Semua Bab Om Duda! 2: Bab 41 - Bab 48
48 Bab
Chapter 41: Miskomunikasi
H-3 menuju acara pernikahan Samudra dan Naya—semua orang semakin sibuk berkali-kali lipat dari hari sebelumnya. Walaupun acara sudah diserahkan kepada tim wedding organizer untuk mengurus segalanya, tetapi tetap saja yang namanya orang tua akan tetap menyibukkan dirinya sendiri—ada saja yang dikerjakan, dikhawatirkan ada yang kurang atau tidak sesuai keinginan untuk acara nanti.“Katanya mereka ini ngga mau hadir di acara nanti—kita sudah menawarkan sejak awal, mereka menolaknya, tetapi sekarang tiba-tiba menanyakan kapan pakaian mereka akan dikirim?!” Gina menunjukkan layar handphonenya kepada Dina dan Doni dengan wajah kesal.“Siapa itu? Mba Yanti?” tanya Dina memastikan.“Ya mereka-mereka itu Mba, belum anak-anak, dan menantunya!” balas Gina frustasi.Dina menampilkan senyum manis di bibirnya, mengelus bahu Gina pelan. “Yasudah mau gimana lagi, bersyukur mereka berniat akan datang—”“Pakaiannya, Mba? Masa mau dibuat dadakan sih?” gerutu Gina.“Masih ada waktu tiga hari, Na....”“Ka
Baca selengkapnya
Chapter 42: Hari Sial - I (Losmen)
“Oh shit!” Devan mengumpat. Memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, mematikan mesin mobil, lalu membuka pintu mobil untuk ke luar setelah sebelumnya melepaskan safety belt yang dipakainya, melangkah mengecek ban mobil bagian belakang.Menatap ke sekeliling, untuk memastikan tidak ada orang mencurigakan yang sudah menunggunya. Devan bisa melihat ban mobilnya bocor disebabkan oleh ranjau paku yang sepertinya memang sengaja disebar di jalanan sepi ini—bisa jadi yang menyebar ranjau adalah para pelaku begal yang berniat jahat, tetapi beruntungnya Devan tidak menemukan seseorang yang menghampirinya dengan mencurigakan.“Kenapa, Pak Devan?” tanya Disya yang sudah berada di sampingnya, sesekali matanya melirik ke kanan dan ke kiri dengan takut-takut—ini sudah malam, jalanan yang dilaluinya juga sangat sepi sekali, Disya takut.“Bannya bocor, saya akan menelepon—”“Apa?!” teriak Disya sangat kenecang sekali, memotong cepat penjelasan Devan. Memejamkan mata dengan bibir yang dikerucutkan sed
Baca selengkapnya
Chapter 43: Hari Sial - II (Losmen & Tangisan)
“Udah ngga papa, Pak. Tempatnya bersih kok—” jelas Disya ketika melihat Devan tidak juga melangkah masuk ke dalam kamar, hanya berdiri dengan pandangan mengedar menatap sekeliling dengan ekspresi tidak suka.“Pak Devan bakalan baik-baik aja kok, ayo masuk!” ajak Disya lagi.Devan beralih menatap Disya yang sudah melangkah duduk di pinggiran kasur, sibuk mengeluarkan handphone dan chargerannya dari dalam tas. Benar! Akan baik-baik saja karena Devan bersama Disya di sini. Melangkah masuk menghampiri Disya, Devan terus memperhatikan perempuan di depannya.“Pak Devan juga mau charger handphone kan?” tanya Disya mendongak menatap Devan, detik berikutnya memperhatikan kembali sekitar mencari stop kontak lainnya yang ada di kamar ini— “Stop kontaknya cuman satu ya?” tanya Disya karena tidak menemukan stop kontak lainnya, hanya ada satu menempel di dinding dekat meja nakas samping tempat tidur.“Handphone kamu saja dulu, biar bisa hubungi orang rumah, Alif juga pasti khawatir.”Ekspresi wajah
Baca selengkapnya
Chapter 44: Hari Sial - III (Losmen - Naya dan Samudra)
Membuka matanya perlahan sesaat setelah merubah posisi tidurnya karena merasakan cahaya masuk melalui celah jendela kamar. Mengerjap pelan, Disya bisa merasakan perih di kedua matanya, menghembuskan napas pelan sembari menarik selimut hingga ke leher.Menatap sekeliling kamar, hening dan sepi, tidak ada siapapun di kamar itu selain Disya. Tidak berpikir Devan meninggalkannya sendirian karena jas milik lelaki itu masih berada di atas bean bag. Matanya melirik ke arah jam dinding tua yang menempel di dinding, matanya membelalak terkejut, buru-buru menyibakkan selimut lalu turun dari kasur.“Ih Pak Devan kok ngga bangunin, sih?” cerocos Disya karena kini jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Mondar-mandir sambil menggaruk kepalanya, Disya bingung apa yang harus ia lakukan—handphone—Disya menatap handphonenya yang berada di atas atas nakas, charger masih menempel, yang artinya handphonenya sedang diisi daya.Seratus persen, daya baterainya sudah penuh—sudah pasti Devan yang melakukan
Baca selengkapnya
Chapter 45: Bukan Kesialan Tetapi Keberuntungan
Berhenti berdebat di depan meja resepsionis ketika seorang lelaki tua datang dengan membawa dua mangkuk bubur ayam pesanan Samudra sebelumnya. Jangan kira perdebatan mereka berhenti begitu saja—perdebatan itu dilanjut saat keempatnya masuk ke dalam salah satu kamar yang ditempati Samudra dan Naya semalaman.Disya menjelaskan keseluruhan cerita tentang bagaimana pada akhirnya ia dan Devan bisa bermalam di tempat ini—tidak ada kebohongan sedikitpun, diawali ketika keduanya yang menghadiri acara pertemuan para wali murid di sekolah Kai, dilanjut mengunjungi resto milik salah satu wali murid untuk dinner, saat di perjalan pulang mereka harus menggunakan maps untuk petunjuk jalan karena ada perbaikan jalan di beberapa jalanan yang akan mereka lalui, dan berujung terjebak di tempat ini karena ada masalah dengan mobil yang dikendari keduanya.Melingkarkan tangannya di lengan Samudra. “Abang... Disya beneran jelasin yang sebenarnya kok,” kata Disya kembali meyakinkan, ketika Samudra masih men
Baca selengkapnya
Chapter 46: Kecelakaan
Melangkahkan kakinya dengan tergesa di lorong rumah sakit, manik matanya dengan teliti mencari nama ruangan yang akan dikunjunginya. Karena langkahnya yang terburu-buru, perempuan itu bahkan sampai menabrak beberapa pekerja, maupun pengunjung di sana.‘Paviliun Amarta’Disya menemukan ruangan yang sedang dicarinya—tanpa banyak berpikir ia langsung membuka pintu di depannya bahkan tidak mengetuk terlebih dahulu. Membuat beberapa orang yang ada di dalam langsung menatap ke arahnya.“Hah... hah...,” Menghembuskan napas panjang karena bagaimanapun ia sampai di ruangan ini dengan tergesa, juga jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya karena rasa khawatir—tetapi tunggu—“Dio!” Perempuan itu ingin berteriak memanggil nama salah satu temannya, tetapi masih ia coba tahan karena mengingat ini adalah rumah sakit, walaupun begitu Disya sudah melotot kesal, tangannya mengepal ketika melihat lelaki itu sedang asyik menyantap pizza bersama dengan teman-teman yang lain—termasuk Alif—lelaki
Baca selengkapnya
Chapter 47: Pernikahan Samudra & Naya
“Disya?”Menggigit bagian bawah bibirnya sembari memejamkan matanya perlahan. Disya rasanya ingin menghilang ketika suara itu terdengar memanggil namanya—salah satu suara yang selama seharian ini coba ia hindari.“Kamu menghindari kami?”Membalikkan tubuhnya dengan pelan, Disya berusaha menampilkan senyum lebar ketika ia sudah menatap beberapa orang yang duduk di salah satu meja VVIP yang tersedia. “Oma Nia..,” sapa Disya mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan perempuan tua yang sedang duduk menatapnya dengan tatapan angkuh. “Disya dari pagi sibuk ngurus beberapa hal, jadi baru bisa nyapa sekarang, maaf ya Oma, Om, Tante..,” lanjutnya.“Mau taruhan ngga, pernikahan Samudra sama salah satu keluarga Ganendra hanya bertahan beberapa tahun?” tanya Angelina menatap keluarganya yang juga sedang duduk mengitari meja dengan senyum miring.“Dua tahun? Satu tahun?” Azura menebak.“Mending kalau nyampe tahunan, siapa tahu bertahan cuman beberapa bulan doang?” Vita—perempuan berambut
Baca selengkapnya
Chapter 48: Malam Cinta Terakhir
“You look so beatiful baby girl....”Tidak. Disya tidak bisa diperlakukan seperti ini, perempuan itu bisa merasakan hangat di kedua pipinya—sudah jelas pipinya pasti memerah karena ucapan mantan suaminya. Oh gosh! Sudah berapa lama pipinya tidak merasakan sensasi seperti ini?“Pak Devan mau dibawakan minum?” tanya Disya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.“...” Tidak menjawab, lelaki itu malah terus menatap manik mata Disya.Kembali mengalihkan pandangan. “Disya ambilkan minum dulu,” katanya yang sudah bersiap akan pergi, tetapi lengan kanannya dicekal oleh Devan, membulatkan matanya—tentu saja Disya dibuat terkejut dengan hal itu, dan berakhir mengurungkan niatnya untuk pergi. “Eum... butuh sesuatu yang lain, Pak?” tanya Disya lagi memastikan.“...” Lagi-lagi tidak ada jawaban. Disya malah mendapati tatapan Devan yang benar-benar tidak lepas dari maniknya, membuat detak jantungnya bergemuruh lebih cepat dari biasanya. Kan! Bagaimana bisa cepat move on, baru ditatap begitu saja ole
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status