah tersebut, tapi tidak dengan jurus-jurus yang lain.Paling t
Read more
Ingin Marah
Setelah peringatan itu, Rawai Tingkis terdiam sejenak, dia ingin bertanya satu hal lagi, tapi bayangan roh suci di dalam air kini telah menghilang."Apa dia ingin mengatakan jika aku akan mati?" gumam Rawai Tingkis. "Dasar bodoh? Aku tidak akan mati karena hal itu, aku sudah melihat wujud aslimu, dan beradaptasi dari kekuatanmu di Pulau Tengkorak, aku tidak akan kalah darimu, sialan!"Setelah berkata demikian, Rawai Tingkis menghembuskan nafas dari lubang hidungnya, lalu pergi meninggalkan sendang tersebut.Ketika malam harinya, Rawai Tingkis kembali duduk di bawah pohon besar, sementara beberapa pemuda masih melakukan latihannya.Dia memikirkan roh suci.Satu hal yang diketahui oleh Rawai Tingkis dari Roh Sucinya, adalah aura aneh yang mampu membuat manusia mati."Aku akan menguasai aura itu,"gumam Rawai Tingkis. "Aku tidak akan kalah dari dirinya."Jadi bocah itu kembali menutup matanya, dan mulai hanyut dalam pemahamannya.Kala malam semakin larut, hujan begitu deras mengguyur bum
Read more
Mata-Mata Dan Panah
“Jika aku tidak bisa membangkitkan amarah suci, aku tidak akan mampu menguasai tiga jurus terakhir,” gumam Rawai Tingkis.Ya, hanya lima jurus yang dikuasai oleh remaja tersebut, dan kelimanya adalah jurus serangan langsung, tapi tiga jurus terakhir tidak dijelaskan oleh Tabib Rabiah.“Paling tidak aku bisa menguasai aura singa emas,” sambung dirinya. “Ini akan sangat membantuku dalam pertempuran melawan musuh.”Hari-hari berikutnya dijalani Rawai Tingkis dengan meditasi, juga kadang meminta beberapa anak muda untuk memukul dirinya sampai berdarah, hanya untuk membangkitkan emosinya.Sialnya, dia tidak bisa marah kepada mereka semua. Bahkan, Rawai Tingkis merasa kasihan jika harus menggunakan pedang untuk melawan anak-anak mud aitu.“Mungkin belum saatnya,” tutup Rawai Tingkis. “Mungkin seiring waktu berjalan, aku bisa mengusai kekuatan tersebut.”Dia berjalan gontai setelah puluhan kali menerima pukulan orang lain, dan kini jatuh di bawah pohon sebelum kemudian tidur mendengkur.Seme
Read more
Pembuktian Diri
Sementara itu, ada satu pasukan lagi yang mengejar dari arah lain. Pasukan ini dipimpin oleh Senopati Kauman, tapi di sana terlihat Rawai Tingkis berlari lebih dahulu dibandingkan dengan senopati tersebut.“Bocah! Apa kau yakin musuh akan melewati tempat ini?” tanya Senopati Kauman.“Entahlah, aku hanya mengikuti perasaanku saja,” timpal Rawai Tingkis.Senopati Kauman mungkin akan berteriak keras, jika dia tahu bahwa Rawai Tingkis buta arah.Namun entah apa ini sebuah kebetulan, tapi Rawai Tingkis, Senopati Kauman dan seluruh pasukannya berhasil menghadang langkah kaki Ronggo dan satu temannya.Wajah Ronggo sedikit terkejut saat ini, jelas karena dia tidak menduga prajurit Kerajaan Indra Pura rupanya berhasil menduga arah pelariannya.“Aku tidak akan membiarkan kalian berdua pergi dari Istana ini dengan semua informasi yang kalian miliki!” Senopati Kauman memasang wajah sinis saat ini.Di sisi lain, pandangan Rawai Tingkis tidak luput dari sosok Ronggo yang kini telah menjadi pemuda y
Read more
Lebih Baik Pensiun
Tampaknya, Ronggo tidak bisa mengenali Rawai Tingkis saat ini. Wajahnya tampaknya berubah cukup banyak hanya dalam waktu 5 tahun saja. Memang beberapa pria akan mengalami perubahan pada tampilannya, tapi biasanya tidak separah Rawai Tingkis.Remaja itu malah tambah jelek saja seiring bertambahnya usia.Namun Ronggo malah terlihat semakin kekar, dia malah terlihat lebih tampan dari yang dikenal oleh Rawai Tingkis beberapa tahun yang lalu.“Bocah, aku merasa kau bukanlah prajurit Indra Pura, apa kau juga Satria yang disewa oleh mereka untuk melawan kami?” tanya Ronggo. “Ketahuilah, ada ratusan satria bersamaku. Kau tidak akan mampu menghadapi mereka semua, bagaimana jika kau bekerja sama saja dengan kami? Berapa bayaran yang kau mintak? Tuan kami bisa membelimu 10 kali lipat dari harga yang diberikan oleh Indra Pura.”“Ahhh? Kau pikir siapa aku ini?” timpal Rawai Tingkis, mengorek idungnya beberapa kali lau melempar kotoran dengan jari telunjuknya. “Aku bukan orang seperti itu.”“Hahah
Read more
Semuanya Memiliki Kelemahan
Beberapa saat sebelum Danur Jaya membantu Senopati Kauman.Panah yang digunakan oleh Danur Jaya memang tidak memberikan dampak cepat kepada satria suci yang dihadapinya saat ini. Namun semakin lama waktu berjalan, efek dari racun panah itu mulai dirasakan oleh Satria Suci tersebut.“Tidak mungkin, kenapa tubuhku mulai sulit untuk digerakan?” gumam Satria Suci tersebut, dia kemudian menatap Danur Jaya dengan tajam.Pria itu berusaha untuk menyerang Senopati Utama, tapi serangan jarak dekat yang digunakannya tidak terlalu efektif untuk melumpuhkan Danur Jaya.Danur Jaya memahami dengan baik kelemahan teknik yang dimilikinya, dan pada dasarnya dia sangat lemah saat berhadapan dengan musuh secara langsung.Pengguna panah hampir jarang sekali bertarung dari jarak dekat, mereka biasanya berada di barisan belakang, untuk membantu mereka yang bertarung langsung melawan musuh.Karena menyadari hal ini, Danur Jaya selalu menjaga jarak dari musuhnya.Dia tidak ingin mengambil resiko.“Bertarungl
Read more
Menggunakan Mutiara Emas
“Senopati Kauman, aku akan membantumu, tapi jika kau yang memintanya, hikhikhik …”Danur Jaya tertawa saat ini, membuat Kauman merasa kesal.“Aku akan melawannya sendiri!” timpal Kauman, “aku tidak butuh bantuanmu.”“Oh Ayolah, apa sulitnya meminta bantuan kepadaku, aku bisa membidiknya dari jauh, dan kau menghajarnya dari dekat! Pertarungan ini akan cepat diselesaikan!”Kauman meludah ke tanah, mengabaikan ucapan Danur Jaya, lalu dengan cepat mengambil jarak dengan satria suci yang masih berada di depannya.Ya, setiap senopati utama sebenarnya memiliki harga diri yang terlalu tinggi. Mereka akan sangat merasa direndahkan jika ada salah satu dari senopati utama membantu senopati utama yang lain.Pada dasarnya, setiap Senopati Utama itu bersaing. Mereka berlomba untuk menjadi kuat dan kuat, sehingga hal ini akan membuat Raja semakin tertarik kepada mereka.Senopati yang paling kuat biasanya memiliki gaji yang paling tinggi, juga memiliki pasukan yang paling banyak. Lebih dari itu, biasa
Read more
PREV
1
...
34567
...
26
DMCA.com Protection Status