Semua Bab Mengejar Cintamu Suamiku: Bab 11 - Bab 20
25 Bab
Miranda Dimata Lelaki Lain
"Ceroboh kau ini! sudah tak pandai menjaga penampilan, tak pandai juga kau menjaga matamu?! Hanya membawa barang begini saja, kau tak bisa? Lalu apa kelebihanmu?!" sambil berkacak pinggang, Barak menghakimi Miranda yang jatuh terpeleset. Bukannya menolong, justru dengan seenaknya, Barak memaki istrinya di depan umum. Ia tak peduli seberapa pasang mata menatapnya dan Miranda. Dengan keangkuhannya, Barak mempertontonkan siapa dirinya pada orang yang berlalu lalang. "Tega sekali kamu mas, kenapa sampai hati kamu memarahiku di tempat umum begini? Apa tak bisa kau membantuku, aku sedang kesulitan membereskan semua baju ini?" lirih Miranda sambil menahan tangis yang siap meledak. Barak jongkok, dan memegang dagu Miranda. "Ini hanyalah permulaan, atas keberanianmu menerima lamaran mamaku," sambil memicingkan sebelah matanya, tatapan Barak terlihat penuh dendam. Namun, tiba-tiba sebuah tangan kekar meraih Miranda dan membantunya untuk berdiri, dari ke tidak berdayaannya. "Mbak engg
Baca selengkapnya
Barak Meminta Maaf
"Mas... kau tak apa-apa kan?" tanya Miranda yang khawatir dengan kondisi Barak. Namun Barak tak menjawab sepatah kata pun.Ia hanya fokus dengan setir didepannya. Miranda memberanikan diri memegang tangan Barak. Ia berharap, Barak bisa menoleh dan menjawab pertanyaannya. Namun sikap angkuh yang sudah melekat dalam jiwanya, membuatnya tak sedikitpun peduli dengan perhatian Miranda."Lepaskan tanganmu! Berani nya kau memegang tanganku begitu?!" bentak Barak, sambil melepaskan tangan Miranda dari atas tangannya. "Maaf mas, aku hanya_ "Hanya apa? Dasar wanita jalang! Beraninya memegangku. Aku tak suka kau perhatikan!" sungguh hinaan yang keluar dari mulut Barak, telah berhasil mengiris hati Miranda. Sosok yang sangat ia hormati, bisa mengeluarkan perkataan buruk seperti itu? Miranda tak bisa lagi membendung air mata nya. Semenjak tadi ia bertahan untuk tak mengeluarkan air mata, namun ia hanya manusia biasa. Rasa sakit mendengar perkataan yang amat kotor keluar dari seseorang
Baca selengkapnya
Ada Tamu
Saat mereka berdua sedang bersitegang, tiba-tiba nenek mengetuk pintu dari kamar. Belum sempat terucap maaf dari mulut Barak, nenek sudah menggagalkan niat Barak. "Miranda! Ada tamu yang mau bertemu denganmu!" ujar nenek dibalik pintu kamar. Seketika Miranda dan Barak terdiam, mendengarkan nenek berbicara. "Siapa nek?" tanya Miranda. Seingatnya, ia tak mengenal siapa pun di tempat neneknya ini. "Aku keluar dulu mas," ucap Miranda dan bergegas keluar kamar, untuk menemui orang yang nenek maksud. Barak hanya bergeming. Dia tak mau berbicara apapun pada Miranda, yang lebih memilih meninggalkannya sendirian, ketimbang berdiam di kamar bersamanya. Dengan berlari kecil, Miranda menemui tamu yang sudah menunggunya. Langkahnya sejenak ia pelankan, saat melihat punggung seseorang yang berdiri menatap keluar. "Laki-laki? siapa dia? Apa temannya mas Barak?" Miranda bertanya pada dirinya sendiri. Kemudian, untuk memastikannya, ia semakin mendekati lelaki itu. "Ehemm... maaf, den
Baca selengkapnya
Pulang Ke Rumah Mama
Seperti biasa, Barak berlalu tanpa menghiraukan Miranda sama sekali. Kedatangan Miller ia jadikan alasan untuk bisa pergi dari rumah nenek. Ia akan membawa segudang alasan untuk mama Anita, agar mama Anita mau mengabulkan keinginannya ,untuk berpisah dengan Miranda. "Hahaha...sebuah alasan yang sangat bagus. Dengan begini, aku bisa dengan mudah melepaskan gadis kampung itu," batin Barak, yang saat ini sedang mengendarai mobilnya. Barak bersiul dengan bersemangat. Betapa dia sangat bahagia karena perkiraannya, pernikahannya dengan Miranda akan segera berakhir dan Barak bisa bebas dari hubungan yang tak membuatnya nyaman. Barak memasang wajah kecewa. Kini, ia tengah bersandiwara di hadapan Mama nya. Sambil sedikit memijit hidungnya agar terlihat merah. Ia memang pandai berakting. Pandangan Anita langsung tertuju pada Barak, ketika anak semata wayangnya itu menginjakan kaki di rumahnya tanpa istrinya. Ia memandang dengan heran. Pasalnya, Mama Anita yakin, kalau usahanya kemarin, denga
Baca selengkapnya
Marah Besar
"Andai saja dulu aku tak menerima tawaran nenek, untuk menikah dengan Barak, pasti aku takkan selalu merasa kecewa dan sakit hati seperti ini," lirih Miranda menyesal. Namun nasi sudah menjadi bubur. Pernikahannya sudah berlangsung. Tak mungkin jika dia harus meminta berpisah begitu saja. Nenek dan ibunya pasti akan kecewa pada Miranda. Sungguh Miranda berada dalam kebimbangan. Segera ia seka air mata yang keluar tanpa bisa di kompromi itu. Dengan menggunakan tisu, ia hapus tetesan air mata yang kini membasahi pipinya. Miranda keluar dari kamar mandi. Ada hati yang terluka dan tak mudah ia sembuhkan begitu saja, saat mendengar suaminya yang masih menyebut nama mantannya. Mungkin itulah alasan mengapa Barak membenci nya. Miranda duduk di samping Barak, di kasur yang sama. Ia hanya diam, bingung harus melakukan apa. Di lihatnya wajah suaminya yang penuh dengan keringat. Terlihat suaminya yang ke gerahan. Badannya mulai menggeliat kesana kemari. Merasakan panas di tubuhnya. Segera ia
Baca selengkapnya
Sandiwara
"Ayo panggilkan Barak, kita makan bersama. Perit Mama sudah kapar sekali. Mama sudah tak sabar ingin mencicipi masakanmu!" ujar mama, yang kini sudah duduk di kursi meja makan. Dengan begitu bersemangat dan berantusias, mama menatap lapar makanan dimeja makan itu.Miranda menghela nafasnya sebelum menuju kamar Barak. Ia tahu, perlakuan apa yang akan ia dapatkan dari suaminya, namun ia harus melaksanakan apa yang mama perintahkan. Dengan langkah ragu, Miranda terus melajukan kakinya. "Hrrr... sampai kapan aku begini?" keluh Miranda, yang sebenarnya sudah sangat lelah, walau baru sebentar ia menjadi istri Barak. "Tok tok tok! mas...! sudah siang. Mama menunggumu di meja makan!" Miranda memanggil Barak. Hanya hitungan detik saja, Barak sudah keluar dengan pakaian rapi nya. Tercium aroma bulgary, menjadi ciri khas Barak. Tanpa melirik istrinya, Barak berjalan dengan angkuh dan matanya lurus menatap ke depan. Selamat pagi anak mama! Tumben jam segini baru bangun?" tanya Mama Anita yang
Baca selengkapnya
Berbelanja
"Jangan ke ge-er an kamu ya Miranda! Aku menggandengmu, bukan berarti aku peduli padamu. Ini hanyalah sandiwara, agar mama bisa senang melihat kita rukun!" bisik Barak, sambil berjalan, dan masih menggandeng tangan Miranda. "Dalam keadaan seperti ini pun, kamu masih tak mau membuat hatiku senang mas?" tanya Miranda yang heran dengan sikap suaminya itu. Sesampainya ia didalam mobil. Barak melepaskan genggaman tangannya. "Masuk! jangan berharap seperti seorang ratu, yang akan ku bukakan pintu masuk untukmu!" ujar Barak, yang memasangkan kacamata hitam, di matanya. Dengan menghela nafas, Miranda membuka pintu mobil, dan masuk kedalamnya. Ia duduk di samping Barak, yang sudah siap mengendarai mobilnya. "Kali ini, kau boleh duduk disampingku, karena mama masih melihat kita. Nanti beberapa meter didepan, kau pindah naik angkot. Aku tak mau harus duduk bersebelahan denganmu," Sebuah perkataan yang mengiris hati Miranda. Lidah Miranda yang biasanya kaku, memberanikan diri melawan
Baca selengkapnya
Cemburu
"Apa? sekali lagi aku mau kau mengulang perkataanmu barusan. Kau bilang dia istrimu? Hahahaha!!" seketika tawa Miller meledak dengan kuat. Kedua tangannya bertepuk tangan, seolah menertawai perkataan Barak. "Kau menganggapnya sebagai istrimu. Tapi kau tak bisa menghargainya?" Miller semakin mendekat, dan kali ini ia sedang berbisik di telinga Barak. "Kalau kau sudah bosan, beritahu aku. Biar aku pungut dia kan ku jadikan istriku!" bisiknya pelan. Perkataan Miller berhasil membuat emosi Barak kembali mencuat. Ia kepalkan kembali tangannya. Kemudian wajah sangarnya, saat ini tengah menatap ke arah Miller. "Kau pikir dia sebuah piala bergilir? Jaga ucapanmu. Kau ini seorang pengusaha hebat, ternama, tapi sayang. Kau tak bisa menggunakan lidahmu dengan gelar dan kedudukanmu itu!" tegas Barak dan lagi-lagi membuat Miller tertawa. "Sudahlah! Aku malas berdebat lebih lama lagi dengan pecundang sepertimu!" jawab Miller sambil mengibaskan tangannya. Ia segera berlalu dan meninggalkan Barak
Baca selengkapnya
Hampa
Mama yang sedang duduk didepan tv, melihat Miranda terburu-buru masuk kamarnya. Ia yang tak melihat keberadaan mama, membuatnya terus berjalan tanpa menyapa mama yang semenjak tadi memperhatikannya semenjak pulang. "Kalian sudah pulang? kok mama enggak lihat Miranda bawa paper bag ya? kalian habis pulang belanja pakaian kan?" tanya mama memastikan. Barak yang baru masuk ke dalam rumah, berdiri mematung, mendengar pertanyaan yang mama lontarkan padanya. "Aah- e iya lah ma. Kami baru belanja pakaian untuk Miranda. Memangnya kenapa?" tanya Barak gugup. Dia juga tak tahu kalau ternyata mama sedang duduk didepan tv ,sehingga mengetahui kepulangan mereka. "Coba kau panggilkan istrimu kemari. Mama mau lihat pakaian seperti apa yang ia pilih. Jangan sampai yang jelek ya! ini buat acara ulang tahun mama besok soalnya," Barak kembali bergeming. Kali ini, ia tak bisa berkutik. Pasalnya ,ia tak tahu, kalau ternyata, besok adalah hari ulang tahun mama nya. Sehingga, ia pun tak memp
Baca selengkapnya
Menyambut Pesta
"Kurasa mama terlalu berlebihan!" decak Barak kesal. "Apanya yang berlebihan? mereka harus tahu kalau kau sudah menikah. Dan tak boleh sembarangan menanyakan suami orang bukan?" tanya mama pada Barak. "Mungkin mereka menanyakanku hanya untuk perihal bisnis saja ma!" jawab Barak enteng. "Mereka teman wanitamu dulu! itulah mengapa mama mau kau umumkan pernikahanmu di acara ulang tahun mama nanti!" imbuh mama lagi, sambil membetulkan dandanannya, dan menatapnya di dalam cermin. "Kau harus memperlakukan istrimu dengan baik, sebelum seseorang yang menginginkannya, mengambilnya darimu!" ucap mama sembari sedikit memukul punggung anaknya, yang tengah fokus pada setirnya. Barak hanya menelan salivanya, mendengar perkataan mama. "Apa maksudnya mama bicara seperti itu? apa mama tahu, kalau ada lelaki lain yang selalu mengganggu Miranda?" tanya Barak pada dirinya sendiri. Barak hanya mengerdikan bahunya. Berpura-pura tak peduli dengan apa yang mama katakan. Walau dalam ha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status