Membuka matanya perlahan sesaat setelah merubah posisi tidurnya karena merasakan cahaya masuk melalui celah jendela kamar. Mengerjap pelan, Disya bisa merasakan perih di kedua matanya, menghembuskan napas pelan sembari menarik selimut hingga ke leher.Menatap sekeliling kamar, hening dan sepi, tidak ada siapapun di kamar itu selain Disya. Tidak berpikir Devan meninggalkannya sendirian karena jas milik lelaki itu masih berada di atas bean bag. Matanya melirik ke arah jam dinding tua yang menempel di dinding, matanya membelalak terkejut, buru-buru menyibakkan selimut lalu turun dari kasur.“Ih Pak Devan kok ngga bangunin, sih?” cerocos Disya karena kini jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Mondar-mandir sambil menggaruk kepalanya, Disya bingung apa yang harus ia lakukan—handphone—Disya menatap handphonenya yang berada di atas atas nakas, charger masih menempel, yang artinya handphonenya sedang diisi daya.Seratus persen, daya baterainya sudah penuh—sudah pasti Devan yang melakukan
Baca selengkapnya