All Chapters of Belenggu Hati Mantan Suami: Chapter 51 - Chapter 60
93 Chapters
BAB 28B
Haidar terdiam. Seperti ada tombak runcing yang menghantam dadanya mendengar ucapan Kiran. Hatinya perih menyadari Kiran tak dapat lagi mempercayainya. Pondasi terkuat itu sudah runtuh sejak lama. Butuh waktu dan juga hati yang kuat untuk bisa memperbaikinya kembali.Masalahnya, akankah Kiran memberinya kesempatan untuk memperbaiki semua?"Apa kabar Pras?" Haidar mengalihkan pembicaraan. Dia mengulangi pertanyaan yang tadi belum dijawab oleh Kiran."Baik." Kiran menjawab cepat."Sudah sejauh apa hubungan kalian?""Itu sudah masuk ranah pribadiku.""Apa Mas tidak boleh tahu?""Aku datang karena menghormati Ibu dan Ayah, Mas. Jadi, jangan berpikir terlalu jauh karena kesediaanku memenuhi undangan Ibu malam ini." Kiran berkata mantap. "Bagiku, hubungan kita hanya sebatas pekerjaan."Haidar memegang kemudi dengan kencang, berusaha mengalihkan perih di dalam sana ke telapak tangannya. "Mas hanya ingin tahu, sudah sejauh apa hubungan kalian?""Sudah sangat jauh."Sepanjang sisa perjalanan,
Read more
BAB 29A
“Ran? Kiran baik-baik saja?” Haidar langsung menangkap tubuh Kiran yang berdiri limbung. Wajah dengan rahang tegas dan alis tebal itu menatap khawatir karena Kiran terlihat tidak baik-baik saja.“Kiran?”Haidar sontak melepaskan tubuh Kiran saat mendengar satu suara yang sangat dia kenal. Lelaki itu berbalik dan melihat Pras sedang berdiri sambil menatap mereka dengan alis bertaut. Tidak seperti biasa, Pras mengenakan kemeja rapi malam ini. Seteru Haidar itu terlihat sangat matang dengan penampilan formal seperti itu.“Pras?” Haidar mengulurkan tangan. Dia langsung mengembangkan senyum menyadari tatapan curiga Pras pada mereka. Lelaki itu dapat memastikan, andai ini bukan di tempat keramaian, pasti tinju Pras sudah melayang ke arahnya mengingat posisinya dan Kiran yang sangat dekat tadi.Pras menyambut jabat tangan Haidar dengan senyum dipaksakan. Dia melepaskan jabat tangan setelah mengayunkannya beberapa kali hingga badan Haidar terguncang-guncang, seperti biasa. “Kenapa tidak bilan
Read more
BAB 29B
“Bukannya selama ini kalian dekat?” Ratna bertanya dengan suara bergetar.“Bu.” Hakim mengelus bahu istrinya. Lelaki itu menggeleng, meminta Ratna tidak meneruskan percakapan. Mereka tadi sudah sepakat, jika Kiran sudah memiliki calon, maka pembicaraan tidak akan dilanjutkan.“Mas Haidar adalah nasabah di tempat Kiran bekerja, Bu.” Kiran menjawab pelan. Mendadak, ujung mata Kiran menangkap gerakan di dekat pintu sana. Pras dan teman wanitanya sedang tertawa-tawa. Sekali-sekali, Pras menuangkan minuman dari teko yang sepertinya sengaja dipesan jika gelas wanita itu kosong.Kiran menggigit bibir. Di sini, dia harus mengendalikan diri untuk menjaga perasaan Ahmad dan Ratna. Sementara di dalam sana, perasaannya gundah gulana. Sepanjang makan malam, pikiran Kiran sempurna tertuju pada Pras.Lelaki itu tampil berbeda malam ini. Pras yang biasanya selalu tampil santai dengan baju kaos dan jeans, kali ini datang dengan mengenakan kemeja rapi. Apakah ini pertemuan yang istimewa sehingga Pras t
Read more
BAB 30A
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (Q.S. An-Nahl ayat 72).“Berhenti! Aku turun disini!”Pras membisu. Lelaki itu menulikan telinga seolah tak mendengar ucapan Kiran. Kiran menghembuskan napas kencang. Kalau bukan karena terlanjur mengatakan pada Haidar hubungannya dengan Pras sudah jauh, Kiran tidak akan mau ikut pulang dengan Pras malam ini. Apa maksud lelaki itu dengan arogannya memaksa dia ikut pulang hingga dia serba salah? Kemana wanita yang tadi datang bersamanya?Kerlip lampu kendaraan yang berlalu lalang di luar sana menarik perhatian Kiran. Wanita itu memang menyukai menatap lampu-lampu di malam hari. Baginya, setitik cahaya di dalam gelap sangat berguna dan melegakan. Sekecil apapun cahaya itu akan selalu menjadi harapan di tengah kegelapan.Pun malam ini, dia tidak
Read more
BAB 30B
Pendingin mobil berdesing pelan. Kiran menatap jalanan yang ramai. Semakin malam, kota itu semakin ramai."Selain waktu, aku butuh teman bicara. Aku tidak bisa memecahkan kebuntuan ini seorang diri. Aku perlu teman berbagi pikiran. Aku tidak mungkin bercerita pada keluargaku, Ran. Itulah alasan aku disana malam ini." Pras menginjak rem pelan saat lampu hijau berubah menjadi merah. Sekejap, barisan kendaraan memenuhi perempatan itu."Vinda, namanya Vinda. Dia satu-satunya wanita yang pernah dekat denganku setelah kita hilang kontak. Karena perbedaan prinsip yang cukup tajam, kami memutuskan tidak melanjutkan hubungan." Pras menaikkan suhu pendingin mobil."Kami tetap berteman baik bahkan sampai dia menikah." Kiran terkekeh melihat Kiran menoleh cepat. "Dia sudah menikah Kiran, tadi aku berbohong." Lelaki itu terbahak melihat tatapan mematikan dari Kiran."Dia sibuk mengurus beberapa usaha bersama suaminya. Sulit sekali bisa menemukan waktu untuk bicara santai dari hati ke hati. Setelah
Read more
BAB 31A
Ruang tamu itu hening. Pras menunduk. Dia meremas tangannya. Sesekali, Pras menarik napas panjang. Ujung matanya menangkap seberkas cahaya yang menelusup masuk melalui jendela.Jam delapan pagi, matahari masih malu-malu menampakkan diri. Sejak subuh tadi, hujan membungkus kota. Bahkan, saat Pras sampai di sini setengah jam yang lalu, gerimis masih turun satu-satu. Belum lama, hujan akhirnya benar-benar reda.Minggu pagi yang sejuk. Angin membawa rasa dingin yang terasa menusuk hingga ke tulang. Jarang-jarang seperti ini. Udara terasa seperti sedang ada di puncak. Di luar, tetes air hujan masih menggelayut di antara bunga dan dedaunan.Selalu, selepas hujan, udara terasa menjadi bersih dan menyenangkan bagi Pras. Bagi lelaki itu, hujan menimbulkan bau yang khas. Dia sangat menyukai aroma setelah hujan. Bau tanah dan rumput yang dipotong. Itu menimbulkan ketenangan tersendiri baginya jika sedang gugup. seperti saat ini, ketika berhadapan dengan kedua orangtua Kiran yang duduk di hadapann
Read more
BAB 31B
"Kiran, apapun hasilnya, kamu berharga bagi kami, Nak." Rista tergugu. Dia menciumi wajah Kiran berkali-kali. Andai Kiran tidak bersikeras, berat baginya mengizinkan anak tunggalnya itu berangkat."Terima kasih, Bu." Kiran berbisik lirih. Dia memeluk Rista erat sebelum akhirnya pamit pada Ahmad. Wanita itu tersenyum lebar saat menatap mata berkaca–kaca bapaknya. “Bapak tampan sekali hari ini.”“Apa? Mau minta sangu?” Tawa mereka pecah di depan rumah mendengar ucapan Ahmad. Kiran menarik napas lega. Dia akhirnya bisa berangkat dengan melihat senyum di wajah kedua orangtuanya. Lambaian tangan Ahmad dan Rista mengiringi laju mobil yang dikemudikan Pras. Kiran menghembuskan napas kencang saat keluar dari area perumahan. Wanita yang tampil manis dengan blouse putih, rok plisket hijau botol dan jilbab warna senada itu menyandarkan punggung. Jarang-jarang dia menggunakan rok, tapi karena pasti akan USG transvaginal seperti pemeriksaan sebelum-sebelumnya, Kiran menggunakan rok agar lebih mu
Read more
BAB 32A
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” [QS. Ar-Rum : 21]Pras mengalihkan pandangan dari wajah sendu Kiran. Tenggorokannya mendadak terasa kering mendengar ucapan Kiran barusan. Susah payah dia menelan ludah untuk menghilangkan rasa tidak nyaman di lehernya. Setelah berhasil menguasai diri, lelaki itu mulai menyalakan mesin mobil dan melajukannya dengan kecepatan sedang.“Kita … pulang?” Nada suara Pras terdengar sedikit ragu saat bertanya.“Iya.” Kiran menjawab lirih. “Pulang.” Hembusan napas Kiran terdengar jelas saat wanita itu memilih kembali bersandar dan memejamkan mata. Lagu Nothing’s Gonna Change My Love For You dari Westlife mengalun pelan menemani perjalanan mereka.“If the road ahead is not s
Read more
BAB 32B
Entahlah, Kiran takut Pras mengatakan hal yang tidak ingin dia dengar sehingga memilih tidak melanjutkan.Sampai pagi kembali menyapa, Kiran belum baik-baik saja. Senin. Hari yang banyak tidak disukai orang, tapi bagi Kiran, itu adalah hari yang membahagiakan. Bekerja adalah salah satu caranya untuk melupakan semua kepenatan.“Selamat pagi, Bu Kiran.”“Selamat pagi, Pak Iwan.” Kiran tersenyum lebar membalas sapaan security Bank yang membukakan pintu untuknya. Wanita itu berjalan cepat untuk absensi. Lima menit lagi morning briefing dimulai.“Hari ini, ada dua informasi penting yang akan kita bahas. Ada dua dari rekan kita yang mendapat SK.”Ruangan itu langsung berdengung. Bisikan dan kepala-kepala tertoleh saling bertanya mendengar kabar yang disampaikan oleh Nurman, Pimpinan Cabang di sana.“SK pertama atas nama Lira Veronika, mutasi ke kantor cabang pembantu di ….”Tepuk tangan langsung memenuhi ruangan. Sementara Lira maju dengan kepala tertunduk. Kiran tersenyum tipis melihat rek
Read more
BAB 33A
“Nanti kalau ada rencana pencairan termin atau mau turun pokok, bisa langsung menghubungi saya saja, Pak Haidar.”“Siap, Mas Rusdi.” Haidar mengangguk-angguk. “Ah! Ini Pak Diar, kepala proyek yang memastikan kegiatan di lapangan berjalan sesuai rencana. Silakan kalau Mas Rusdi mau melihat area, bisa langsung dijelaskan oleh Pak Diar.”“Mari, Pak Rusdi.” Diar menyerahkan helm dan sepatu proyek pada Dira.Kiran urung berbicara saat Haidar menahan tas yang dia pegang. Tadinya, dia mau minta dibawakan juga helm dan sepatu proyek agar bisa ikut berkeliling. Namun, Haidar menggeleng hingga membuat dia mau tidak mau duduk kembali.“Selamat ya, Ran, karirmu melesat cepat. Sudah jadi manager sekarang ya.” Haidar tersenyum lebar. Matanya menatap Kiran lamat-lamat. Wanita yang pernah menjadi istrinya itu terlihat manis seperti biasa. Kiran bahkan terlihat semakin memukau di usianya yang semakin matang.Kiran tersenyum tipis. Dulu, dia pernah mengatakan pada Haidar kalau suatu saat kelak dia akan
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status