Suara Suamiku di Kamar Pembantu

Suara Suamiku di Kamar Pembantu

By:  Author Remahan  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings
66Chapters
33.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sayup-sayup suara desahan yang berasal dari kamar art sampai di telinga Mika. Usut punya usut, ternyata sang suami telah berkhianat. Apa yang akan dilakukan oleh Mika selanjutnya? Bagaimana Mika akan menyikapinya?

View More
Suara Suamiku di Kamar Pembantu Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Mrs. A
Kayaknya ceritanya tergantung deh..
2024-02-04 19:00:47
0
user avatar
Sulastri Triani
baru baca semoga tambah seruh ya tkor
2024-01-25 18:46:31
0
user avatar
Enny Setyani Inne
Thor kemana ini ga ada lanjutan nya??
2023-04-13 12:48:04
0
user avatar
Agus Irawan
hai kak Mampir juga ke Novelku. judul. Kembang Desa Sang Miliarder pena Agus Irawan
2023-02-25 03:12:29
0
user avatar
Heldina Togatorop Dina
lanjut thor
2023-02-14 19:31:01
1
66 Chapters
Bab 1. Suara Desahan
Suara derit pintu terdengar seiring daun pintu yang terbuka, membuatku menoleh ke arah sumber suara. Sedetik kemudian terlihatlah sosok lelaki tampan bertubuh tegap, dengan kumis tipis dan berahang tegas. Lelaki itu tersenyum lalu melangkah mendekatiku yang sedang duduk di tepi ranjang. Langkahnya terhenti lalu mendaratkan tubuhnya di sampingku."Jagoan Papa udah bobok ya ternyata. Padahal mau Papa ajak nonton bola," ucap Mas Pandu seraya mengelus pipi Daffa. "Tadi bangun sebentar, aku kasih ASI terus dia tidur lagi, Mas," jawabku setengah berbisik. Aku beringsut dari ranjang dengan gerakan pelan, tak ingin mengganggu Daffa yang sedang tertidur nyaman. "Mau ditaruh box?" "Iya, Mas.""Sini, biar Mas bantu." Mas Pandu mengambil alih Daffa dari gendonganku. Dengan pelan, ia membawa Daffa lalu meletakkannya di box bayi.Kembali kurebahkan tubuhku dengan punggung bersandar di kepala ranjang. Mas Pandu kembali mendekatiku lalu duduk tepat di sampingku. Terdengar ia menghembuskan napas pa
Read more
Bab 2. Kain Segitiga
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTU PART 2Gegas aku meraih gagang pintu lalu menekannya ke bawah berkali-kali, namun pintu tak kunjung terbuka."Pintu terkunci!" geramku. Kuremas jemariku, berharap mampu sedikit saja memberikan ketenangan lalu aku bisa berpikir dengan jernih. Kutempelkan lagi gendang telinga pada daun pintu, tapi sudah tak terdengar lagi suara dari dalama sana. Padahal aku tadi sempat menangkap suara des ahan yang saling bersahut-sahutan.Karena tak kunjung mendapatkan ide, akhirnya aku memilih ....Brak! Kutendang kuat-kuat pintu kamar, namun masih tertutup dengan sempurna. Brak!Brak!"Mona! Buka pintunya!"Brak!Brak!Brak!Aku terus menggebrak daun pintu dengan begitu kerasnya, tak kupedulikan rasa panas yang menjalar di area telapak tanganku. "Mona! Buka pintunya!" Suara seseorang berusaha memutar anak kunci terdengar, hingga sepersekian detik kemudian sosok wanita yang tengah mengenakan pakaian tidur dengan rambut digelung ke atas berdiri di hadapanku. "Ada
Read more
Bab 3. Ancaman secara halus
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPart 3"Masih banyak kerjaan, Mon?" Mendengar pertanyaan Mika, lantas membuat gerakan tangan Mona yang tengah membersihkan guci terhenti. Wanita itu menoleh ke arah Mika. "Enggak, Bu. Sudah hampir selesai. Tinggal bersih-bersih ini saja."Mika mengangguk. Wanita berusia 30 tahun itu menatap fokus ke arah ponsel yang ada di tangannya. "Lihat apa sih, Bu, sepertinya kok serius banget," tanya Mona. "Ini loh, Mon, yang lagi viral. Sini deh," titah Mika. Mona mengangguk, setelahnya wanita muda itu melangkah mendekat ke arah sang majikan. Lalu, ia mendudukkan bokongnya di samping Mika yang masih terfokus pada layar ponsel. "Apa sih, Bu? Mona kok jadi kepo. Memang apa yang viral? Wah sepertinya Mona ketinggalan berita." Ya, meskipun Mika adalah seorang majikan, lantas tidak membuat Mika bersikap semena-mena. Ia tak merasa jijik jika duduk bersebelahan dengan sang art, dan ia pun selalu mengajak makan dalam satu meja. "Lihat ini deh, masa iya sih sudah
Read more
Bab 4. Rencana Pertama Mika
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 4Mika terduduk di tepi ranjang, memikirkan segenap rencana yang akan ia lakukan. Rencana untuk menguak suatu kebenaran. Sebenarnya Mika sudah yakin jika sang suami memiliki hubungan lebih dengan Mona, namun Mika tak memiliki bukti. Tak mungkin jika Mika langsung menuduh mereka begitu saja. Dan satu lagi, Mika penasaran bagaimana bisa sang suami keluar sedangkan dirinya jelas sangat yakin jika malam itu Johan ada di dalam kamar Mona. "Sepertinya aku harus memasang cctv. Tapi tidak mungkin aku memasangnya saat Mona ada di rumah," lirih Mika sembari sesekali melirik ke arah Nando yang tengah tertidur pulas. Tok!Tok!Tok!Suara ketukan pintu membuat Mika menoleh ke arah sumber suara. "Bu, ini saya Mona." "Masuklah," titah Mika. Hingga tak berselang lama derit pintu terdengar seiring daun pintu yang mulai terbuka.Terlihat Mona berjalan mendekat ke arahnya setelah menutup kembali pintu kamar. "Ada apa, Mon?" "Bu, apa boleh saya keluar sebentar
Read more
Bab 5. Wujud Asli sang Art
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPart 5Satu minggu telah berlalu. Sejauh ini Mika tak mendapatkan satu bukti apapun yang menyatakan ada perselingkuhan di antara mereka. "Apa mereka melakukan pertemuan di luar ya?" lirih Mika menerka-nerka."Sepertinya iya, setelah malam itu Mona sering sekali berpamitan pergi keluar. Apalagi kepulangan Mas Johan dengan Mona hanya selisih hitungan menit." Diam-diam, Mika mengamati mereka. Mika pun kembali memutar otak, mencari cara yang tepat untuk menjebak sang suami dan asisten rumah tangganya. Mika sudah berusaha mencari bukti di ponsel, namun nihil. Ia tak mendapati apapun. DretDretPonsel yang ada di atas nakas bergetar. Ada panggilan masuk. Gegas Mika meraih ponselnya. Bibir wanita itu mengulas senyum saat melihat nomor sang sahabat terpampang sebagai pemanggilnya. "Assalamualaikum, Sa." Mika mengucapkan salam begitu panggilan dari Elisa terhubung. "Waalaikumsalam, Mik. Bagaimana?" "Apanya?""Ya itu, yang kemarin. Apa kamu sudah mendapat
Read more
Bab 6. Rencana Mika
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUBAB 6"Pantas saja jika Mas Johan tertarik, pakaian Mona saja seperti itu. Benar-benar cocok! Mas Johan seperti sampah dan Mona adalah penampungnya." Mika tersenyum sinis."Ternyata seleramu begitu menjijikkan, Mas," lirih Mika. Selanjutnya, wanita itu menutup aplikasi rekaman cctv lalu kembali merebahkan tubuhnya. Akan tetapi, tiba-tiba saja dia teringat perihal ucapan Elisa yang menyangkut perjanjian pernikahan. Mika bangkit dari ranjang, setelahnya ia berjalan keluar dan langsung menuju ke ruang kerja sang suami yang letaknya persis di samping kamar mereka. Mika bergegas masuk, tak lupa ia mengunci pintu ruangan kerja sang suami. Lalu, ia pun melangkah dan mendudukkan bokongnya di kursi yang didepannya telah tersedia meja kerja berikut dengan komputer dan alat printer.Cepat, Mika mengetikkan huruf demi huruf hingga terangkai menjadi kalimat. "Bismillah, semoga saja rencanaku berhasil," lirih Mika sembari menatap layar komputer. Mika kembali memb
Read more
Bab 7. Kelicikan Mereka
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTU PART 7Mika melangkah, sesampainya di kamar, wanita itu gegas mendudukkan bokong di tepi ranjang setelah mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya. Sejenak Mika memandangi wajah sang bayi, dan seketika saja dada wanita itu terasa begitu sesak. Tangan Mika terulur, mengusap lembut kepala sang anak dengan perasaan hancur. "Maafkan Mama ya, Nak, jika setelah ini kamu akan tumbuh tanpa kehadiran sosok Papa. Tapi Mama janji, kamu tidak akan merasa kekurangan kasih sayang. Mama akan menjadi Mama sekaligus Papa untuk kamu." Mika berucap lirih, tanpa sadar kedua kelopak matanya mulai berkaca-kaca seiring rasa sesak yang kian mendera.Ah, air mata memang tidak bisa menyembunyikan sedalam apa rasa sakit yang dirasa. Mika menghela napas dalam-dalam, setelahnya ia mengusap matanya dengan jemarinya–menghalau air mata agar tak luruh begitu saja. Lagi, Mika meraup udara dalam-dalam lalu tersenyum. Meyakinkan diri jika semua akan baik-baik saja. Mika bergegas m
Read more
Bab 8. Sindiran untuk Mereka
"Sayang ... Sayang." Johan mencoba memanggil-manggil sang istri yang tengah tertidur. Johan ingin memastikan, apakah obat itu sudah benar-benar bereaksi. "Sayang, Nando minta nenen loh." Johan kembali berucap, dan lagi-lagi tak ada sahutan dari Mika. Tak merasa yakin, Johan menepuk-nepuk pelan pipi Mika. Johan tersenyum bahagia. Perlahan ia menuruni ranjang lalu melangkah secara mengendap-endap menuju pintu kamar. Sebelum Johan berlalu pergi, lelaki itu menyempatkan menoleh ke arah sang istri. Johan melanjutkan langkahnya saat melihat dua manusia beda generasi telah tertidur pulas di atas ranjang. Kali ini langkah Johan begitu tenang menuju kamar Mona. Tanpa mengetuk pintu, Johan langsung meraih gagangnya lalu membuka pintu begitu saja. "Hai, Sayang ...." Mona yang sudah mengenakan pakaian andalannya yaitu lingerie berwarna merah maroon langsung menoleh ke arah sang suami. Penampilannya begitu membuat hasrat Johan naik. Bahkan lelaki itu sampai menelan salivanya dengan susah pa
Read more
Bab 9. Obat Untuk Mereka
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 9Mendengar kalimat demi kalimat yang meluncur dari bibir Mika, membuat jantung Mona dan Johan berdegup kencang. Dua manusia tak berhati itu pun tak lagi bisa menyembunyikan kegugupannya, bahkan mereka terlihat salah tingkah. Dan pemandangan itu tertangkap di kedua iris hitam milik Mika. Mona akhirnya lebih memilih untuk beranjak dari tempat duduknya, dengan tergesa-gesa ia melangkah menuju kamar."Mas berangkat dulu ya, Sayang. Udah siang," ucap Johan sembari melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Belum Mika menjawabnya, Johan langsung beranjak dari kursi–mengulurkan tangan ke arah Mika–lalu melangkah pergi setelah sang istri mencium punggung tangannya."Mas, tunggu!" Kembali dada Joha berdebar-debar.Langkah lelaki itu terhenti lalu dengan ragu memutar tubuh, dan terlihatlah sang istri yang melangkah ke arahnya dengan memasang wajah datar. "A–ada apa, Sayang?" Tergugup Johan bertanya. "Aku nanti mau pergi sama Elisa loh,
Read more
Bab 10. Rencana Besar!
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTU PART 10"Sudah? Dapat?" tanya Elisa begitu Mika telah mendudukkan bokong di kursi yang ada di sebelahnya. "Sudah," ucap Mika. Wanita itu lantas menunjukkan dua jenis obat ke hadapan Elisa, membuat wanita beranak dua itu pun mengerutkan kening, menatap ke arah dua obat itu secara bergantian. "Lah, ngapain kamu beli obat itu?" tanya Elisa. Mika menyeringai sembari menaik turunkan kedua alisnya. Wajah Elisa yang semula terheran-heran, kini berganti ekspresi dengan tertawa lirih sembari menggelengkan kepalanya. Dan akhirnya, kini Mika lah yang berganti menatap heran ke arah sang sahabat. "Kamu masih mau gituan sama suamimu?" Mika terperangah begitu mendengar pertanyaan dari Elisa. Sejenak wanita itu terdiam, memikirkan maksud dari kalimat yang diucapkan oleh Elisa, hingga akhirnya Mika pun sadar pemikiran apa yang ada di kepala wanita itu. Mika menepuk paha Elisa sembari berseru, "Dih, ngaco sekali pikiran anda, Bestie." Ucapan Mika membuat bibir Elis
Read more
DMCA.com Protection Status