Semua Bab Istri Muda Tuan Sadis: Bab 81 - Bab 90
132 Bab
Bab 81 Menyesakkan Dada
"Argh!" pekik Tama, memegangi kepalanya yang kesakitan.Dia membenci dirinya sendiri. Karena tidak berdaya hanya karena kehilangan satu sosok wanita, yang seharusnya bisa dia ganti dengan mudah. Kehilangan Rania benar-benar menyesakkan dadanya, membuat Tama kesulitan untuk sekedar menghirup udara."Tama!" Dewi berhamburan menolong Tama yang kini bersimpuh terus kesakitan.Seluruh hadirin mulai berkasak-kusuk, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mereka tentu mengenali sosok Tama Hadi yang menawan dan disegani, tapi mereka tidak menyangka Tama bisa begitu terpuruk yang mereka tahu tanpa sebab."Apa yang terjadi?" gumam Regina dengan pandangan prihatin ke arah Tama.Sementara Vinko, kini dipenuhi dengan pemikirannya sendiri. Dia tahu Tama frustasi karena kehilangan Rania, tapi tidak pernah menyangka jika kehilangan itu amat mendalam bagi Tama. Pandangan Vinko tampak serius, dengan tubuh tegak menegang. Dia tidak prihatin pada Tama, tapi justru iri. Dia kira, dialah yang paling ke
Baca selengkapnya
Bab 82 Menemukanmu
4 tahun kemudian …Vinko menatap pias puluhan pekerja yang tengah fokus mengamplas kayu-kayu jati itu untuk dijadikan furnitur bernilai tinggi yang siap didistribusikan kepada para konglomerat di seluruh negeri. Dia merasa sangat bangga. Di usianya yang menginjak 23 tahun, dia sudah berhasil mengembangkan bisnis raksasa furnitur berbahan dasar kayu jati yang kualitasnya sudah dikenal oleh banyak orang kaya.Vinko memang cerdas. Setelah menikah dengan Regina, dia enggan mengembangkan bisnis kotor keluarga Hadi dan malah menyulapnya menjadi sebuah bisnis furnitur berdasarkan dukungan dari mertuanya, Atmaja. Tentu saja Atmaja senang bukan main, sebagai pemilik bisnis mebel yang hanya memiliki seorang putri sebagai pewaris. Ketika Vinko menunjukkan minatnya di dunia mebel, dengan senang hati Atmaja membantu semampunya.Dan kini Vinko menikmati jerih payahnya itu di usia yang masih sangat muda. Dia memilih untuk berhenti kuliah dan fokus berbisnis, sementara Regina tetap melanjutkan kuliah
Baca selengkapnya
Bab 83 Bicara Tentang Kita
Seperti setiap Sabtu pagi yang cerah, Rania selalu menyambut hari dengan penuh semangat. Hari Sabtu adalah hari dimana dia tidak harus pergi ke kampus dan hanya menghabiskan waktu seharian bermalas-malasan di rumah. Rania juga menerapkan peraturan untuk tidak memasak di hari Sabtu dan Minggu karena dua hari inilah dia bisa bersantai sejenak. Tentu saja tidak seorang diri, tapi berdua bersama sang buah hati yang kini sudah menginjak usia 3 tahun.Anak kecil yang lucu dan pintar itu diberi nama Abiathar Hadi, yang biasa dipanggil Athar. Anak yang menyayangi Rania sepenuh jiwanya meski usianya masih terlalu kecil untuk mengerti semua hal."Athar hari ini mau sarapan apa?" tanya Rania ketika Athar baru saja bangun dan menghampirinya yang tengah membaca di teras depan."Hmm … nggak tahu," jawab Athar sungguh fasih.Rania terkikik. Dia meletakkan bukunya dan mulai menaikkan Athar ke dalam pangkuannya. "Mama mau makan bubur ayam. Gimana?"Tapi bukannya mendengarkan Rania, Athar justru sibuk
Baca selengkapnya
Bab 84 Memulainya Lagi
Rania tampak sangat jengah. Dia mundur perlahan agar tidak makin dekat dengan Vinko, karena tidak ingin Athar kebingungan. Vinko yang semula sudah dikuasai emosinya sendiri, mulai tersadarkan jika sikapnya cukup mengganggu Rania. Dia pun mengalah dan memilih untuk duduk tegak, bersikap normal."Bagaimana kabar Regina?" ulang Rania sekali lagi. "Aku harap dia selalu sehat,""Dia baik-baik saja," Vinko tidak ingin menyentuh buburnya. Meski lelah, nafsu makannya hilang entah kemana. "Tapi dia tidak tahu aku datang kemari," aku Vinko, sengaja ingin mengetahui reaksi Rania.Rania terdiam, sesekali memainkan buburnya dengan sendok plastik di tangan. "Apa kalian sudah punya anak?"Vinko tiba-tiba menggeleng keras dengan mata menajam. "Bukan ini yang kuinginkan, Ran. Aku rela berjalan sejauh ini, tapi bukan pembicaraan ini yang kuinginkan!" serunya.Rania terkejut mendengar suara Vinko yang meninggi. Dia buru-buru menoleh ke arah Athar untuk memastikan anaknya itu tidak kaget. Tapi untungnya
Baca selengkapnya
Bab 85 Penjelasan
"Apa maksud semua ini, Ran?" seru Vinko, masih tidak terima. Dia bahkan tidak sudi membalas uluran tangan Bagas.Rania seharusnya tahu jika Vinko memang tetaplah Vinko yang temperamen. Dia berjalan cepat menghampiri Vinko, hendak menenangkan sekaligus memberi penjelasan."Gas, hentikan … " pinta Rania sambil mengangguk beberapa kali.Bagas yang tidak paham hanya bisa sedikit memiringkan kepala sambil berpikir. "Maksudmu?""Dia bukan mantan suamiku … " aku Rania sambil memejamkan mata. Akhirnya dia punya keberanian untuk mengungkap identitas asli Vinko."Lalu dia siapa?" Bagas masih tidak paham."Dia … ""Aku Vinko Hadi," sambar Vinko, tak memberi kesempatan Rania untuk melanjutkan ucapannya. "Aku–" Suara Vinko tercekat saat menyadari dia tidak mengerti siapakah dia bagi Rania.Bagas masih menunggu jawaban Vinko dengan penuh kesabaran. Menunggu pria itu bersuara meski tetap saja diam sambil beberapa kali mengedipkan mata. Akhirnya agar suasana tidak canggung, Rania pun maju."Dia Vinko
Baca selengkapnya
Bab 86 Lancang
"T-Tuan … ""Diam," Tama mengacungkan telunjuknya. Lalu membuang puntung rokok yang terselip di jemarinya. "Kalian berdua, masuk ke dalam,"Bersamaan dengan perintah Tama, dua orang anak buah Tama datang dan menahan kedua tangan Arif dan Laura seraya memaksa keduanya masuk ke dalam wilayah rumah Tama.Arif tidak bisa melawan ketika anak buah itu memperlakukannya layaknya nasabah nakal, yang sudah siap dihajar. Tama membawa keduanya di bagian belakang rumahnya, membiarkan Arif dan Laura duduk bersimpuh tak berdaya, siap menunggu diadili.Tama mengangkat tangan, dan salah satu anak buahnya menyalakan rokok untuknya. Sambil menyesap dalam, Tama memandang Arif dan Laura satu persatu. "Sejak kapan?" tanyanya."Tama, kumohon! Ini semua bukan salah Arif. Aku yang menggodanya, aku yang memaksanya untuk menjadi kekasihku!" pekik Laura ketakutan."Kekasih?" ulang Tama dengan suara menjerit. Kemudian dia tertawa amat keras. "Pria tua ini kamu sebut kekasih?" Tiba-tiba dia membuang ludah, tepat d
Baca selengkapnya
Bab 87 Membelanya
"Arif!" Laura menjerit, berlari sekencangnya menghampiri Arif yang sudah babak belur. "Lepaskan dia! Lepaskan!" Laura mendorong siapapun yang masih saja berusaha menghajar Arif.Dengan tangan gemetar dan wajah basah penuh air mata, Laura berusaha mengangkat kepala Arif yang sudah berlumuran darah. Dia menangis sejadinya. "A-aku pasti akan menyelamatkanmu … " Suara Laura tersendat-sendat karena tangisnya berebutan ingin mendominasi pikirannya yang kalut.Tapi Arif tidak bisa bersuara. Bukan karena kesadarannya hampir hilang, tapi karena dia tidak ingin membuat Laura makin dirugikan. Dengan kekuatan yang tersisa, Arif berusaha keras untuk berdiri meski terhuyung. Dia memandangi anak buah Tama satu-persatu dengan tatapan murka. Bagaimanapun juga, mereka semua adalah bawahan Arif. Tentu saja harga diri Arif merasa diinjak-injak meski mereka semua menghajarnya atas perintah Tama."Ayo pergi dari sini," ajak Laura, berusaha membopong tubuh Arif.Sembari berjalan tertatih dengan Laura di sa
Baca selengkapnya
Bab 88 Duri
Setelah menunggu segala proses administrasi dan persiapan kamar VIP, akhirnya Arif dibawa ke kamarnya. Laura dan Mada berjalan saling beriringan, mengikuti para perawat yang mendorong ranjang Arif. Keduanya diam, tapi si pria nyentrik itu terus tersenyum licik sambil sesekali melirik ke arah Laura. Ketika Laura hendak masuk ke dalam kamar, tiba-tiba Mada menghentikan langkahnya."Ayo kita bicara dulu diluar," ajak Mada."Apa yang kamu inginkan?" Laura bertanya ketus, meski Mada sudah membayarkan segala biaya administrasi rumah sakit.Mada tersenyum licik. "Apakah semua anggota keluarga Tuan Hadi memang tidak bisa diajak bicara baik-baik, eh?" seloroh Mada menyindir."Langsung saja," Laura melipat tangan dengan tatapan menantang. "Apa yang kamu inginkan dariku?""Kamu benar-benar tidak ingin bicara santai denganku?""Jawab!" Laura bersikap tegas, sangat berbeda dengan kebiasaannya apalagi saat menghadapi Tama.Tanpa terduga Mada justru terkikik. Pria nyentrik dengan baju motif mencolok
Baca selengkapnya
Bab 89 Bagian Keluarga
Semakin Rania memberontak, semakin intens Vinko mengulum bibirnya. Hingga Rania tidak bisa berkata apa-apa selain pasrah karena pergerakannya dikunci oleh Vinko. Jantungnya berdegup sangat kencang, merasakan sensasi aneh yang membuatnya hampir melayang andai otaknya tidak memberi sinyal bahwa dia harus melawan."Argh!" pekik Vinko, ketika Rania menginjak kakinya dengan sangat keras.Mau tak mau Vinko melepaskan pelukannya dan Rania langsung menghindar dengan nafas tersengal bercampur amarah."Kamu memang brengsek, Vin!" umpat Rania. Dia mengusap bibirnya kesal.Vinko tampak terkikik pelan. Tatapan matanya yang buas membuat Rania mundur, merasa bahwa Vinko sedang dalam kondisi tidak normal."Kenapa kamu seperti ini?"Pertanyaan Rania seketika menyadarkan Vinko. Tatapannya yang sebelumnya buas, berubah sendu. Dia menundukkan kepalanya sangat dalam, seakan kembali pada kenyataan bahwa dirinya yang asli tidak sebrengsek itu."Aku mencintaimu, Ran … " gumam Vinko sambil menunduk. "Bertahun
Baca selengkapnya
Bab 90 Menjaga Rahasia
Vinko terdiam dengan mata hampir tak berkedip menatap Rania. Namun semakin dia mendebat, semakin dia tidak segera pergi dari tempat itu. Sementara Regina akan bertaruh nyawa demi melahirkan sang buah hati."Baiklah jika itu keputusanmu," jawab Vinko pada akhirnya."Vin," panggil Rania, ketika Vinko sudah melangkah keluar dari pagar rumahnya. "Kumohon jangan beritahu Tama dimana aku tinggal," pinta Rania.Vinko menelan ludah dan sekali lagi terdiam. Ada dua gejolak di dalam hatinya saat ini, yang membuatnya enggan untuk menjawab permintaan Rania. Dia bisa saja menyimpan rahasia itu rapat-rapat, tapi melihat si kecil Athar yang tak berdosa, tentu Vinko ingin anak itu tahu siapa ayahnya.Kemudian dia benar-benar pergi, tanpa menjawab permintaan Rania itu. Membuat hati Rania berdebar, merasa posisinya terancam jika Vinko membuka mulut dan mengungkapkan keberadaannya pada Tama. Apalagi jika Tama sampai tahu tentang Athar, pria itu pasti tidak akan melepas Rania.***Arif sudah siuman ketik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status