Sementara itu, kelas Lorena baru saja selesai dari pelajaran Mikrobiologi yang diampu Professor Esteban.“Ah! Akhirnya, kelas selesai juga.” Lorena langsung meregangkan tangannya yang telah pegal mencatat pelajaran Professor Esteban. Hal tersebut membuat tangan-tangan dan jari jemari rileks. Setelahnya, ia mengeluarkan kotak bekalnya dan buku catatan pelajaran kimia dari tasnya dan menutup retsleting tasnya. Hari itu, ia akan mengambil kelas susulan di kelas Alberto.“Ya. Selesai juga!” Bonita merasa sangat senang, karena akhirnya mereka telah selesai dari kelas Professor Esteban yang melelahkan. Bonita berjalan ke tempat Lorena dengan bersemangat dan setelahnya ia duduk di hadapan Lorena. Sementara itu, Lorena yang telah membuka kotak bekalnya langsung menyantap bekal churros kesukaannya.Setelahnya, Lorena langsung menyantap bekalnya sembari ia mengetikkan pesan kepada Alberto yang berbunyi, “Hai, Alberto! Kamu ada di mana? Bisa ke kelasku sebentar? Aku sedang sangat merindukanmu da
Di mana dia? Itu adalah pertanyaan yang muncul di otak Lorena. Jantungnya berdebar menjadi sangat kencang kembali. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Entah mengapa ia merasa sangat sedih seolah ia sangat ingin menangis saat itu juga.Ia tidak paham mengenai perasaannya saat itu dengan jelas. Ia hanya menebak bahwa, dirinya sangat cemas. Dengan sontak pun ia berkata, “Alberto? Di mana?”Nicolas yang melihat Lorena bingung dengan iris abu-abunya langsung memastikan kembali orang yang Lorena tanyakan keberadaannya. “Alberto?”“Ya, Alberto.” Lorena menganggukkan kepalanya.“Alberto ...” Dengan polosnya, Nicolas langsung ingin mengatakan keberadaan Alberto sebenarnya. Tetapi baru saja ia ingin berkata, Dario langsung menutup mulut Nicolas rapat-rapat dengan tangannya yang membuat mulut Nicolas tidak bisa lagi berkata-kata.Ia ingin membuat Lorena menjadi tenang. Karena Dario tahu bahwa, Lorena sedang mengkhawatirkan Alberto. Lagi pula, bagi Dario, Alberto hanya menolong Vega ke rum
Saat Lorena sedang mengerjakan tugas di rumah, tiba-tiba saja teleponnya berdering. Lorena langsung mengambil telepon genggamnya dan melihat ada notifikasi telepon dari Professor Chico. Ia langsung mengangkat telepon dari Professor Chico.“Halo, Lorena!” sapa Professor Chico.“Halo, Professor Chico!” sapa Lorena.“Apa kabar?” Professor Chico ingin tahu kabar Lorena dulu sebelum ia menyampaikan informasi tentang Professor Vega hamil anaknya. Karena ia ingin meyakinkan dirinya bahwa, Lorena siap menerima informasi darinya mengenai kehamilan Professor Vega. Memang, informasi darinya adalah informasi penting yang dapat menggoyahkan perasaan Lorena.“Ada apa, Prof? Tumben banget telepon!” Lorena merasa bingung, karena tiba-tiba saja Professor Chico menelepon. Padahal, Professor Chico jarang menelepon Lorena, kalau memang tidak ada sesuatu yang penting. Biasanya, Professor Chico hanya mengirimkan pesan kepada Lorena."Waduh, Lorena! Sudah benar-benar enggak sabar,” ledek Professor Chico.“E
Setelahnya, Lorena langsung mencari kontak Alberto di teleponnya. Lalu, Lorena menelepon Alberto.“Hai, Sayang!” sapa Alberto."Sayang! Sayang! Kamu bukan cowok yang aku cintai lagi. Sekarang, kita putus!" marah Lorena yang membuat Alberto merasa sangat kaget bagai terkena petir yang tiba-tiba menyambar ke arahnya."Putus? Kenapa?" Ucapan Alberto yang membuat Lorena kesal.Lorena langsung memutar kedua bola matanya dan menghelakan napas setelahnya, karena ia merasa kesal dengan tingkah Alberto. Menurut Lorena, Alberto mulai berakting dengan berpura-pura tidak tahu. Setelahnya, Lorena berkata dengan ketus."Kenapa? Kenapa? Enggak usah pura-pura enggak tahu. Kamu itu sudah tahu yang sebenarnya terjadi,” marah Lorena, karena menurutnya Alberto pasti sudah tahu alasan ia marah kepadanya hari itu.“Aku memang enggak tahu, Lorena. Aku bingung banget.” Alberto memang tidak ada ide mengenai alasan Lorena memutuskannya.Alberto tidak tahu alasan pasti Lorena memutuskannya. Sesaat kemudian, Alb
Tidak lama kemudian, terdengar pintu ketukan di rumah Lorena. Lorena langsung membuka pintu untuk orang yang telah mengetuknya dan setelahnya ia melihat Alberto dan Professor Chico yang ada di depan rumahnya.Melihat hal tersebut, Lorena langsung tersenyum kepada Professor Chico dan setelahnya ia memasang muka masam kepada Alberto. Setelahnya, ia mempersilakan Professor Chico untuk masuk dan Professor Chico langsung masuk. Di saat itu, Alberto langsung ikut masuk dari belakang. Di saat itu, Lorena langsung membanting pintu dengan kencang dan setelahnya menguncinya di depan pintu Alberto yang membuat Alberto tidak bisa masuk.Muka Alberto langsung pucat. Jantung Alberto langsung berdebar kencang. Alberto merasa sangat panik. Sontak Alberto langsung mengetuk pintu sembari meminta Lorena untuk membuka pintunya, “Lorena, please buka pintunya!”Lorena langsung menghiraukan perkataan Alberto. Ia langsung menawarkan Professor Chico untuk minum. “Ada apa, Professor? Tumben datang! Professor m
Sementara itu, Vega sedang mempersiapkan presentasi untuk mengajar besok di kelas. Tiba-tiba saja, teleponnya berdering. Ia langsung melihat ke teleponnya dan setelahnya ia melihat ada telepon dari Violeta. Violeta adalah saudara kembar Vega, tapi Violeta lahir lebih dahulu dari Vega. Melihat nama Violeta, Vega langsung memutar kedua bola matanya dan mengeluh dikarenakan merasa malas untuk mengangkat telepon darinya.“Ah, dari Violeta! Pasti dia akan mengajakku untuk pergi ke rumah orangtuaku nanti.” Vega mengeluh dikarenakan ia merasa yakin Violeta akan mengajak Vega untuk bertemu dengan keluarganya nanti.Bukannya Vega tidak ingin pergi ke rumahnya dan kangen dengan orang tuanya, tapi masalahnya ia selalu merasa jenuh dan malas setiap ia berkumpul dengan keluarga. Setiap ia berkumpul dengan keluarganya, pasti topik pernikahan, punya anak, dan punya cucu selalu dibahas. Tidak hanya itu saja, mengenai teman-teman Vega atau kerabat Vega atau kolega keluarga Vega yang sudah menikah di u
Hari terus berlanjut. Hari minggu pagi, Vega sedang bersiap-siap dengan malas. Ia mengenakan blus lengan pendek berwarna putih dengan pita dan rok tutu berwarna pink. Blus dan rok tersebut merupakan pemberian ibunya saat dirinya merayakan ulang tahun yang kedua puluh bersama kembarannya.Saat itu, kembarannya mendapatkan rok tutu berwarna violet, sementara dirinya mendapatkan rok tutu berwarna pink. Orang tua Vega selalu senang saat dirinya mengenakan pakaian tersebut. Karena itu, Vega mengenakan pakaian tersebut.Vega mengenakan riasan yang membuat dirinya terlihat cantik alami. Setelahnya, Vega mengambil sepatu high heels berwarna pink. Tidak lama kemudian, Vega mendengar suara klakson mobil. Vega langsung mengenakan sepatu high heels dan berlari ke arah pagar.Sesampainya di depan pagar, ia langsung membuka pagar dan melihat mobil tersebut. Tidak lama kemudian, telah terlihat Violeta dan keluarganya yang berada di dalam mobil tersebut sambil melambaikan tangan ke arahnya. Vega dapa
Ketika Vega berjalan agak jauh dari mereka, dia mendengar ayahnya mengeluh tentang perilaku ibunya di rumah."Vega meninggalkan kami sekarang karena kamu. Vega sangat sensitif ketika ditanya dan diajak bicara tentang pernikahan. Jika kamu memperhatikan, dia selalu meninggalkan kita ketika berbicara tentang itu! Kamu pasti tahu tentang itu, kan?" Ayah Vega marah pada ibu Vega."Aku tahu," jawab ibu Vega sambil memutar matanya."Aku sangat merindukan Vega. Kenapa kamu malah membicarakan itu?" bantah ayah Vega dengan marah."Memangnya menurutmu aku tidak merindukannya? Aku juga merindukan Vega," keluh ibu Vega."Jadi, kenapa kamu menanyakan pertanyaan itu? Sepertinya tidak ada topik diskusi lain." Ayah Vega menanyakan hal itu karena, jika ibu Vega sangat merindukan Vega, tentu ibu Vega tidak akan menanyakannya dan malah membicarakan topik lain yang bisa dibicarakan bersama seperti kesehatan, kehidupan mereka, dll."Masalahnya, kamu juga ingin segera punya cucu dari Vega, kan?" tanya ibu