All Chapters of Ayah Mana?: Chapter 51 - Chapter 60
116 Chapters
51. Bunda Punya ayah
Sambil menatap Rufy, mereka tak hentinya tertawa. “Ada lagi, nih!” Dari tas itu ada pula sebuah buku gambar, pensil, serutan dan penghapus. “Ini buku keuangan.”Malam itu mereka tidur sambil memeluk Rufy. Mereka memang harus mulai kembali membangun chemistry. Walau artinya mereka harus mulai lagi sebagai dua sahabat yang saling berbagi. Bedanya jika dulu mereka berbagi masalah remaja, kini mereka berbagi cerita tentang anak mereka. “Kamu kangen Ibu dan Ayah kamu?” tanya David. Vinza mengangguk. “Apalagi kalau ingat aku hanya bisa membuat mereka kecewa. Andai kalau ada tambahan waktu, aku ingin berbakti walau hanya satu hari.”David membasahi bibirnya. “Andai saja aku juga diberi waktu sehari saja bertemu Mamaku. Aku juga ingin melakukan apa yang kamu lakukan.” Wajahnya terlihat sangat sedih. Vinza kini bisa mengerti perasaan David di masa lalu.***“Ayah mana, Bun?” tanya Rufy saat mereka tengah main di ruang main. “Ayah ke kantor, ada urusan. Tunggu saja, ya? Ayah harus kerja ‘kan
Read more
52. Temannya Rufy
“Baik, Bu. Maaf baru ke sini. Habis nikah aku sibuk ngurus rumah,” jawab Vinza. Padahal ia sibuk untuk belajar kesetaraan. Apalagi David banyak tuntutan, harus bisa bahasa asing lah, bisa etiket lah. Sekalian saja harus bisa malak preman!“Apa kabar suami kamu? Enggak ikut ke sini?” “Lagi kerja, Bu.”“Eh, masuk atuh!” ajak Bu Cucu.Melewati toko yang tergantung banyak pakaian, mereka masuk ke dalam pintu yang langsung terhubung ke ruang tamu rumah Bu Cucu. Di sana Vinza duduk dengan Rufy. “Galih! Ada Upi, mau main!” panggil Bu Cucu.Tak lama Galih keluar kamarnya. Ia langsung menyapa Rufy. “Upi! Kakak kangen!” seru Galih sambil berlari lalu memeluk Rufy. Putra Vinza balas memeluk. Kedua anak itu sama-sama tertawa. “Main sama Kakak, yuk!” ajak Galih yang langsung diiyakan oleh Rufy.Sementara mereka main, Vinza mengobrol dengan Bu Cucu. “Ibu cukup kaget dengar kamu sudah nikah, Vin. Apalagi Adam. Dia sangat berharap sama kamu,” ungkap Bu Cucu.“Mau gimana lagi, Bu. Bukannya Pak Adam
Read more
53 kasihan kamu
Vinza nyengir kuda begitu melihat sosok David sudah berdiri di teras menyambut mereka. Tatapan mata pria itu tajam dan wajahnya mencerminkan kesongongan yang hakiki. Andai saja jika Vinza tak menyadari kesalahan, ia akan biasa saja menghadapi pria itu. Masalahnya di sini, dia sadar salah karena tidak mengirimkan David pesan. Lupa, maklum sudah emak-emak. “Aku pergi bentar, kok. Enggak sampai seharian juga. Pergi siang dan pulang sore. Gitu saja marah. Tadi mau kirim pesan, cuman lupa. Lagian Rufy enggak lecet apa-apa, kok. Ini masih utuh. Dari ujung rambut sampai kaki. Cuman rambut rontok dikit maklum, ya? Namanya juga rambut,” alasan Vinza. “Ke mana kamu?” tanya David tegas sambil berkacak pinggang. Ia berdiri di dekat tiang besar yang lebih besar dari tubuhnya. Pertanyaan itu membuat Vinza gemetaran. Iya, tak apa kalau dia bilang ke rumah Adam. Masalahnya di sini, karena lupa kirim pesan, jadilah ini membesar. David pasti kesal karenanya. Vinza meneguk ludah dan membasahi bibir d
Read more
54 kucing dan tikus
“Hei, kalau ngomong dijaga! Awas ya!” Vinza mencoba mencubit pinggang David, sayang dia malah David hentikan. Pria itu menahan tangan Vinza dan semakin menekannya ke tembok. Tubuh keduanya menjadi sangat dekat. “Dengar, di mall ada namanya area bermain. Di sana ada banyak anak-anak main dan ibu-ibu yang menunggu. Kamu bisa kenalan sama ibu-ibu itu. Mengerti?” tanya David sambil berbisik. Vinza menganggukan kepala. Matanya dan David saling terkunci. “Aku enggak keberatan kamu bergaul. Hanya saja, kamu ini sekarang punya suami. Kalau kamu dekat sama lelaki, orang akan omongin kamu yang macam-macam, ya?”Lagi Vinza mengangguk. Suara David terdengar begitu lembut. Pipi Vinza memerah, jantungnya berdebar. Anehnya, ia masih terkunci dalam pandangan dengan David. “Kamu itu sekarang bawa nama suami kamu dan anak kamu. Jangan sampai keluarga kamu dinilai buruk karena perilaku kamu. Bisa?” Suara David yang ngebas terdengar nyaman di telinga hingga Vinza kembali mengangguk. David mendekatkan
Read more
55. Ada yang masuk ke kamar
Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar dibuka. Vinza kaget, ia kembali berbalik dan melihat David keluar dari sana. “Mau ngapain kamu?” tegur David. “Apa? Aku mau ke bawah,” dusta Vinza. Sayang, wajahnya terlihat mencurigakan. “Rufy tidur?” Vinza mengangguk. Mata David terlihat melirik ke arah kamar Rufy. “Vid, Rufy tadi ngerengek. Dia mau main sama kamu. Kamunya malah sibuk sendiri gitu. Bukan apa-apa, ya? Dia tuh masih butuh perhatian kita. Kamu bilang bakalan kasih waktu keluarga. Baru juga hitungan hari, sudah sibuk sendiri!” “Ada masalah di perusahaan. Evergrande,” jawab David dengan suara lemah. Tak lama ia menatap Vinza. “Kamu tahu itu apa?”Vinza mengedipkan mata lalu menggeleng. “Apa yang bisa aku harapkan dari kamu, sih? Kamu ya, kamu saja!” ledeknya. Ucapan itu membuat Vinza kesal. Ia lekas berbalik dan hendak berjalan ke kamar Rufy, tetapi David langsung menarik tangannya. “Hei, aku belum selesai ngomong!”“Aku enggak mau denger ledekan kamu. Kalau cuman mau bikin ana
Read more
56. Tamu di rumah
“Bunda, bei bebek, yuk?” ajak Rufy.“Buat apa?” tanya Vinza yang bingung dengan permintaan putranya.Mereka saat itu tengah duduk di meja makan. Vinza memasakan sayur sop dengan ceker ayam kesukaan Rufy, walau baju Rufy harus bau amis akibat makan ceker dengan tangan. Vinza hanya percaya dengan apa yang ibunya katakan, anak yang suka makan ceker pasti pintar. Padahal Vinza suka makan ceker sejak balita dan sampai sekarang .... Ya begitulah!“Kan itu lagi makan kaki ayam. Masa sekarang mau bebek?” tegur Vinza. “Mana aki ayam?” Vinza menunjuk ceker di tangan Rufy. Anak itu langsung menggeleng. “Ni ceken, bukan aki ayam!” protes Rufy.“Ceker itu ‘kan kakinya ayam.”Mendengar itu, mata Rufy langsung terbelalak. Bayangan kenikmatannya hancur. “Napa dak biang?” “Emang Emak enggak pernah kasih tahu Rufy?” Vinza malah balik bertanya. Anak di sampingnya menggeleng. Ia jatuhkan ceker dari tangan. Wajahnya benar-benar sulit diartikan, antara bingung dan kecewa. “Ceker itu kakinya ayam.” Vinza
Read more
57. Tips dari Langit
Di sana Vinza merasa kagum. “Jadi dia beneran dari kalangan menengah ke bawah? Bahkan sama sekali tak terlihat,” batin Vinza lagi. Ia begitu kagum melihat wanita di depannya. “Aku senang banget bisa ketemu dengan Teh Langit. Jujur aku kagum banget sampai enggak percaya Teh Langit ini orang biasa. Sama sekali enggak kelihatan.”“Kamu bisa saja. Apanya yang enggak kelihatan. Kalau lihat aku makan jengkol, baru percaya?” tanyanya.Mereka berdua terkekeh. Di samping Langit duduk seorang anak perempuan. “Ara ikut ke sini juga?” tanya Vinza. Langit mengangguk. “Iya, dia di rumah enggak banyak teman. Biasa main sama sepupunya, tapi lagi ke luar kota. Terus Aa Biru minta aku nengok kamu ke sini. Katanya pasti David bikin kamu mati bosan,” jelas Langit.Vinza tertawa. “Kok tahu, ya? David itu emang ngebosenin. Enggak ada manisnya. Lain sama Tuan Biru, humoris dan hangat orangnya.”Langit menggeleng. “Kalau David persis Biru, aku yakin pasti kamu juga lebih milih dia tetep dingin.”Minara main
Read more
58. Bilang aku sayang kamu
Lekas Vinza turun dari tempat tidur. Ia berjalan hendak keluar dari kamar Rufy, tetapi kaget karena ada yang mendorong pintu ke dalam. Vinza lekas mundur. Ia kaget melihat David kini ada di depannya. “Kamu bikin kaget saja!” protes Vinza. “Kamu yang bikin kaget! Aku mau lihat anakku. Dia sudah tidur?” “Bisa kamu cuman nanya dia sudah tidur. Enggak ajak main, enggak ajak ngobrol!” protes Vinza. David lekas masuk. Ia duduk di pinggir tempat tidur Rufy. “Kamu tahu aku sedang ada masalah. Papa menelpon agar aku kembangkan bisnis di Indonesia. Banyak investor lebih tertarik menanam modal di sini. Bagus, sih. Rufy enggak perlu adaptasi di negara baru. Cuman, aku khawatir dengan Papaku.”“Kenapa memang?”“Kesehatannya mungkin akan terganggu karena masalah ini. Rasanya kalau ingat itu, aku ingin pulang ke sana dan bersamanya.”Vinza mengangguk. Ia duduk di samping David. “Banyak yang bilang, satu orang tua bisa jaga empat anak, tetapi satu anak tak bisa menjaga satu orang tua. Kadang ada y
Read more
59 Hadiah
“Jadi kalian berdua enggak ngapa-ngapain?” tanya Langit bingung. Hari ini dia mengundang Vinza ke rumah Bamantara. Terdengar suara Rufy dan Minara bermain ditemani Bu Mawar. Wanita itu sangat senang karena bisa bertemu dengan Rufy lagi. “Hubungan aku sama David itu tidak seperti yang Teh Langit pikir,” ungkap Vinza.“Gimana kalian akan membesarkan anak kalau keadaannya begini? Anak itu makhluk yang peka. Ia bisa tahu jika kedua orang tuanya ada masalah. Hanya saja anak sering bingung bagaimana harus bersikap. Ujungnya menyita pikiran dan akan memengaruhi perkembangannya,” jelas Langit.“Teh Langit tahu banyak soal anak,” puji Vinza. Ia merasa semakin rendah diri.“Vin, kita memang merasa terlambat untuk meneruskan sekolah. Tapi, tak ada kata terlambat untuk belajar menjadi orang tua. Kamu mau ikut kelas parenting? Aku akan daftarkan kamu, ya?”Vinza langsung mengangguk. Ia sangat senang mendapat kesempatan belajar. Inginnya dia juga bisa kuliah. Hanya saja ikut ujian paket, Vinza mas
Read more
60. Bahaya untuk Rufy dan Vinza
“Kayaknya obrolan kalian rame banget,” komentar seseorang. Baik Vinza dan Langit melihat ke arah suara. Biru sudah kembali dari kantor. “Sudah pulang, A?” tanya Langit. Biru mengangguk. “Vinza lagi di sini? Rufy mana?” Pria itu melihat ke sekitar. Ia tak melihat Rufy. “Ada. Main sama Ara, Tuan,” jawab Vinza. “Jangan manggil Tuan. Panggil Biru saja. Lagian kamu itu istrinya David, ‘kan?”Vinza mengangguk. Sedang Langit menyikut pria itu. Ia membisikan masalah Vinza dan David. “Emang dasar itu lelaki! Jual mahal!”Biru lekas duduk di sofa ruang tamu. Langit duduk di sampingnya. “Dengar Vinza. David itu sebenarnya gagal move on. Dia cuman malu. Sebenarnya dia masih sayang sama kamu. Makanya dikenalin sama banyak perempuan, dia enggak mau. Alasannya ingin fokus ini dan itu.”“Tahu dari mana karena aku. Siapa tahu dia memang sibuk.”“Buktinya waktu pulang ke sini, dia sempat pulang ke kampung kalian dan nyari tahu tentang kamu. Dia malah sempat galau karena nyangka istri Hadi yang suda
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status