Sepiring Talak di Pagi Hari

Sepiring Talak di Pagi Hari

Oleh:  Zuya  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
12 Peringkat
131Bab
41.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Talak dijatuhkan Satria kepada Nilna saat memergoki sang istri tengah berada di sebuah kamar hotel dalam keadaan polos tanpa busana. Satria menganggap Nilna telah berzina di belakangnya. Sementara Nilna sendiri tidak tahu dan tidak sadar ketika ada seseorang yang mungkin telah menjamah tubuhnya. Dalam kondisi terusir dan menjanda, Nilna hamil. Berbagai cara dilakukan agar janin yang ada di rahimnya luruh. Namun, semua itu tidak berpengaruh apa-apa. Sang anak terlalu kuat dan terlahir sangat sehat. Jatuh bangun Nilna bertahan hidup. Apakah ia bisa mengecap bahagia?

Lihat lebih banyak
Sepiring Talak di Pagi Hari Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Me Nana
ceeitanya seru ya ampun... 1juta bintang bt ceritanya. aku suka aku suka ..
2023-10-02 15:45:37
1
user avatar
Earlyn
ceritanya ... ...
2023-10-02 08:55:51
1
user avatar
pesona senja
ceritanya menarik
2023-05-13 08:42:23
1
user avatar
Yosi Hanr
Baru baca bab awal sudah membuat penasaran ...
2023-03-20 20:45:20
2
user avatar
nani herlina
terus berkarya
2023-03-17 22:28:56
2
user avatar
Zudia
good. lanjutkan
2023-03-16 21:35:14
2
user avatar
SMY OFFICIAL
semangat kak, otw baca lah
2023-03-16 10:12:10
1
user avatar
Azitung
Sedih banget hidup si Nilna
2023-03-10 22:57:47
1
user avatar
Astika Buana
lanjut, Kak
2023-03-10 20:18:44
1
user avatar
Zudia
ceritanya bikin greget
2023-03-08 19:36:18
1
user avatar
Jaka Umbaren
menyedihkan
2023-03-08 18:13:57
3
user avatar
Wildatuz Zaqiyyah
semangat update, Akak...........
2023-03-02 11:27:06
1
131 Bab
Bab 1. Awal Mula Petaka
“Bangun, Perempuan Pendosa!”Suatu pagi, Nilna terperanjat saat tubuhnya diguncang dengan kasar disertai bentakan keras.“Bangun aku bilang!” Suara itu kembali terdengar.Nilna yang awalnya masih terlelap, mencoba membuka mata. Saat sedikit cahaya mulai menyapa indra penglihatan, ia lebih terkejut lagi. Sang suami, mertua, dan adik iparnya berjejer, menatap dengan pandangan tajam. Sementara kepalanya terasa nyeri luar biasa.“Katakan dengan siapa kamu tidur semalam!” bentak Satria, sang suami.Ruh Nilna belum sepenuhnya terkumpul. Ia tergesa-gesa bangun, tetapi baru menyadari tubuhnya hanya berbungkus selimut. Ia pun kembali berusaha membenahi letak selimut yang sempat sedikit tersingkap.“A-apa maksudmu, Bang?” Terbata-bata Nilna mengucapkannya.“Kenapa kamu bisa ada di hotel ini? Jawab!”“Ho-hotel? A-aku nggak tahu.” Mata Nilna mencoba menyapu pandangan ke sekitar. Sebuah ruangan yang sangat asing baginya.“Nggak tahu kamu bilang? Hah! Kamu telah berzina! Kamu selingkuh! Katakan den
Baca selengkapnya
Bab 2. Semua Menutupi
"Pemesan atas nama Nilna Fauziah.” Resepsionis menjawab.“Apa! Tapi saya nggak ngerasa pesan kamar di sini.” Nilna benar-benar bingung. Pelaku fitnah begitu lihai bermain dengan menggunakan namanya sebagai pemesan kamar.“Tapi itu kenyataannya, Bu.”“Lalu siapa yang datang bersama saya ke sini? Maksudnya, saya merasa tidak pernah memesan kamar di sini.” Nilna kembali buka suara.“Kalau masalah itu, saya tidak tahu, Bu. Mungkin rekan saya yang tahu. Saya baru gantian sif.”“Di sini ada CCTV, kan? Bisa minta tolong tunjukkan saya rekamannya? Saya sangat butuh ini karena menyangkut hidup saya.” Nilna kembali memohon.“Maaf, kalau bukan untuk kepentingan penyidikan polisi atau hal mendesak, kami tidak bisa mengumbar rekaman CCTV seenaknya. Ini demi menjaga privasi penghuni kamar.”“Tapi saya difitnah, Mbak. Untuk membersihkan nama saya dari fitnah, saya butuh beberapa bukti. Hanya sedikit yang saya butuhkan. Siapa yang membawa ke sini. Itu saja.” Suara Nilna bergetar. Ia benar-benar lelah
Baca selengkapnya
Bab 3. Pernikahan Paksa
"Hai, Wanita Buruk Rupa. Saya dengar dari suamimu, kamu habis ke-grep, ya. Kasihan. Baguslah, itu berarti saya bisa lekas menggantikan posisimu.”Nilna tahu betul siapa wanita yang kini ada di hadapannya. Dialah Rosa, kekasih Satria. Keduanya bahkan tidak segan dan sering menunjukkan kemesraan di depan Nilna. Entah itu secara langsung atau via telepon.Rosa mengetuk-ngetukkan jari di meja depan Nilna. Sementara seperti biasa, Nilna hanya menunjukkan wajah tenang.“Kenapa diam? Ngerasa malu? Etapi, masih punya nyali juga kerja di sini,” ujar Rosa sambil tersenyum buaya.Nilna ikut tersenyum meski batinnya berdenyut manyun. “Cepat sekali, ya, beritanya menyebar. Heran. Pasti kamu puas banget.”“Jelas. Jadi, saya tidak perlu bersusah-susah memutar otak, mengotori tangan saya demi memisahkan kalian. Nggak nyangka, kelihatannya alim, berkerudung, ternyata kelakuannya busuk. Digrebek pula sama semua keluarga. Malu nggak, tuh? Atau jangan-jangan kerudungmu cuma buat tutup aja? Padahal lehern
Baca selengkapnya
Bab 4. Haus Kasih Sayang?
"Keluar dari rumahku! Kamu bukan lagi istriku, tapi kenapa masih di sini, hah!”“Gi-gimana keadaan Ibu, Bang? Tadi aku udah beresin barang Ibu yang mau dibawa.” Terbata-bata Nilna mengucapkannya saat sang suami kian merapatkan tubuh kepadanya.Satria mendekat, sedangkan Nilna bergerak mundur. Tatapan tajam Satria beradu dengan pandangan sendu Nilna. Keduanya berhenti saat tubuh Nilna terantuk tembok. Satria mengurungnya dengan kedua tangan.“Masih berani kamu tanya kondisi ibu?” Satria bertanya lirih, tetapi penuh penekanan.“A-aku salah apa lagi?”“Ibu kena stroke dan ini gara-gara kamu, Nilna! Dia pasti kepikiran dengan kelakuan busukmu tadi pagi!”“Bang, berkali-kali aku bilang demi Allah aku enggak ngelakuin apa-apa. Aku nggak sadar.”“Lantas kenapa kamu bisa ada di hotel!”“Kalau pertanyaannya dibalik. Kenapa Abang bisa tahu aku ada di hotel!”“Kamu masih bisa tanya? Hah! Lawak. Ada seorang pria yang menghubungiku dengan ponselmu! Dan apa katanya? Dia mengakui semua kalau kalian
Baca selengkapnya
Bab 5. Menjenguk Maya
“Luar biasa kalian. Kalau mau me*sum, minimal sewa hotel, jangan di rumah sakit! Nggak malu kalau tiba-tiba ada perawat masuk!” Nilna kembali berteriak.Mati-matian Nilna tetap menguatkan diri untuk masuk ke kamar Maya. Ia berusaha mengabaikan dua manusia yang mungkin saat ini sedang kehilangan kewarasan. Mereka menunggu orang sakit, tetapi justru tertawa dan ber*cumbu mesra dengan Rosa ada di pangkuan Satria.Saat melihat kedatangan Nilna, Satria menoleh dan melepaskan diri dari Rosa. Nilna tidak peduli meski tahu Satria menatapnya tajam. Ia berjalan menuju samping ranjang Maya, lalu mengelus tangan wanita paruh baya yang tengah terlelap itu lembut. Diletakkannya makanan yang dibawa ke nakas samping Maya terbaring.“Bilang aja kalau kamu cemburu?” Rosa berjalan menghampiri Nilna.Nilna hanya menoleh sambil tersenyum.“Aku bahkan sudah khatam melihat kemesraan kalian. Dan hatiku mungkin sudah mati rasa saat melihat kalian kayak gitu.”“Oh, kasihan sekali. Istri, tapi tidak pernah dise
Baca selengkapnya
Bab 6. Video Asusila
“Iyalah. Maksud Kakak apa nanya gitu?”“Kakak hanya curiga semua fitnah ini konspirasi dari abangmu. Tapi, ya, sudahlah. Mungkin hanya perasaan Kakak saja. Lalu, kenapa kamu dan Ibu ikut Bang Satria waktu itu?”“Kakak ini playing victim, ya. Udah tahu salah, masih aja melempar kesalahan ke Abang. Asal Kak Nilna tahu, aku sama ibu diajak Abang yang saat itu tergesa-gesa. Kami nggak tahu diajak ke mana karena Abang hanya diam saja saat ditanya. Ternyata diajak buat mergoki sendiri ulah menji*jikkan Kakak. Udah ah. Aku mau nemui Ibu.” Gadis yang masih duduk di bangku SMA itu melangkah, menjauhi Nilna.Baru beberapa langkah, tangan Samira dicekal Nilna. “Titip Ibu. Jaga beliau baik-baik. Kalau ada apa-apa, kabari Kakak.”“Basi, Kak. Tanpa Kakak bilang, aku dan Abang akan jaga Ibu. Kami sudah nggak butuh Kakak lagi, nggak butuh hubungi Kakak lagi.” Samira melepaskan kasar pergelangan tangannya dari cengkeraman Nilna.Nilna meremas tali tasnya untuk meredam panas hati yang tengah bergejolak
Baca selengkapnya
Bab 7. Kemelut Hati Nilna
Teriakan dari luar kamar kos-kosan diabaikan Nilna. Ia bersimpuh di lantai sambil menutup kedua telinga dengan ponsel masih di genggaman tangan kanan. Air mata wanita berwajah pucat itu terus berderai. Hingga akhirnya, suara di luar yang merupakan suara pemilik kos-kosan menghilang.Perlahan, ia merebahkan dirinya di lantai. “Apa ini yang dimaksud Bang Satria sanksi sosial? Tega sekali dia, Ya Allah.”Nilna terus terisak sambil mendekap dada dengan kedua tangan.“Aku lelah, ingin menyerah.”**Video dengan Nilna tokoh utamanya terus menyebar ke orang-orang terdekat Nilna. Mereka semua menggunjing dan mencemooh wanita itu seenaknya.Nilna pun terpaksa bercerita kepada Anggi tentang tragedi yang dulu pernah menimpa dan kenapa bisa ada video itu. Ia tidak ingin sang sahabat ikut menyalahkan dan mengucilkannya.“Aku ngerasa bo*doh dan kotor dalam satu waktu, Nggi. Sementara pelakunya bebas berkeliaran di luar sana,” ujar Nilna.“Usut ke hotelnya. Di sana ada CCTV.”“Udah dan aku nggak dii
Baca selengkapnya
Bab 8. Usaha Mengakhiri Hidup
Begitu dicek, hasilnya ... garis dua. Nilna terduduk lemas di lantai kamar mandi.“Ini nggak adil buatku! Ini sangat keja*m!” Nilna menutup telinga dengan kedua tangan seiring bisikan nakal setan terus-menerus seperti ditiup ke telinganya.Nilna memukuli perutnya dengan sangat kuat. Ia berharap noda di dalamnya bisa luruh.Setelah menangis cukup lama, Nilna benar-benar tidak kuat. Wanita itu berdiri mengambil gunting yang biasa digunakan untuk memotong sampo atau sabun. Dengan tangan gemetar dan mata terpejam, ia memutus urat nadi tangan kirinya. Tekanan hidup benar-benar membuatnya gelap mata.Tepat saat darah mulai keluar, hatinya mati rasa. Sudah tidak ada lagi tangis atau sekadar ucapan protes kepada Sang Maha Kuasa. Rasa sakit di pergelangan tangan sebisanya tidak dirasakan. Wanita itu juga masih sempat memasukkan hasil tes kehamilan ke saku baju.Matanya hanya menyorot kosong saat melihat darah menetes di lantai kamar mandi. Perlahan, pandangannya mengabur, kepalanya terasa berp
Baca selengkapnya
Bab 9. Sebuah Paket
“Sudah bangun?” tanya pria itu kembali sambil tersenyum.Sementara Nilna masih berusaha menormalkan kinerja jantung yang hampir lompat dari tempatnya.“Mas Lukman ngagetin aja. Sejak kapan ada di sini?” tanya Nilna.Lukman hanya tertawa menanggapinya. “Baru lima jaman. Ya, maaf kalau bikin kamu kaget.”Nilna mengamati jam dinding. Perasaan baru sejam yang lalu ia tertidur. Ia tahu Lukman bercanda.“Kenapa nggak dibangunin?”“Nggak tega. Pules banget kayaknya.”Pria itu mengambil sesuatu dari nakas. Setelah sebuah styrofoam sudah ada di tangan, ia mengangsurkan kepada Nilna setelah menata isinya. Ada nasi hangat dan cumi-cumi lada hitam yang terlihat menggugah selera.“Makasih.” Nilna menerimanya. Entah dari mana Lukman tahu kalau itu makanan favoritnya. Apalagi olahan tangan Lukman memang tidak diragukan lagi rasanya.“Makanlah. Entah sudah berapa abad kamu nggak makan sampai kurus kering begini.” Lukman mencoba bergurau.“Terakhir ketemu kamu sekitar sebulan yang lalu. Hampir saja ak
Baca selengkapnya
Bab 10. Benih Janin Tak Bertuan
Pria itu mendekat hendak menyiramkan sesuatu ke tubuh Nilna yang masih mengeluarkan isi lambung. Posisi Nilna membelakangi hingga tidak sadar ada bahaya yang mengintai.“Hey, mau apa kau!” Suara bentakan terdengar.“Nilna awas!” Suara Lukman terdengar melengking.Pria asing itu lalu berlari menjauh sebelum niatnya terealisasi.“Hey, tunggu! Jangan kabur!”Lukman hendak mengejar, tetapi urung karena melihat Nilna yang duduk terkulai. Wanita itu syok dan lemas. Wanita berhijab navy tersebut masih terus muntah sambil memegangi kepala yang kian terasa pusing.“Kamu kenapa bisa sampe kayak gini?” tanya Lukman.Nilna tidak bisa menjawab. Dalam keadaan biasa saja ia sering mual dan muntah, apalagi ketika mencium bangkai? Mual bertambah luar biasa.Lukman memberanikan diri masuk kamar kos-kosan untuk mencari air. Beruntung ada sebotol air mineral yang ada di atas meja tidak jauh dari pintu. Setelah barang yang didapat ada di tangan, Lukman kembali keluar. Betapa terkejutnya pria berkaus abu-a
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status