Semua Bab Ayah Mana?: Bab 41 - Bab 50
116 Bab
41 Inginnya ada Ayah dan Bunda
“Bunda suapin, ya?” tawar Vinza. Rufy mengangguk. Ia bangun dan duduk di pangkuan David. Ini hal yang Rufy impikan, makan sup ayam sambil disuapi Bundanya dan duduk di pangkuan Ayahnya. “Bunda dak keja, ya?” pinta Rufy. Vinza menggeleng. “Bunda di sini sama Rufy, ‘kan? Ayah juga, ya?”“Iya, Ayah hari ini mau asuh Rufy saja,” timpal David. Wajah Rufy berbinar. Ia begitu lahap makan yang Vinza suapi. Sesekali bergoyang kepalanya ke kanan ke kiri seakan ia mendengar irama. Rufy tersenyum, matanya menyipit dan lesung pipit terlihat. “Dak mo ulitna, Bunda.” Rufy menunjuk kulit ayam yang masih menempel pada daging. Lekas Vinza pisahkan. Tangan Rufy memegang tangan David. Ia begitu manja bersandar pada pria itu. Sesekali David kecup keningnya setiap Rufy mendongak untuk melihat wajah David. “Ayah tayang, Upi?”“Sayang banget,” jawab David. “Bunda tayang Upi?”Vinza mengangguk. “Kalau Bunda enggak sayang Upi, Bunda enggak akan cari Upi. Bunda enggak akan nangis setiap hari waktu Rufy hil
Baca selengkapnya
42. Dibatalkan
“Dengar, Damier! Selama ini Papaku selalu bantu Papamu mencari kamu. Dan begini balasan kamu untukku?” tegurnya. “Iyakah? Lalu kenapa enggak ketemu dan malah aku yang menemukannya? Satu lagi, kamu pikir aku tega membuat ratusan ribu karyawan hilang pekerjaan, hanya karena kamu? Tidak! Itu masalah yang keluar dari mulutmu sendiri dan kamu sendiri yang harus menanggungnya!” tegas David. “Kamu pikir aku akan menyangka itu akan bocor apa? Ada orang sialan yang menyadap ponselku! Aku akan temukan dia dan menghancurkannya. Dan kamu, aku enggak akan setuju pertunangan kita batal!” tegas Viane. David menggeleng. “Terlambat. Kamu bisa cek berita.”Viane membuka tas dan mengambil ponsel. Ia kaget akibat apa yang kini sedang dibicarakan. “Pertunangan Viane Zhou dengan Damier Lau resmi dibatalkan. Heaven Grouph memberi pernyataan jika mereka tidak tahu dan tidak membenarkan perbuatan Viane. Akibatnya mereka memilih membatalkan rencana perjodohan sebagai simbol rasa kemanusiaan. Heaven Grouph b
Baca selengkapnya
43 Upi Mau Emak aja
“Tulus bei cendal. Beina pacal kumis,” cerita Rufy. “Kamis,” ralat Vinza. “Iya. Itu!” tegas Rufy. Kadang saat Rufy salah bicara, jadi hiburan sendiri untuk kedua orang tuanya. Ponsel Vinza berdering. Wanita itu mengambil dan mengangkat telpon dengan nama Adam di kontak. “Maaf, Pak. Rufy lagi sakit. Jadi aku enggak bisa masuk tadi,” ungkap Vinza. “Terus sekarang gimana keadaan Rufy? Aku boleh jenguk?” tanya Adam.Vinza melirik Rufy yang masih bercerita dengan Ayahnya. “Kami lagi ada di rumah Ayah Rufy. Apa Pak Adam enggak keberatan?” Adam meneguk ludahnya. “Ouh, jadi kamu lagi di rumah mantan kamu?”Vinza tak mungkin bilang kalau dia tinggal di sini. “Karena lebih dekat ke dokter, jadi Rufy di sini. Gitu,” jelas Vinza. “Hmm, aku jenguk boleh? Sekalian aku mau ajak Galih. Dia nanyain Rufy terus. Kayaknya emang kangen. Apalagi mereka sudah lumayan dekat.”“Boleh. Nanti aku kasih alamatnya, ya?” Tak lama mereka menutup panggilan. Vinza kirim lokasi rumah pada Adam. Ia kemudian berj
Baca selengkapnya
44. Ngomong yang bener
“Maaf ya, Pak. Keadaannya ini enggak bisa ngedukung. Nanti kalau sudah baikan, aku beri tahu,” jawab Vinza di telpon saat Adam memberitahu kalau ia sudah ada di depan gerbang David. Ia terpaksa meminta Adam pulang. “Ya sudah, enggak apa-apa. Mudah-mudahan Rufy cepat membaik. Kamu yang tegar, ya? Ini cobaan. Namanya anak kadang ada waktunya bisa tantrum seperti itu kalau terlalu lama menahan perasaan. Hanya kita harus sabar ketika menghadapi itu. Ingat, emosi berlebihan saat menghadapi anak ketika tantrum malah akan memperburuk keadaan. Lebih baik diamkan sejenak sampai dia lebih tenang,” nasihat Adam. “Terima kasih banyak, Pak. Terima kasih sudah mau memperhatikan Rufy. Walau dia bukan anak Bapak, tapi Pak Adam sangat pengertian.”Adam menunduk. Ia menarik napas. “Aku berharap dia bisa jadi anakku dan Galih jadi anakmu,” jawab Adam membuat Vinza terdiam. “Maksud Bapak gimana?” tanya Vinza bingung. “Vin, aku tahu ini enggak tepat. Cuman, aku ingin kamu jadi ibu untuk anak-anakku. D
Baca selengkapnya
45. Aku sudah membuat keputusan
“Kita nikah saja! Aku harus tanggung jawab, harus ngembaliin masa depan kamu, harus jadi ayah untuk Rufy. Kita mulai dari awal. Biar waktu yang bawa kita. Masa bodoh dengan masa lalu kalau kita punya Rufy sebagai masa depan kita.”Vinza menunduk. Ia gerak-gerakkan ujung kaki. Tangannya memegang ujung baju. “Kamu enggak takut nyesel? Aku kalau dibanding sama tunangan kamu jauh beda!”“Sudah jelas, enggak usah ditanya,” timpal David. “Enggak usah ditegasih napa?” David tersenyum kecil. “Gimana?”“Apa?”“Yang kita omongin tadi. Kamu nerima tawaranku? Kita bisa nyoba, jatuh cinta lagi.”Pertanyaan itu sulit untuk Vinza jawab. Ia bingung. Sesekali ia tatap pria di depannya. Dia masih tampan seperti dulu, masih berwibawa hanya saja sangat dingin. “Boleh aku tanya sesuatu? Kenapa kamu pergi?”“Karena aku harus pergi dengan orang tuaku. Aku rindu padanya. Aku tahu harus mulai hidup baru dan bahagia.”“Lalu aku?”David menunduk. “Hari itu aku masih berharap kamu mau memilihku. Ternyata tidak
Baca selengkapnya
46 Papaku ingin Rufy saja
“Aku akan menikahinya,” tegas David lalu menutup telpon. Ethan kaget dengan sikap putranya. Ia lantas memanggil para staf. “Dengar! Paksa Damier pulang. Rebut anaknya dan wanita itu, sogok saja dia! Dia tak pantas jadi menantu kelurga Lau!” tegas Ethan. Sementara itu David langsung bergegas. “Pak, tolong aku kali ini lagi. Panggilkan wartawan. Aku akan menikahi Vinza sekarang juga. Aku yakin Papaku akan melakukan banyak cara! Dan satu lagi, ini tanggungjawabmu karena memberitahunya!”David lekas meninggalkan kantor. Ia turun ke parkiran dan membawa mobil untuk mengejar waktu. “Dengar! Pertahankan Vinza di sana. Jangan sampai siapapun membawa dia dan Tuan Muda Rufy!”Biru lekas menyiapkan keperluan pernikahan. “Jomlo yang satu itu, sekalinya nikah malah kayak lari marathon!”Ia meminta staf menyiapkan masjid dan juga seorang penghulu. “Harus ada saksi tentu, Pak!” saran Roni. “Aku dan teman-temanku!”“Wali?”Biru memutar otak. “Ouh, hubungi teman polisi kita. Bilang kalau aku ingin
Baca selengkapnya
47. Demi Rufy
Ijab dan qabul sudah dibacakan. Vinza dan David sudah sah menjadi suami dan istri. Walau tak ada buku nikah untuk ditandatangani, tetapi pernikahan itu diumumkan ke seluruh negeri lewat siaran langsung sebuah televisi. “Damier Lau resmi menikahi seorang warga negara Indonesia dalam pernikahan sederhana di sebuah masjid,” menjadi tagline berita hari ini. Adam saat itu baru pulang kerja. Ia disambut oleh Galih yang meminta digendong. “Sudah makan belum, anak Papa?” tanya Adam. “Sudah dong, sama Nenek tadi disuapin. Soalnya sama ayam enggak bisa sendoknya,” jawab Galih. Adam pangku anak itu masuk ke dalam rumah. Ia duduk di sofa, sedang Galih turun untuk mengambil mainan. “Nyalain TV dong, Lih. Papa mau nonton berita,” pinta Adam sambil membuka tali sepatu. Galih mengangguk. Ia ambil remot dan menyalakan televisi. Sambil memasukan kaos kaki ke dalam sepatu, Adam meminta remote dari Galih. Ia pindahkan ke channel yang biasa menayangkan berita. Dilihatnya tagline tetang pernikahan Davi
Baca selengkapnya
48 kartu sakti
“Selamat atas pernikahan kamu, Vin. Semoga kamu bahagia dengan pilihan kamu dan semoga ini yang terbaik untuk kamu. Terima kasih setidaknya sudah pernah hadir dalam hidupku.”Vinza mengangguk. “Makasih juga karena Bapak sudah bikin aku sadar kalau aku masih pantas dicintai seseorang.”“Sama-sama.”Mereka menutup telpon dengan perasaan sedih. Vinza sudah cukup nyaman dengan Adam, dengan sikap pria itu yang dewasa dan dengan sikap kebapakaanya. Pria itu memang tepat untuk jadi suami Vinza, tetapi bukan untuk jadi ayah Rufy. Benar, Vinza belajar dengan melihat Galih. Bagaimana ia dilupakan setelah kehadiran seorang adik dari lelaki lain. Kadang dengan adik kandung saja, anak sering terlupakan. Apalagi dengan adik tiri. Belum lagi tuntutan dari suami baru. Tak semua bisa menerima anak pria lain. Mungkin dari sikap bisa, hanya hati?Terdengar pintu ruang rias dibuka. Mata Vinza beralih. Ia lihat Rufy berdiri di sana dan David di belakangnya. “Bunda!” seru anak itu lekas berlari ke arah Vi
Baca selengkapnya
49. Sample DNA
“Kamu yang rese! Kalau pakai kartu ini pasti yang bayar aku, Munaroh!”“Tinggal bilang ke Mbak Kasir, kok!”“Emang Mbak Kasirnya itu direktur bank? Ya sudah, besok kamu jajan pakai receh saja!” Biru mengambil kartu itu dan dimasukan dalam dompetnya. “Berapa kali aku bilang, jauhkan kartu itu dari anakmu!” David ikut bicara. Ia gendong Rufy dan mencium gemas pipi anaknya. “Oom David sudah meracuni pikiran Papaku!” Minara memalingkan wajah sambil melipat tangan di dada. “Sudah sana ke Bunda. Beneran aku kasih receh ratusan perak buat jajan, baru tahu rasa!”Minara lekas pergi. David menggeleng. “Belum apa-apa, Putrimu sudah mencuci otak putraku.”“Makanya aku bilang apa, jangan dekatkan Rufy dengan Minara. Anakmu ngondek, bukan tanggungjawabku!” “Ayah, mo kaltu item,” pinta Rufy. “Itu bukan buat anak kecil, Sayangku. Nanti kalau mau beli apa-apa, panggil saja Bunda, ya?”“Ental Upi dak jadi olang kaya.”“Jangan percaya kata-kata Kak Minara. Percaya sama Allah saja. Kalau percaya Ka
Baca selengkapnya
50 Anak yang pandai
David dan keluarga barunya akhirnya tiba di rumah. Vinza lekas mandi. Sementara Rufy, mandi dengan David. Hari yang penuh dengan segala buru-buru hingga terasa melelahkan. Selesai berganti baju, Vinza keluar kamar karena pelayan memanggilnya. “Tuan David menunggu anda untuk makan, Nyonya,” jelas pelayan itu.Vinza ikuti ke ruang makan. Di sana ia sudah melihat David dan Rufy duduk. “Wah, banyak sekali makanannya.”“Iya banak! Kata Ayah bial Upi bica pilih. Ya, ‘kan?” Rufy berpaling pada David.“Iya. Rufy bisa pilih mana yang Rufy suka sekali, Ayah beliin ini semua biar Rufy cepat besar, ya?” jawab David yang langsung dibalas anggukan Rufy.Mereka sempatkan makan bersama. Seperti biasa, Vinza akan menyuapi Rufy lebih dulu. Kali ini ada yang berbeda. David menunggu sampai Vinza makan. Hal yang langsung mengundang banyak pertanyaan di otak Vinza. Waktu mereka berdua habiskan dengan mengajak Rufy bermain dan belajar baik mengaji dan mengenal huruf dan angka. “Ni iyoy tiga,” jawab Rufy sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status