All Chapters of Suara Suamiku di Kamar Pembantu : Chapter 41 - Chapter 50
66 Chapters
Bab 41 . Syarat dari Mika
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 41"Nggak! Enak aja. Orang itu memang fakta dan real kok. Mana ada settingan-settingan segala. Dasar!" Akhirnya mengalirlah cerita dari bibir Johan soal rencana pernikahan sang adik yang terancam batal, dan cerita perihal sangsi yang akan ia dapatkan di tempatnya bekerja. Namun, hati Mika sudah mengeras. Jika dulu ia akan melakukan apapun yang diminta oleh sang suami, namun sekarang tidak. Mika benar-benar tak sudi untuk melakukan apa yang mantan suami minta. "Itu urusan kamu, Mas. Pernikahan adikmu bukan menjadi urusanku, dan andai kamu dipecat dari pekerjaan sekali pun aku tak perduli."Mendengar ucapan Mika membuat gurat kekecewaan terpancar dengan jelas di kedua sorot manik hitam milik Johan. Seketika otak lelaki itu berputar. Mencari tawaran agar wanita yang ada di hadapannya itu mengabulkan apa yang ia minta. "Mika, andai kamu mau menuruti permintaanku. Aku pun aku melakukan hal yang sama pada kamu." "Apa?" "Proses perceraian akan ber
Read more
Bab 42. Pertemuan Kedua
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 42"Memang benar kata orang, jika dia mendapatkan sesuatu dengan cara mencuri. Pasti ia akan ketakutan dam khawatir berlebihan kalau miliknya akan dicuri oleh wanita lain." Mika tersenyum sinis. "Mika, kita belum selesai bicara loh." "Maaf, sudah lebih dari 10 menit. Datanglah kembali setelah kamu memberikan keputusan mengenai syarat dariku. Ok!" "Tapi, Mika. Tak bisakah kita bicarakan dan negoisasi?" "Maaf, nggak bisa. Aku mau pergi dulu. Bye!" "Semoga saja dia mau, lumayan 500 juta untuk tabungan masa depan Nando. Hihi," batin wanita itu. Setelah selesai berucap, Mika melangkah pergi dengan mendorong kereta bayi, meninggalkan Johan yang berdiri mematung menatap kepergiannya. Hingga pada akhirnya, punggung Mika tak terlihat lagi setelah melewati pagar pembatas rumahnya. Johan mendengkus. Ia mengacak rambut dengan kasar. Sungguh, dada lelaki itu tengah bergemuruh. "Argh!" Johan akhirnya melangkah menuju ke arah mobilnya yang terparkir. Ia
Read more
Bab 43. Sandiwara Murahan
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 43Wanita paruh baya bercelana kulot dengan baju tunik dengan warna senada melangkah keluar rumah. Ia mendekati seorang tukang ojek yang sejak lima belas menit lalu menunggunya di depan rumah. "Lama banget sih, Bu? Waktu itu sangat berharga loh, Bu," sungut tukang ojek itu saat Bu Susan sudah dekat dengannya. Tangan tukang ojek itu mengulurkan sebuah helm. "Halah, nunggu bentar saja kok gitu amat! Kalau nggak aku pakai, belum tentu juga udah dapat orderan!" Bu Susan tak kalah bersungut-sungut. Tukang ojek itu tak menjawab, hanya suara dengkusan yang keluar darinya. Ia pun bergegas menyerahkan helem kepada penumpangnya. Dan, dengan kasar Bu Susan mengambilnya lalu memakaikan benda itu di kepalanya. Tak menunggu lama untuk kendaraan roda dua itu mulai melaju dan membelah jalan raya. Untuk sampai ke rumah Sang mantan menantu, Bu Susan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan mengendarai sepeda motor. Puluhan menit kemudian kendaraan yang di
Read more
Bab 44. Sikap Manis Dari Johan
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 44Suara Bu Susan terdengar begitu lantang. Mika hanya meresponnya dengan senyuman. Satu kata pun tak keluar. Berikutnya, Bu Susan melangkah keluar. Brug!Ditendangnya satu pot yang berisi bunga yang ada di teras rumah Mika hingga terjatuh dan tanahnya berceceran. Mika melangkah keluar, menatap kepergian mantan ibu mertuanya sembari menggelengkan kepala. "Bisa-bisanya bersandiwara. Ck!"Selanjutnya, Mika membernarkan letak pot bunganya. Lalu ia pun melangkah masuk. Setelah pintu rumah ia tutup dan kunci, dengan setengah berlari ia menuju kamar. Sebab suara sang anak yang tiba-tiba terdengar menangis. "Pulang!" seru Bu Susan begitu ia menghampiri kembali tukang ojek yang ia minta untuk menunggu. "Ke rumah yang tadi, Bu?" "Yaiyalah! Gimana sih?! Kau pikir aku akan pindah di kuburan?!" "Astaghfirullah, Bu. Hati-hati bicaranya. Nan
Read more
Bab 45. Memalukan!
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 45"Ada yang ingin aku bicarakan, tapi nanti saja, kita makan dulu. Aku sangatlah lapar." Sisilia mengangguk. Setelahnya, keduanya pun saling berbincang. Hingga tak berselang lama, datanglah seorang pelayan membawakan makanan yang telah Johan pesan. "Silakan dinikmati ...." Pelayan tersebut memindahkan satu per satu makanan berikut juga minumannya dari nampan ke meja yang ada di depan Johan."Makasih ya, Mas." "Sama-sama." Pelayan pun pergi meninggalkan keduanya. Kini, sepasang kekasih gelap itu pun mulai menikmati hidangannya masing-masing. Hingga akhirnya Johan mendekatkan satu suapan makanannya ke bibir Sisilia.Mendapati perlakuan seperti itu, pandangan Sisilia pun beralih pada wajah Johan. Dan lelaki itu memberikan isyarat berupa anggukan. Gegas, wanita itu membuka bibirnya lalu satu suapan makanan dari Johan mendarat ke dalam mulutnya.
Read more
Bab 46. Menemui Istri Johan
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 46"Kamu dari mana, Mas, kok baru pulang langsung pergi lagi? Mana nggak nungguin aku dulu. Oh ya, tadi aku telepon nomor yang terakhir kamu hubungi, tapi dia nggak angkat. Apa kamu bertemu dengan Agil?" Ya, di ponsel Johan, nama Sisilia ditulis dengan nama Agil. Nama yang dimiliki oleh seorang lelaki. "Tadi ketemu sama Agil, ada yang penting. Buru-buru, jadi nggak bisa nungguin kamu," ucap Johan. "Yaudah gapapa, tapi lain kali kalau keluar bawa ponsel. Biar nggak kebingungan.""Iya, Sayang."****Jarum jam di dinding menunjukkan pukul 3 sore. Sepasang ibu dan anak itu kini berada di teras rumah. Nando yang didudukkan pada kursi bayi, sedangkan Mika berjongkok di hadapan putra semata wayangnya. "Makan yang banyak, Sayang. Biar sehat dan tumbuh kuat," ucap Mika sembari menyuapi sang buah hati. Sebuah mobil brio berwarna putih berhenti di bahu tepat di de
Read more
Bab 47. Kirim 3 preman!
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 47Hari terus berganti dengan hari, tujuh hari sudah berlalu setelah seorang wanita bernama Sisilia mendatangi kediaman Mika. Dan, selama itu pula Johan terasa begitu tertekan. Bagaimana tidak? Di tempatnya ia bekerja, ia menjadi bahan ledekan. Bahkan, pegawai-pegawai yang jabatan berada di bawahnya pun seolah-olah turut menatap Johan dengan sorot mata hina. "Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi kerja di sana." Kedua telapak tangan Johan menangkup pada wajahnya, saat lelaki itu tengah terduduk di tepi ranjang bersama sang istri."Soal video kemarin selalu dijadikan lelucon oleh mereka. Bahkan, Direktur perusahaan tadi pagi memberikan keputusan kalau jabatanku diturunkan. Malu lah aku!" gerutu Johan. Sebab, bagaimana pun juga, selama ini jabatan yang menjadi seorang supervisor lah yang selalu ia bangga-banggakan. Lalu, apa kata mereka jika tiba-tiba saja dirinya bergabung dengan karyawan biasa? Begitulah
Read more
Bab 48. Hinaan Bu Susan
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 39Jalan di komplek Dirgantara Mentari terlihat begitu lengang. Tiang-tiang lampu berdiri di setiap 15 meter di tepian jalan. Cahaya rembulan tak bersinar seperti malam-malam sebelumnya, sebab mendung mulai bergelayut manja. Hingga tak ada satu pun bintang yang menemani rembulan malam ini. Rombongan para ibu-ibu majelis komplek Dirgantara Mentari tergopoh-gopoh menyusuri jalan raya. Tak terkecuali Bu Susan, bahkan ia harus menaikkan gamis yang ia pakai hingga sebatas lutut. Tentu agar langkahnya tak terkendala dengan gamis yang ia pakai. Rintik hujan mulai membasahi bumi, Bu Susan semakin mempercepat langkah kakinya. Hingga tak berselang lama, sampailah wanita paruh baya itu di depan kediamannya.Sejenak langkah Bu Susan terhenti, sebab kepulangannya bersamaan dengan kendaraan milik sang putra keluar dari halaman. "Mau kemana itu Johan malam-malam begini keluar," lirih Bu Susan.Gegas i
Read more
Bab 49. Menjual Perhiasan Palsu!
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 49"Sesuai aplikasi, Neng?" tanya Tukang ojek online yang menerima orderan Mona. "Iya, Bang." Mona mengambil alih helem yang diberikan oleh tukang ojek. Dan setelah helm tersebut bertengger di kepala, ia bergegas naik di boncengan. Hingga tak berselang lama, kendaraan matic itu mulai bergerak melesat membelah jalan raya. Butuh waktu 20 menit untuk Mona sampai di toko emas tempat ia akan menjual beberapa perhiasan miliknya. "Mbak, saya mau jual ini." Mona menyerahkan beberapa macam perhiasan berikut juga dengan surat-suratnya. "Baik, Mbak. Mohon tunggu sebentar," ucap seorang wanita berusia 45 tahun yang merupakan pemilik toko tersebut. Wanita itu mengambil emas-emas yang diberikan oleh Mona. Dan, yang pertama kali diambil olehnya adalah sebuah liontin.Kening wanita itu berkerut. Tak lama kemudian, ia letakkan liontin lalu berganti mengambil perhiasan yang lainnya.
Read more
Bab 50. Pencuri!
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTU PART 41"Gimana sih, Mas, kok toko itu juga bilang kalau emas ini palsu? Sengaja ya kamu kasih aku barang palsu?!" seru Mona. Wanita itu melangkah dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak, ia mendatangi toko emas dimana dulu Johan membeli perhiasan tersebut, namun pihak toko mengatakan jika emas yang hendak dijual itu palsu. "Sumpah, Sayang. Demi Allah, aku nggak kasih kamu barang palsu. Semua asli. Kamu lihat sendiri kan kalau surat-suratnya asli." Johan mensejajari langkah Mona."Surat mah bisa dibuat, Mas! Bisa saja kan kamu pakai surat perhiasan milik istri kamu lalu kamu pesan barang palsu kayak gini!" rutuk Mona. Tiba-tiba saja langkah Mona terhenti, membuat Johan turut menghentikan langkahnya."Keterlaluan kamu, Mas!" Mona melemparkan emas-emas palsu yang ada di tangannya mengenai dada Johan. Sejatinya, lelaki itu juga merasa bingung. Sebab ia masih ingat betul kapan dan dimana ia membelikan perhiasan itu untuk Mona. Johan membungkuk, mengamb
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status