Istri Muda Tuan Sadis

Istri Muda Tuan Sadis

By:  Dama Mei  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
7
3 ratings
132Chapters
4.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Kamu sudah kubeli! Tubuh dan jiwamu itu sepenuhnya milikku!" Awalnya Rania Manalli menganggap Tama Hadi sebagai penyelamat, setelah secara heroik pria itu membantunya melawan para preman dan melunasi seluruh hutang yang ditinggalkan orang tuanya. Maka Rania tak menolak ketika Tama memintanya untuk menjadi istri. Namun, setelah menikah, Rania menemukan satu fakta, tentang Tama yang ternyata tak ubahnya bagai monster bagi Rania! Tama memperlakukan Rania layaknya barang yang tak boleh disentuh orang lain. Namun dia menjelajah banyak wanita, tak peduli akan perasaan Rania. Apakah Rania bisa lepas dari cengkeraman Tama?

View More
Istri Muda Tuan Sadis Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
Putrii Nadia
Keren cerita nya
2023-11-26 22:44:56
0
default avatar
Nina
Keren ceritanya
2024-03-08 14:25:42
1
user avatar
moxera
Ceritanya bagusssss sekali cuma penulisnya jarang sekali updatenya. Jd jemu nungguin cerita selanjutnya.
2024-01-13 00:22:09
0
132 Chapters
Bab 1 Kehidupan Rania
(Empat tahun sebelumnya … )Namanya Rania Manalli. Gadis berusia 19 tahun yang sangat periang, hingga seluruh penduduk desa itu menjulukinya gadis matahari. Berparas cantik, periang, pintar dan berbadan proporsional, harusnya tak menjadi penghalang bagi Rania untuk mendapatkan pekerjaan apapun yang dia inginkan. Tapi nyatanya kini dia hanyalah tinggal di desa kecil ini. Rania hidup berdua dengan sang ayah, yang bekerja sebagai buruh tani miskin. Setiap musim panen, ayahnya akan mendapatkan imbalan dari si pemilik sawah atas kerja kerasnya menanam padi.Rania memilih untuk bekerja sebagai guru les anak-anak SD di sekitar rumahnya, dengan bayaran yang lumayan untuk membeli sayur dan lauk pauk harian. Rania selalu mensyukuri apapun, bahkan dalam hal paling kecil dan tak berarti.Brak!!Keributan besar tiba-tiba terjadi di halaman rumah Rania. Orang-orang bergerombol, namun tidak ada satu orang pun yang maju untuk mengecek keadaan.Maka Rania yang baru saja pulang dari mengajar, berlari
Read more
Bab 2 Takdir Pahit Rania
Rania duduk tersungkur. Pias memandang para warga yang membantu proses penurunan jasad ayahnya. Sepanjang malam dia hanya merenung, membiarkan sang ayah bergelantungan diam tanpa meminta pertolongan. Dia sama sekali tidak menangis. Bahkan untuk sekedar mengedipkan mata pun, Rania sudah tak punya tenaga. Segala rasa sakit dan penderitaannya telah terkuras habis, kecewa karena dikhianati sang ayah.Sang ayah yang lebih memilih menyusul ibunya, daripada berjuang sampai darah terakhir bersamanya. Padahal Rania telah merelakan masa mudanya yang cerah demi memberikan kehidupan yang lebih baik.“Ran, jenazah ayahmu sudah kami bereskan. Pemakamannya pun sudah. Kami minta, kamu segera pergi dari rumah ini,” ucap kepala desa, yang kasak-kusuk terdengar suara di belakangnya.“Kenapa? Ini rumah saya,” protes Rania.Kepala desa itu menoleh ke belakang, seakan meminta pendapat orang-orang yang berkasak-kusuk di belakang punggungnya.Dia menarik nafas panjang. “Kami tidak suka para preman Tuan Hadi
Read more
Bab 3 Tak Punya Pilihan
“T-tapi … “ Pria tua itu terbata-bata tak percaya, saat si pria muda dengan lantang berteriak akan melunasi seluruh hutang Rania.Si pria muda berjalan angkuh ke hadapan si pria tua. “Bilang pada ayahku, aku yang akan melunasi seluruh hutang ayahnya. Termasuk bunganya,” tegas si pria muda sekali lagi.Rania tidak bisa banyak bersuara. Lidahnya terkunci, masih berusaha memutar ulang ucapan pria muda itu di dalam otaknya. ‘Apakah ini yang disebut malaikat pelindung?’ batin Rania.Maka karena tak punya lagi alasan untuk berada lebih lama di rumah Rania, para preman itu beranjak pergi–meski hati mereka tampak dongkol dan kecewa.Si pria muda itu menoleh, memandang Rania yang masih berdiri kaku sedikit ketakutan.“Siapa namamu?” tanyanya.Rania gelagapan. Dia ingin menjawab, namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya.“Siapa namamu?” tanya pria itu sekali lagi. “Kamu tidak perlu takut. Kamu aman sekarang,”“Rania. Rania Manalli,” Akhirnya Rania mendapatkan kembali suaranya.Pria muda i
Read more
Bab 4 Seharusnya
Ingatan Rania kembali pada kenangan empat tahun lalu, saat dia pertama kali menerima tawaran Tama untuk menikah. Tawaran naif dari seorang gadis muda, yang menganggap cinta itu ada.Dan kini dia menyesali keputusannya. Keputusan yang membawanya pada sebuah penderitaan mental tanpa akhir.Rania memikirkan segalanya dengan sangat matang. Dia ingin menghabisi Tama secara perlahan dan diam, agar saat hari kematian Tama datang, tak akan ada orang yang mencurigainya.Bahkan saat ini, detik ini juga, dia harus merelakan urat malunya pergi saat tubuhnya dipertontonkan bagaikan objek oleh Tama–dihadapan anak buahnya.“Bagaimana? Apakah menurut kalian istriku cantik?” tanya Tama, dengan nada dingin nan keji. Dia menatap satu persatu anak buahnya–yang berjumlah delapan orang itu dengan irama ketukan pistol senada jarum jam.“Bagaimana?” Nada Tama merendah.Namun tak ada satu pun yang berani menjawab, meski tidak ada juga yang menundukkan kepala mereka.Tubuh Rania gemetaran, dan refleks menutup
Read more
Bab 5 Belenggu Tama
“S-sejak kapan?” Bergetar tangan Rania, memegangi sekantong kecil obat pemberian Arif.Pria itu melirik Rania dari balik spion tengah. “Aku tahu, sejak awal kita bertemu, bahwa aku tidak bisa meremehkanmu begitu saja,” ucap Arif. “Tapi aku juga tidak menyangka jika kamu menggunakan cara ini untuk lepas dari Tama,”“Lalu apa yang harus kulakukan?!” Rania berteriak. Dia membuang obat itu, kembali ke arah Arif. “Apakah ada hal yang bisa kulakukan selain membunuhnya pelan-pelan? Kamu tahu, aku bukan wanita baik. Aku hanya wanita yang ingin bebas,” isak Ranian, tak sadar riasan yang telah susah payah dipoleskan itu kembali rusak–karena Rania menangis.Arif menggenggam erat kemudi mobilnya. “Apakah hanya itu cara yang kamu punya?” tanyanya.“Kenapa, Rif?” Rania balik bertanya. “Kamu mau melaporkanku pada Tama?”Arif memungut kembali obat itu. Pelan-pelan dia arahkan pada Rania, tanpa memutar tubuhnya.“Tidak ada kebaikan yang bisa menang melawan kami. Kamu harus berpikir seperti kami, untuk
Read more
Bab 6 Gaun Merah Marun
“Bagaimana? Ibu mau coba?” tegur mahasiswa itu, karena tahu Rania tengah melamun.Rania tergagap, kemudian mulai bersikap lebih tenang. “Apa?”Mahasiswa itu tersenyum geli. Kemudian menyerahkan remote drone miliknya pada Rania. “Ibu cukup tekan tombol ini untuk naik, dan dua tombol ini untuk mengatur gerakannya,” jelasnya.Meskipun gengsi untuk mencoba, namun Rania penasaran. Dia pun membuang perasaan gengsinya sendiri, dan mengikuti arahan sang mahasiswa untuk mencoba menerbangkan drone itu.Saat drone itu perlahan mulai naik–meski pergerakannya kacau, senyum Rania mengembang lebar. Dia tidak pernah merasa seasyik ini dengan suatu hal, yang di satu sisi membuatnya fokus namun juga membuatnya senang.Diam-diam, si mahasiswa melirik ke arah Rania dengan senyum hangat. “Ngomong-ngomong, namaku Vinko,” ujarnya memperkenalkan diri.“Oh, Vinko,” gumam Rania, terus fokus pada drone itu. “Jadi kamu mahasiswa baru angkatan tahun ini?”“Siapa bilang?”Dahi Rania berkerut. Dia menoleh patah-pat
Read more
Bab 7 Beracun
Salah satu dari mereka tampak menelan ludah, dengan peluh perlahan menetes saat melihat tampilan seksi Rania.“Brengsek … “ umpat Tama, seraya menodongkan pistol.Kolega yang ditodong pistol itu spontan angkat tangan dengan badan gemetar ketakutan.“Apa kau menjadikan istriku fantasi seksualmu?” Tama bertahan dengan pistolnya. Dengan senyum menyeringai, dia mengarahkan pistol itu tepat di kepala sang kolega.“M-maafkan saya, Tuan Tama,” Bergetar suara si kolega, sangat takut Tama akan menarik pelatuk pistol itu.Selain suasana yang menegang diantara Tama dan dua koleganya, Rania pun ikut gemetar. Sebenarnya ini bukanlah pengalaman pertama baginya, saat Tama tiba-tiba marah setelah dengan sukarela mempertontonkan Rania.Tapi Rania tidak bisa terbiasa dengan hal sadis itu. Badannya akan gemetar seakan mengalami serangan panik.“Tapi Tuan–” Salah satu dari dua kolega–yang tidak ditodong pistol tiba-tiba bersuara. “Kenapa Anda marah, padahal Anda sendiri yang menunjukkan istri Anda pada k
Read more
Bab 8 Bengis
“Rania, aku merasa sedikit pusing,” ucap Tama keesokan paginya, saat menghampiri Rania yang sedang mandi.Senyum tipis terulas samar di bibir Rania. “Mungkin kamu kurang sehat, Sayang. Bagaimana kalau hari ini tidak usah ke kantor?”“Tidak bisa. Ada banyak tugas yang harus kuselesaikan,”“Kalau begitu, biar aku hubungi Arif untuk menjemputmu,” Rania mengambil handuknya.Namun Tama buru-buru menggenggam kedua tangannya, mulai menelusuri seluruh tubuhnya yang sudah bersih itu.“Aku harus ke kampus pagi ini,” ucap Rania, meski dia tidak melawan.“Lebih penting mana, aku atau mahasiswamu?” balas Tama. “Ingat, akulah yang membiayai semua kebutuhanmu,”Rania tidak bisa berkutik. Meskipun benci, namun melawan Tama secara terang-terangan bukanlah ide yang baik.“Argh!” Tama tiba-tiba mengerang, sedikit limbung dengan tangan mencengkeram kepalanya. Dia tampak kesakitan.Rania buru-buru memegang tubuh Tama, dengan ekspresi cemas. “Ada apa?” tanyanya. Padahal dalam hati, Rania senang karena sep
Read more
Bab 9 Sering Melakukannya
“Keluarlah,” suruh Tama, ketika mobil yang dikemudikan Arif itu sudah sampai di depan pelataran kampus Rania.Rania gemetaran, memegangi ujung gaunnya yang tampak makin naik. Dia berusaha menurunkan ujung gaun itu.“Kenapa ditutupi?” hardik Tama. “Ini adalah gaun limited edition, berharga puluhan juta dan hanya untukmu. Kamu harusnya bangga memakainya,” kelakar Tama dengan senyum licik.“Tapi bukan untuk dipakai di kampus,” ucap Rania pelan.“Bukan hakmu untuk bicara,” Tama berbisik di telinga Rania. Lalu dia lingkarkan lengannya di pundak istrinya itu. “Sekarang turunlah. Biar semua orang memandang kearahmu,”“T-tidak, Sayang,” Suara Rania juga gemetar. Bagaimana mungkin dia mengajar dengan gaun sangat minim yang hanya pantas digunakan untuk acara pesta malam hari?“Keluar! Sekarang!” paksa Tama, menyuruh Arif turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Rania.Tama sedikit mendorong Rania agar dia segera turun dari mobil.“Nikmatilah hukumanmu,” ujar Tama, tertawa licik bahagia saat
Read more
Bab 10 Berkat Vinko
“Vin, aku terlambat!” seru Rania, tiba-tiba bangkit berdiri. Kepalanya lurus menatap jam di tangan.Vinko menganga. “Ibu masih berani masuk kelas dengan baju mau manggung ini?”Lalu Rania tersadar. Otomatis dia memeluk tubuhnya dan terduduk kaku. “Kamu benar. Aku tidak mungkin masuk kelas dengan baju seperti ini,” timpal Rania.“Bu Rania belum menjawab pertanyaanku,”“Pertanyaan apa?”Vinko mengernyitkan dahi. “Kenapa Ibu memakai baju seperti ini?”Rania terdiam. Dia tidak mungkin bilang bahwa suaminya yang menyuruh. Itu sama saja membuka aibnya sendiri.“Jangan banyak bertanya,” hardik Rania. “Sedikit sopanlah pada orang yang lebih tua, apalagi aku dosenmu,”Vinko mencibir. “Tunggu disini, Bu. Aku akan segera kembali,” Dia berlari. Tak peduli meski Rania berteriak memanggilnya untuk kembali.Rania tidak punya pilihan selain duduk diam di taman itu. Namun pandangan matanya tetap waspada, barangkali ada mobil Tama terparkir di suatu tempat dan mengawasinya.“Bu Rania!” Vinko berteriak,
Read more
DMCA.com Protection Status