All Chapters of My Obsessive Lecturer (ID): Chapter 11 - Chapter 20
63 Chapters
Bab 10. One Night Stand
Tidak lama kemudian, mereka telah sampai di lampu merah. Tidak jauh dari mereka, mereka melihat nama “Hotel Avenue” yang berkelap-kelip berwarna putih. Tidak hanya itu, mereka juga melihat banyak kelap-kelip berwarna putih yang mengelilingi gedung hotel tersebut beserta pepohonan-pepohonan yang berada di sekitarnya.“Sayang, sebentar lagi kita sampai!” Vega langsung memijat-mijat dada karena ia merasa sangat senang.“Ya, Sayang.” Alberto hanya mengiyakan saja. Di dalam hatinya, ia merasa senang karena ia bisa kabur dari jebakan Vega. Tidak lama kemudian, lampu telah menjadi hijau. Alberto langsung mengendarai mobil tersebut ke hotel tersebut.Setelah di dekat hotel tersebut, Alberto melihat di depannya terdapat Hotel Avenue dan restoran Avenue yang merupakan cabang dari Hotel Avenue. Dari posisi Alberto, Hotel Avenue terletak di depan sebelah kanan dan Restoran Avenue terletak di depan sebelah kiri.Di sebelah kanan Alberto terdapat kursi-kursi dan meja yang terletak di Restoran Avenu
Read more
Bab 11. Berjuang
Pagi-pagi sekali, Vega sudah rapi-rapi untuk pergi ke kampus menemui Alberto. Tetapi, tiba-tiba saja ia langsung merasa mual. Ia segera pergi ke kamar mandi. Lalu, setelahnya ia muntah.Setelah itu, ia minum dan membersihkan bekas muntahannya. Tetapi, ia malah muntah lagi dan lagi hingga tiga kali.Sementara itu, di ruang dosen, Alberto sudah menunggu kehadiran Vega untuk mengajar di kelasnya. Banyak teman Alberto yang telah mengirimkan pesan kepada Alberto baik di grup chat ataupun melalui chat pribadi.“Alberto! Professor Vega, hari ini mengajar tidak?” tanya Dario.“Ya. Hari ini, Professor Vega mengajar tidak?” tanya Nicolas. “Aku tidak tahu. Belum ada balasan dari Professor Vega sampai saat ini. Padahal, pagi-pagi sekali aku sudah menghubunginya,” keluh Alberto.“Tetapi, kita ini sudah menunggu terlalu lama, Alberto! Kita tidak kuat untuk menunggu lebih lama lagi. Jangan buat kita menunggu, dong! Ini sudah telat lima menit. Pasti Professor Vega ada sesuatu. Dia tidak pernah seper
Read more
Bab 12. Semakin Parah
Sesampainya di kampus, Professor Vega langsung memarkirkan mobilnya. Lalu, ia berjalan ke ruang dosen dengan terburu-buru. Sesampainya di depan ruang dosen, Professor Vega langsung melakukan absensi dan pergi ke kursinya dengan terburu-buru. Sesampainya di kursinya, ia mendapati Alberto yang sedang menunggu di depan kursinya sembari membaca handout darinya."Pagi, Alberto!" Professor Vega menyapa Alberto sembari ia terburu-buru menyiapkan untuk kelas hari itu. Ia langsung menyalakan laptop, mengambil buku-buku, dan alat tulis dengan cepat. Alberto melihat muka Professor Vega yang pucat dan badannya yang terus berkeringat."Pagi, Prof!" sapa Alberto."Kamu sudah menunggu saya agak lama, ya?" Professor Vega merasa tidak enak dengan Alberto yang telah menunggunya dari tadi."Tidak lama juga, sih, Prof!" Alberto sengaja berkata seperti itu, meskipun ia merasa dirinya telah menunggu agak lama. Karena ia tahu bahwa, Professor Vega adalah orang yang mudah panik. Ia tidak ingin membuat Profes
Read more
Bab 13. Mencoba Menolong Vega
Di saat itu, para murid yang belum selesai mengejar Professor Vega dan berusaha memberikan kertas kuis mereka kepada Professor Vega. Untungnya, Professor Vega masih berbaik hati dan menerima kertas jawaban kuis dari mereka. Sesampainya di depan ruangan Professor Vega, Professor Vega langsung mencari kunci untuk membuka pintu. Di saat itu, tiba-tiba saja Professor Vega merasa mual dan ingin muntah lagi.Professor Vega mencoba menahan mualnya dan mencari kantung kresek yang ada di tasnya. Tidak lama kemudian, Professor Vega menemukannya dan memuntahkan kembali di kantung kresek. Setelahnya, Professor Vega membuang kantung kresek tersebut yang terletak di dekat tempat sampah. Mengetahui Professor Vega masih muntah, Alberto langsung merasa panik. Mukanya pucat.“Lebih baik kamu pergi saja ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut dan mengetahui kondisi selanjutnya. Mungkin, memang ada kondisi serius yang tidak kamu ketahui, Vega.” Alberto memberikan saran, karena ia tidak tahu harus m
Read more
Bab 14. Kelas Professor Hugo Tiba-Tiba
Tidak lama kemudian, telepon Alberto terus berdering yang menandakan banyaknya notifikasi yang masuk di telepon Alberto. Alberto mencoba untuk mengabaikan notifikasi tersebut, karena ia berencana untuk melihat pesan tersebut saat mereka berada di lampu merah nanti.“Alberto, teleponmu berdering! Enggak kamu lihat dulu?” Vega menanyakan kepada Alberto, karena bagi Vega, mungkin saja Alberto ingin melihat notifikasi tersebut terlebih dahulu.“Tidak usah, Vega! Nanti saja aku lihat saat di lampu merah!” Alberto menolak. Tidak lama kemudian, notifikasi tersebut berbunyi kembali sebanyak tiga kali.“Apa kamu tidak mau lihat dahulu? Mungkin, ada notifikasi yang sangat penting.” Vega menebak bahwa, ada notifikasi penting yang Alberto terima.“Ah! Tidak usah! Aku ini sedang mengendarai mobil. Aku takut terjadi sesuatu kepadamu, Vega.” Alberto selalu menanamkan prinsip kepada dirinya untuk tidak menggunakan telepon genggam saat ia mengendarai mobil.“Sudah! Kita berhenti saja dulu sebentar! La
Read more
Bab 15. Kehamilan
Setelah diantarkan oleh Alberto, Professor Vega langsung pergi ke pelataran rumah sakit dan setelahnya ia langsung pergi ke ruangan Dokter Chico. Dokter Chico adalah Professor Chico yang sedang bekerja di Brazon Hospital sebagai dokter. Karena itu, ia disebut sebagai Dokter Chico. Setelahnya, ia menjalani serangkaian tes. Lalu, didapat hasil bahwa, ia hamil.“Hasilnya Anda hamil. Selamat! Pasti pasangan Anda akan senang.” Dokter Chico menyatakan hasilnya.“Semoga!” Professor Vega menundukkan kepalanya sembari ia mengelus perutnya, karena ia takut Alberto akan merasa sedih. Tetapi, ia mencoba untuk menutupi kesedihannya dengan cara tersenyum kepada Dokter Chico setelahnya.“Kenapa semoga? Bukannya Dion memang ingin Anda hamil?” Dokter Chico merasa bingung, karena setahu Dokter Chico, Dion memang mengharapkan Professor Vega hamil.“Ya, Dion memang menginginkan saya hamil. Tetapi karena saya tidak kunjung hamil, Dion memutuskan saya dan dia malah pergi dengan wanita lain.” Mengingat hal
Read more
Special Chapter: Alberto Hilang?!
Sementara itu, kelas Lorena baru saja selesai dari pelajaran Mikrobiologi yang diampu Professor Esteban.“Ah! Akhirnya, kelas selesai juga.” Lorena langsung meregangkan tangannya yang telah pegal mencatat pelajaran Professor Esteban. Hal tersebut membuat tangan-tangan dan jari jemari rileks. Setelahnya, ia mengeluarkan kotak bekalnya dan buku catatan pelajaran kimia dari tasnya dan menutup retsleting tasnya. Hari itu, ia akan mengambil kelas susulan di kelas Alberto.“Ya. Selesai juga!” Bonita merasa sangat senang, karena akhirnya mereka telah selesai dari kelas Professor Esteban yang melelahkan. Bonita berjalan ke tempat Lorena dengan bersemangat dan setelahnya ia duduk di hadapan Lorena. Sementara itu, Lorena yang telah membuka kotak bekalnya langsung menyantap bekal churros kesukaannya.Setelahnya, Lorena langsung menyantap bekalnya sembari ia mengetikkan pesan kepada Alberto yang berbunyi, “Hai, Alberto! Kamu ada di mana? Bisa ke kelasku sebentar? Aku sedang sangat merindukanmu da
Read more
Special Scene: Kesedihan Lorena
Di mana dia? Itu adalah pertanyaan yang muncul di otak Lorena. Jantungnya berdebar menjadi sangat kencang kembali. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Entah mengapa ia merasa sangat sedih seolah ia sangat ingin menangis saat itu juga.Ia tidak paham mengenai perasaannya saat itu dengan jelas. Ia hanya menebak bahwa, dirinya sangat cemas. Dengan sontak pun ia berkata, “Alberto? Di mana?”Nicolas yang melihat Lorena bingung dengan iris abu-abunya langsung memastikan kembali orang yang Lorena tanyakan keberadaannya. “Alberto?”“Ya, Alberto.” Lorena menganggukkan kepalanya.“Alberto ...” Dengan polosnya, Nicolas langsung ingin mengatakan keberadaan Alberto sebenarnya. Tetapi baru saja ia ingin berkata, Dario langsung menutup mulut Nicolas rapat-rapat dengan tangannya yang membuat mulut Nicolas tidak bisa lagi berkata-kata.Ia ingin membuat Lorena menjadi tenang. Karena Dario tahu bahwa, Lorena sedang mengkhawatirkan Alberto. Lagi pula, bagi Dario, Alberto hanya menolong Vega ke rum
Read more
Bab 16. Info Professor Chico
Saat Lorena sedang mengerjakan tugas di rumah, tiba-tiba saja teleponnya berdering. Lorena langsung mengambil telepon genggamnya dan melihat ada notifikasi telepon dari Professor Chico. Ia langsung mengangkat telepon dari Professor Chico.“Halo, Lorena!” sapa Professor Chico.“Halo, Professor Chico!” sapa Lorena.“Apa kabar?” Professor Chico ingin tahu kabar Lorena dulu sebelum ia menyampaikan informasi tentang Professor Vega hamil anaknya. Karena ia ingin meyakinkan dirinya bahwa, Lorena siap menerima informasi darinya mengenai kehamilan Professor Vega. Memang, informasi darinya adalah informasi penting yang dapat menggoyahkan perasaan Lorena.“Ada apa, Prof? Tumben banget telepon!” Lorena merasa bingung, karena tiba-tiba saja Professor Chico menelepon. Padahal, Professor Chico jarang menelepon Lorena, kalau memang tidak ada sesuatu yang penting. Biasanya, Professor Chico hanya mengirimkan pesan kepada Lorena."Waduh, Lorena! Sudah benar-benar enggak sabar,” ledek Professor Chico.“E
Read more
Bab 17. Putus!
Setelahnya, Lorena langsung mencari kontak Alberto di teleponnya. Lalu, Lorena menelepon Alberto.“Hai, Sayang!” sapa Alberto."Sayang! Sayang! Kamu bukan cowok yang aku cintai lagi. Sekarang, kita putus!" marah Lorena yang membuat Alberto merasa sangat kaget bagai terkena petir yang tiba-tiba menyambar ke arahnya."Putus? Kenapa?" Ucapan Alberto yang membuat Lorena kesal.Lorena langsung memutar kedua bola matanya dan menghelakan napas setelahnya, karena ia merasa kesal dengan tingkah Alberto. Menurut Lorena, Alberto mulai berakting dengan berpura-pura tidak tahu. Setelahnya, Lorena berkata dengan ketus."Kenapa? Kenapa? Enggak usah pura-pura enggak tahu. Kamu itu sudah tahu yang sebenarnya terjadi,” marah Lorena, karena menurutnya Alberto pasti sudah tahu alasan ia marah kepadanya hari itu.“Aku memang enggak tahu, Lorena. Aku bingung banget.” Alberto memang tidak ada ide mengenai alasan Lorena memutuskannya.Alberto tidak tahu alasan pasti Lorena memutuskannya. Sesaat kemudian, Alb
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status