“Zia, buka pintunya!” teriak Faruq lagi sambil mengetuk pintu. Di dalam, Zia menulikan telinga. Hanya menangis dan menangis saja yang bisa dilakukan.“Mas Faruq.” Suara Latifa terdengar parau.“Pulang! Tunggu saya di rumahmu. Kita selesaikan apa yang harusnya saya selesaikan dari dulu,” desis Faruq, masih membelakangi.“Ta-tapi, Mas. Tadi Mas salah–““Pergi saya bilang!” bentak pria bercelana jin tersebut.“Ingat, tunggu saya di rumahmu. Kalau sampai kamu tidak ada di rumah, saya akan laporkan kamu ke polisi karena telah mengganggu ketenteraman Zia.” Faruq sama sekali tidak melihat wajah Latifa. Ia benar-benar muak.Latifa menangis, lalu mengangguk. Dengan langkah pelan, ia berjalan meninggalkan kos-kosan Zia. Barulah Faruq memutar tubuh menghadap orang-orang.“Pak, Bu, Mas, Mbak. Semua yang dibilang wanita barusan itu salah besar. Zia tidak pernah melakukan hal buruk. Zia wanita terjaga, mulia, dan karena itulah banyak fitnah diterima. Saya sebagai saksi, Zia wanita baik-baik. Jadi,
Last Updated : 2023-05-21 Read more