Semua Bab Alkisah Bunga Teratai : Bab 31 - Bab 40
156 Bab
31. Berhasil sampai di sini
Di bagian lapangan yang lebih jauh dari anggota lain, Rama yang memisahkan diri dari Mentari kini berada di bawah pohon. Lebih tepatnya berada di deretan pohon yang saling berdampingan sebelum membatasi hutan di bagian belakang. Dia tidak tahu apakah hutan di belakangnya merupakan hutan belantara yang tidak dilindungi atau sebaliknya, yang penting dia tahu tempatnya begitu rindang. Bisa juga digunakan untuk berteduh dari cahaya mentari sore. Tempat ini merupakan tempat terbaik baginya.Sebelum memulai latihan, terlebih dahulu dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Niatnya untuk mengamati situasi, namun dia terpana karena baru menyadari kalau lapangan ini jauh lebih luas dibandingkan perkiraan. Tidak heran juga dia sudah merasa letih saat perjalanan ke sini. Kakinya juga sudah merasa lelah, namun dia harus terbiasa.Setelah mengamati pemandangan di depan mata, dia baru ingin mengawali latihan. Terlebih dahulu dia memejamkan mata dan memusatkan semua pikiran ke satu t
Baca selengkapnya
32. Alasan untuk berdusta
Bertempat di halte yang menjadi awal dari kegiatan menjelang malam, ada tiga anggota Fantasy Club yang sedang duduk menunggu kedatangan bus Transjakarta―Alden, Devin dan Rama. Bus yang dijadwalkan akan berhenti sebentar lagi di pemberhentian menjadi penentu arah yang akan dituju pulang dari pertemuan pada sore ini. Ada beberapa warga juga yang ikut menunggu bersama mereka dan duduk di tempat yang sama, satu barisan.Selagi menunggu, mereka sedang asyik membahas tentang rencana pada malam ini. Lebih tepatnya antara Rama dan Devin saja, karena pada kenyataan Alden sama sekali tidak menyimak pembicaraan. Pandangannya sejak tadi fokus ke ponsel di tangan. Jari jemarinya mengetik sesuatu di atas layar. Dari sudut pandangnya saja, dia tidak bisa menangkap kesimpulan dari pembicaraan mereka karena sudah buyar di dalam kepala.Kala mengutak-atik layar peranti pipih tersebut, sudut bibirnya terangkat dengan jelas. Tampak juga dia berusaha menahan seberapa besar euforia di dalam
Baca selengkapnya
33. Alasan macam apa itu?
“Jadi ini bunda lo?”Saat hening memeluk interaksi dua anak manusia yang masih menghabiskan waktu di sekitar Harbour, suara seorang lelaki memecah sunyi dan sepi. Jingga yang membelakangi sumber suara segera menoleh, begitu juga dengan Alden yang menyambut dengan mata terbelalak. Tidak ada yang menyangka bahwa dia akan bertemu dengan dua insan itu yang datang secara tidak terduga.Dari arah gerbang, Devin dan Rama muncul serta mendekati mereka dengan langkah ringan. Entah itu karena suratan takdir yang tidak bisa diprediksi, orang yang paling ingin dihindari malah memunculkan diri. Gara-gara itu, Alden segera membuang muka dan tidak ingin menatap wajah mereka yang datang dengan tatapan jahil, seolah-olah sedang menangkap basah karena ketahuan.“Bunda lo cantik juga ya. Masih muda malah,” ujar Rama yang tidak akan berhenti mengusik kedamaian Alden. Sudah pasti alasannya karena dia ketahuan berbohong. Mereka mengira Alden akan ada di rumah,
Baca selengkapnya
34. Guru tegas
Mengenakan setelan olahraga dari kepala hingga ujung kaki, penantian anggota Fantasy Club selagi menunggu kedatangan dua gurunya sudah berakhir. Mereka yang dicari kini berada di depan mata, tepat saat Irene menoleh ke arah masuk lapangan. Walau sulit untuk mendeteksi bunyi langkah kaki yang berpadu dengan angin sepoi-sepoi, tetapi dia bisa tahu kalau dua pria itu akan datang. Dari pikiran Caraka yang merapalkan rangkaian kata-kata yang ada di dalam kepala.Tidak tahu pula kepada siapa kalimat yang berjumlah puluhan itu ditujukan. Hal yang pasti, dia tahu kalau mereka akan datang.Oleh karena itu pula, Irene memberitahukan hal ini kepada anggota lain. Berhasil membuat pembicaraan tadi yang berlangsung meriah langsung terhenti. Pembicaraan itu terlalu menarik untuk dibicarakan, namun terlalu berbahaya jika didengar mereka. Sebab inti pembicaraannya tetap sama, mencibir dua gurunya dan berakhir tertawa.Berkumpul dengan anggota yang sudah tiba, dua pria itu memasa
Baca selengkapnya
35. Siapakah identitas si pengintai?
Di depan sebuah gudang kosong yang tampak sepi di sekitar dan jauh dari kawasan pemukiman warga pusat kota, sebuah mobil warna hitam terparkir di halaman yang hanya beralaskan tanah lapang. Mesin mobil dimatikan setelah dipastikan parkir di tempat yang tepat. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar, karena gudang ini juga letaknya di ujung pemukiman yang tidak banyak diketahui warga Jakarta―akibat terlalu sibuk dengan urusannya.Jika saja gudang ini dekat dengan daerah metropolitan, pasti warga sekitar akan menaruh curiga. Sebab ada aktivitas mencurigakan jika ditelusuri lebih jauh.Beberapa saat kemudian, pintu mobil terbuka yang diiringi dengan keluarnya tiga kepala. Dari pintu kemudian, seorang pria keluar lagi yang menyusul di belakang. Sementara mereka yang memimpin jalan bergerak masuk ke dalam gudang. Jika dilihat lebih dekat lagi, sebenarnya satu kepala yang ada di tengah sedang digiring paksa oleh dua pria yang merangkul bahunya. Orang itu wajahnya s
Baca selengkapnya
36. Satu hari libur
Esoknya, Jingga sedang berjalan kaki di jalan kecil setelah naik bus yang membawanya dari kota. Pagi itu, dia diminta berkumpul di lapangan terbuka―tempat biasa anggota Fantasy Club berkumpul―dengan setelan olahraga. Demi memenuhi permintaan gurunya, dia diminta datang lebih awal padahal mulai jam 9 pagi. Kali ini, dia sendirian dan tidak ditemani siapa pun. Berbelok arah, tujuan akhirnya ada di depan mata. Tinggal menyusuri beberapa langkah lagi sampai mendapatkan tempat untuk berteduh di tengah teriknya sinar matahari pagi yang sudah menunjukkan eksistensi di langit timur. Jika dilihat dari jauh, tempat ini tampak sepi dan tidak tahu alasannya dia sendiri merasakan keheningan yang luar biasa. Entah itu karena pagi atau karena ada hal lain yang tidak diketahui. Mencoba memicingkan mata, dia melihat sosok puan yang sudah tiba lebih awal darinya dan duduk di bawah pohon yang menjadi tujuan utama. Namun dia tidak merasa heran lagi pun bingung. Puan di sana tampak tidak
Baca selengkapnya
37. Weirdos 1 and 2
Menyelesaikan pertemuan pada menjelang siang, Irene dan Jingga bersebelahan dalam perjalanan pulang. Oleh Sagara dan Caraka, mereka tadi diminta push up, dilanjutkan dengan sit up, dan sederet gerakan lain yang berguna untuk meningkatkan fisik mereka. Dibandingkan anggota lain yang sudah kuat secara fisik, mereka termasuk jajaran orang yang memiliki fisik yang lebih lemah. Sebab itu pula, hanya mereka yang berkumpul dan menemuinya hari ini. Sedangkan anggota lain sedang menikmati liburan mereka. Melatih fisik pada hari ini, tubuh mereka yang lebih dahulu terkena dampaknya. Gara-gara latihan yang dimulai pagi tadi, kini tubuhnya menjadi sakit-sakitan. Sudah terlihat beberapa kali Jingga meregangkan otot-ototnya yang kini terasa lemas. Dia perlu sesuatu yang bisa menambah tenaga―karena siang sebentar lagi akan tiba―namun belum terlintas di dalam kepala mengenai makanan macam apa yang bisa membangkitkan selera makan. Irene juga tidak ada bedany
Baca selengkapnya
38. Rumah mewah
Anggota Fantasy Club yang telah tiba lebih dahulu bertemu di pemberhentian bus sekitar daerah Menteng sedang berjalan kaki di sebuah jalan kecil. Tidak banyak rumah yang dibangun. Kebanyakan juga terdiri dari deretan rumah mewah yang dibangun dengan megah. Rumah-rumah itu membuat mereka takjub dengan pemandangan di sekitar. Tidak berhenti pula memuji wilayah di kiri dan kanan dengan berseru. Seperti melihat pemandangan baru.Melalui pesan grup chatting, Sagara memberitahu mereka bahwa mereka pindah ke tempat baru untuk latihan mulai dari hari ini. Secara detail, dia juga memberitahu bahwa tempat itu terletak di rumahnya. Dia sudah mengirimkan lokasi tepat di mana rumahnya berada. Namun Devin mengajak mereka bertemu di halte dan mereka bisa pergi bersama-sama. Makanya mereka tampak asing dengan daerah ini dan hanya membekali diri dengan perangkat navigasi di ponsel.Tadinya mereka tenggelam dalam pembicaraan yang menarik, namun karena deretan rumah ini yang leb
Baca selengkapnya
39. Kekuatan tiga elemental
Di halaman belakang rumah Sagara, anggota Fantasy Club kembali disuguhi pemandangan menarik dan bisa memanjakan mata. Tempat ini akan menjadi tempat latihan yang baru untuk melatih kemampuan mereka. Juga lebih luas dari lapangan terbuka tempat mereka latihan sebelumnya. Langit biru yang membentang luas menjadi pendukung latihan pada sore itu.Kembali mengamati pemandangan baru, mereka juga ikut memuji dan berseru takjub. Tidak menyangka oleh pikirannya kalau mereka berada di tempat yang lebih luas dari bayangan awal. Semula, mereka mengira kalau halaman belakang rumah Sagara akan tampak lebih kecil. Tetapi mereka salah besar.Mengawali latihan pada hari ini, Caraka meminta Alden untuk maju ke depan dan menghadap anggota lain. Sementara mereka diminta memperhatikan latihan itu dari jauh sambil menunggu aba-aba selanjutnya. Alden yang hari ini mengikuti titah gurunya dengan baik sudah bersedia menunggu apa yang ingin dikatakan Caraka.“Sejauh ini kau sudah m
Baca selengkapnya
40. Kawan atau lawan?
Membawa tatapan waspada kala sepasang kaki melangkah di jalan yang sudah biasa dilalui―apalagi sudah terbiasa hening saat menjelang sore―Jeslyn harus dibuat bergidik ngeri. Sebelumnya dia sudah tidak asing lagi dengan jalanan sepi yang memiliki kawasan rumput tinggi sebelum masuk ke perumahan. Tetapi gara-gara satu puan, dia tidak merasakan hal yang sama lagi.Pesan Jingga kini masih terbayang-bayang di dalam ingatan. Tadinya, dia ingin mengabaikan namun ketika melihat tatapan serius sang puan dia jadi berpikir ulang. Gadis itu intuisinya terlalu tinggi dan tidak pernah salah, karena menjadi salah satu kemampuannya juga. Oleh karena itu, dia menatap sekitar dengan waswas.Lo kalau lewat situ hati-hati sama orang yang mau ngebekap mulut lo deh. Begitu pesan Jingga yang seolah-olah tidak pernah mau beranjak dari singgasana. Agaknya, dia sudah terlalu nyaman berada di dalam ingatan sang pemilik kenangan.Ingin segera membuang jauh pikiran yang malah membua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status